Perpustakaan turut berperan mencerdaskan publik. Kapasitas perpustakaan perlu diperkuat, antara lain, dengan peningkatan kompetensi pustakawan dan memperluas kerja sama dengan berbagai pihak.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelibatan perpustakaan untuk membangun sumber daya manusia berkualitas dinilai belum optimal. Padahal, perpustakaan berperan penting sebagai media distribusi pengetahuan yang jadi salah satu modal dasar pembangunan SDM.
Direktur Kebijakan dan Advokasi Federasi Internasional Asosiasi dan Lembaga Perpustakaan (IFLA) Stephen Wyber mengatakan, perpustakaan masih dipandang institusi pendidikan atau kebudayaan saja. Padahal, sebagai lembaga pengelola informasi dan pengetahuan, perpustakaan dapat menyentuh berbagai sektor.
”Informasi sifatnya lintas sektor, misalnya untuk kesehatan, pertanian, hingga inovasi. Penting untuk menjelaskan kepada semua pihak, khususnya pembuat kebijakan, tentang pentingnya perpustakaan. Perpustakaan bisa jadi mitra esensial untuk menelaah masalah dan menyusun solusi,” kata Wyber pada diskusi daring Engaging in IFLA to Strengthen the Future of Libraries oleh Perpustakaan Nasional, Senin (29/8/2022).
Peran perpustakaan juga tercantum di Manifesto Perpustakaan Umum IFLA-UNESCO 2022. Dokumen itu menyebut perpustakaan sebagai daya bagi pendidikan, kebudayaan, inklusi, dan informasi. Perpustakaan juga disebut sebagai agen pembangunan berkelanjutan.
Informasi yang disediakan perpustakaan dinilai turut mencerdaskan publik. Selain itu, informasi tersebut bisa dimanfaatkan individu untuk membuat keputusan penting di hidupnya secara bijak. Itu sebabnya informasi dari perpustakaan menjadi salah satu modal dasar pengembangan SDM.
Meningkatkan literasi
Adapun perpustakaan berperan meningkatkan literasi dan kegemaran membaca masyarakat. Menurut data Badan Pusat Statistik, nilai budaya literasi Indonesia 55,03 pada 2019. Sementara itu, Kajian Budaya Baca Masyarakat Indonesia pada 2019 mencatat nilai rata-rata kegemaran membaca masyarakat adalah 53,84 atau masuk dalam kategori sedang.
Kegemaran membaca masyarakat naik tipis di tahun berikutnya. Berdasarkan survei Tingkat Kegemaran Membaca Nasionaloleh Perpustakaan Nasional, dari skala 1-100, skor kegemaran membaca Indonesia pada tahun 2020 adalah 55,74 atau ada di kategori sedang. Pada 2021, skor ini naik lagi menjadi 59,92 yang juga masuk kategori sedang.
Wyber pun mendorong agar perpustakaan dan pustakawan meningkatkan kapasitasnya. Selain melalui pelatihan, perpustakaan juga dapat memperkuat jejaring dengan pegiat literasi di akar rumput.
”Perpustakaan mesti memikirkan layanan seperti apa yang dapat diberikan (untuk publik). Perpustakaan juga dapat berdiskusi apa fungsi perpustakaan saat ini, bagaimana mendatangi publik, atau cara baru apa yang bisa digunakan untuk mendiseminasi informasi kepada publik,” ucap Wyber.
Wakil Ketua Pengurus Pusat Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Zulfikar Zen mengatakan, baik atau buruknya perpustakaan tidak tergantung pada koleksi yang dimiliki, tetapi seberapa luas akses informasi yang tersedia. Itu sebabnya perpustakaan didorong berjejaring dengan pihak-pihak yang menyediakan informasi.
”Tidak ada perpustakaan yang mampu membayar semua dokumen yang dipublikasi. Maka itu, penting untuk bekerja sama dengan pihak lain,” katanya.
Teknologi
Menurut pustakawan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Mediareni Sulaiman, teknologi bisa dimanfaatkan untuk mendorong kapasitas perpustakaan. Teknologi kecerdasan buatan, misalnya, dapat dikembangkan untuk layanan chatbot.
Pustakawan Ahli Utama Perpusnas Woro Titi Hariyanti menambahkan, Perpusnas mengembangkan Indonesian OneSearch atau IOS. IOS menghubungkan lebih dari 3.000 institusi dan menyediakan lebih dari 12 juta dokumen digital yang dapat diakses publik secara gratis. Ada pula aplikasi iPusnas yang menyediakan bahan bacaan digital koleksi Perpusnas. Perpustakaan digital diharapkan bisa memperluas akses bacaan ke publik.