Pengembangan Vaksin Covid-19 Dalam Negeri Segera Rampung
Dua vaksin Covid-19 dalam negeri yang proses pengembangannya ditargetkan selesai pada September 2022. Keberadaan dua vaksin itu untuk mendukung pelaksanaan vaksinasi di Indonesia.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengembangan vaksin Covid-19 buatan dalam negeri telah masuk pada tahap uji klinis fase ketiga. Setidaknya ada dua vaksin yang diharapkan bisa segera digunakan, yakni vaksin Inavac yang dikembangkan Universitas Airlangga dan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia dan vaksin Indovac yang dikembangkan PT Bio Farma dengan Baylor College of Medicine.
Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir saat dihubungi di Jakarta, Senin (5/9/2022), mengatakan, pengembangan vaksin Indovac hampir rampung. Uji klinis fase pertama dan uji klinis fase kedua telah selesai dilakukan. Laporan uji klinis fase ketiga pun akan segera diselesaikan.
”Kami berharap dalam waktu dekat izin edar penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA) vaksin Covid-19 BUMN (Indovac) segera dirilis oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan),” katanya.
Honesti menuturkan, pengembangan vaksin tersebut telah dilakukan sejak November 2021. Pada Juli 2022, komunikasi secara intensif juga mulai dilakukan kepada Badan POM terkait pemenuhan data-data pendukung yang dibutuhkan. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, telah didapatkan hasil interim bahwa vaksin yang dikembangkan memenuhi persyaratan mutu serta memiliki profil keamanan yang baik. Titer netralisasi antibodi yang dihasilkan pun setara dengan vaksin pembanding yang memiliki tingkat efikasi sebesar 80 persen.
Kami berharap dalam waktu dekat izin edar penggunaan darurat vaksin Covid-19 BUMN segera dirilis oleh BPOM.
Vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh PT Bio Farma merupakan jenis vaksin dengan teknologi subunit berbasis protein rekombinan receptor binding domain (RBD) SARS-CoV-2. Kerja sama dengan Baylor College of Medicine dilakukan pada penyediaan benih vaksin. Selanjutnya pengembangan dilakukan PT Bio Farma mulai dari proses karakterisasi benih, optimasi proses produksi, uji praklinik, hingga uji klinik fase satu, dua, dan tiga.
”Hal ini yang membedakan vaksin Covid-19 BUMN produksi Bio Farma dengan vaksin Covid-19 dalam negeri lainnya. Vaksin ini dikembangkan dan diproduksi dari hulu ke hilir oleh anak bangsa dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hampir mencapai 80 persen,” kata Honesti.
Vaksin ini dikembangkan dengan sasaran untuk penggunaan usia dewasa dan anak usia 6-17 tahun, baik untuk indikasi vaksinasi primer maupun vaksinasi dosis penguat (booster). Apabila izin penggunaan darurat dari Badan POM telah didapatkan, pada tahap awal sebanyak 20 juta dosis vaksin akan diproduksi terlebih dahulu dan selanjutnya ditingkatkan menjadi 100 juta dosis.
Secara terpisah, Kepala BPOM Penny K Lukito pada pekan lalu mengatakan, izin penggunaan darurat untuk vaksin yang dikembangkan PT Bio Farma diharapkan dapat dikeluarkan pada pertengahan September 2022. Target itu juga ditujukan untuk pengembangan vaksin Merah Putih Inavac yang dikembangkan Universitas Airlangga dan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia.
”Kami terus lakukan pendampingan untuk fasilitas produksinya dan tentunya dalam proses uji klinik ini juga kami dampingi. Sejumlah perbaikan masih dilakukan pada protokol uji klinik untuk PPUK (persetujuan pelaksanaan uji klinik) karena memang sangat diperlukan kehati-hatian, terutama vaksin untuk anak,” katanya.
Vaksin Inavac yang dikembangkan Universitas Airlangga dan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia merupakan vaksin dengan basis inactivated virus. Pengujian telah dilakukan untuk menentukan dosis yang optimal untuk pemberian pada anak usia 6-11 tahun. Selain itu, uji klinis fase ketiga telah berjalan untuk memastikan optimalisasi pemberian dosis pada anak berusia 12-17 tahun.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan, pemerintah pun memastikan ketersediaan vaksin Covid-19 di masyarakat saat ini masih mencukupi. Per 27 Agustus 2022, masih ada 10 juta dosis vaksin yang tersedia dari berbagai jenis vaksin Covid-19. Jumlah vaksin terbanyak yang masih tersedia adalah vaksin Covovax (3,1 juta dosis) dan Pfizer (4,5 juta dosis).
”Yang perlu kita dorong lagi adalah meningkatkan laju vaksinasi. Laju vaksinasi itu peak (puncak) hampir dua juta dosis per hari. Namun, sekarang karena sudah hampir semua disuntikkan, makanya berkisar 100.000 suntikan per hari,” katanya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 5 September 2022, jumlah penduduk yang mendapatkan dosis primer sebanyak dua dosis sebesar 171,1 juta orang atau 63,3 persen dari total populasi. Adapun jumlah penduduk yang mendapatkan dosis penguat pertama atau dosis ketiga sebanyak 61,1 juta orang atau 22,6 persen dari total penduduk.