Skizofrenia dan Gangguan Bipolar Dapat Dideteksi Bertahun-Tahun Sebelumnya
Risiko skizofrenia dan gangguan bipolar dapat dideteksi bertahun-tahun sebelum penyakit ini muncul.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Risiko skizofrenia dan gangguan bipolar dapat dideteksi bertahun-tahun sebelum penyakit ini muncul. Temuan terbaru ini memberikan harapan untuk intervensi dini dan pencegahan penyakit ini.
Studi yang dilakukan para peneliti dari University College Dublin (UCD) School of Medicine dan Finnish Institute for Health and Welfare ini menemukan, 50 persen orang yang mengembangkan gangguan kesehatan mental ini telah menghadiri layanan kesehatan mental anak dan remaja di masa kanak-kanak (specialist child and adolescent mental health services/CAMHS). Studi diterbitkan dalam jurnal World Psychiatry, Kamis (8/9/2022).
”Skizofrenia dan gangguan bipolar biasanya muncul pada awal masa dewasa dan dapat berdampak buruk pada individu yang terkena, serta pada keluarga mereka,” kata Ian Kelleher dari UCD School of Medicine yang memimpin studi ini.
Temuan ini menunjukkan peluang besar untuk memberikan intervensi yang jauh lebih awal, bahkan saat masih di masa kanak-kanak.
Temuan ini menunjukkan, setengah dari individu yang mengembangkan penyakit ini telah datang ke CAMHS pada tahap tertentu di masa kanak-kanak. Biasanya hal ini dilakukan bertahun-tahun sebelum mereka mengembangkan skizofrenia atau gangguan bipolar.
”Kami tahu bahwa intervensi dini adalah kunci untuk meningkatkan hasil bagi orang-orang dengan penyakit mental yang serius. Temuan ini menunjukkan peluang besar untuk memberikan intervensi yang jauh lebih awal, bahkan saat masih di masa kanak-kanak, dengan mengembangkan layanan intervensi dini spesialis dalam layanan kesehatan mental anak dan remaja yang ada,” katanya.
Skizofrenia dan gangguan bipolar merupakan penyakit mental serius yang memengaruhi sekitar 65 juta orang di seluruh dunia. Kedua gangguan tersebut biasanya didiagnosis pada usia dewasa dan sering dikaitkan dengan tingkat kecacatan yang tinggi, pengeluaran biaya pribadi, dan sosial. Intervensi dini, bagaimanapun, diketahui mengarah pada hasil yang lebih baik bagi orang-orang yang terkena penyakit ini.
Para peneliti menggunakan catatan perawatan kesehatan di Finlandia untuk melacak semua individu yang lahir pada 1987 sepanjang masa kanak-kanak dan remaja untuk melihat apakah, antara lahir dan usia 17 tahun, mereka pernah menghadiri CAMHS. Dengan menggunakan pengidentifikasi pasien yang unik, para peneliti kemudian dapat mengikuti semua individu ini hingga usia 28 tahun dan melihat siapa yang kemudian didiagnosis dengan skizofrenia atau gangguan bipolar.
Mereka menemukan bahwa risiko psikosis atau gangguan bipolar pada usia 28 tahun sebesar 1,8 persen untuk individu yang tidak menghadiri CAMHS. Namun, untuk individu yang telah menghadiri CAMHS rawat jalan pada masa remaja, risikonya 15 persen dan untuk individu yang telah dirawat inap di rumah sakit CAMHS risikonya 37 persen.
”Penelitian ini menunjukkan kekuatan catatan perawatan kesehatan elektronik untuk menjawab pertanyaan penting tentang kesehatan dan penyakit manusia,” kata Mika Gissler, anggota tim peneliti.
Temuan ini menunjukkan bagaimana data catatan perawatan kesehatan dapat digunakan untuk lebih memahami jalur menuju penyakit mental yang serius, dari masa kanak-kanak hingga dewasa, dan untuk mengidentifikasi peluang penting untuk intervensi dini.
Menekankan pentingnya intervensi dini, Ian Kelleher mengatakan, ”Kami tahu sangat penting untuk melakukan intervensi sedini mungkin untuk mencegah beberapa efek terburuk dari penyakit ini. Namun, idealnya, kita ingin bisa melakukan intervensi bahkan sebelum timbulnya penyakit untuk mencegahnya sama sekali.”
Temuan ini juga menyoroti kemungkinan intervensi jauh lebih awal daripada yang dilakukan saat ini, bahkan di masa kanak-kanak dan remaja, untuk mencegah munculnya penyakit mental yang serius itu.