Kuda dan Bemo Pustaka Untuk Ungkit Kegemaran Membaca
Pegiat literasi berperan penting untuk meningkatkan kegemaran membaca publik dan membuka akses buku hingga ke pelosok Indonesia. Negara mesti hadir untuk memfasilitasi mereka.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia yang masih dalam kategori sedang, diyakini berhubungan dengan terbatasnya akses buku ke daerah pelosok. Peran pegiat literasi penting untuk menjembatani keterbatasan itu. Di sisi lain, negara mesti hadir dan mendukung pegiat literasi.
Menurut survei Tingkat Kegemaran Membaca Nasional oleh Perpustakaan Nasional, pada tahun 2021, skor kegemaran membaca Indonesia adalah 59,92 dari skala 1-100. Artinya, tingkat kegemaran membaca ada di kategori sedang. Skor ini meningkat dibanding tahun 2020, yakni 55,74 yang juga masuk kategori sedang.
“Kami meyakini bukan minat atau kegemaran membaca yang kurang, melainkan akses untuk mendapat bahan-bahan bacaan. Ini terbukti ketika ada perpustakaan keliling, masyarakat akan datang,” kata Deputi II Perpustakaan Nasional Deni Kurniadi pada gelar wicara daring berjudul “Penggerak Literasi Bicara: Berbagi Rasa Merdeka”, Selasa (16/8/2022).
Buku bacaan sulit diperoleh di daerah dengan kondisi geografis yang menantang, misalnya pegunungan. Akses buku di daerah terdepan, terluar, tertinggal atau 3T juga sulit.
Ridwan Sururi, pegiat literasi di Purbalingga, Jawa Tengah, mengadakan Kuda Pustaka sejak 2014 untuk menumbuhkan kegemaran membaca pada masyarakat. Kuda Pustaka adalah perpustakaan keliling dengan kuda sebagai alat transportasinya.
Kami meyakini bukan minat atau kegemaran membaca yang kurang, melainkan akses untuk mendapat bahan-bahan bacaan. (Deni Kurniadi)
“Kenapa kuda? Kami tinggal di daerah pegunungan dan pelosok yang sulit dijangkau dengan alat transportasi lain. Selain itu, kuda memiliki daya tarik sendiri. Walau tidak membawa buku, anak-anak akan berkerumun untuk melihat atau memegang kuda. Momen itu saya gunakan untuk menggiatkan literasi,” kata Ridwan.
Saat pertama kali beroperasi, Kuda Pustaka memiliki 136 eksemplar buku. Kini, buku koleksi perpustakaan bertambah jadi 5.000 eksemplar. Buku itu tidak hanya berasal dari Indonesia, tapi juga Jerman, Amerika Serikat, Singapura, Inggris, dan Kanada.
Adapun, Sutino mengadakan perpustakaan keliling dengan bemo yang disebut Bemo Pustaka. Bemo Pustaka beroperasi di Jakarta. Sutino biasanya menarik bemo di kawasan Karet hingga Sudirman, Jakarta Pusat, lantas berkeliling dengan Bemo Pustaka.
“Saya rasa keberadaan perpustakaan sangat berguna. Orang yang tidak punya uang jadi bisa pinjam buku ke perpustakaan,” ucapnya.
Sementara itu, Duta Baca Kabupaten Jayapura sekaligus Ketua Rumah Baca Onomi Niphi, Hanny Felle, menjadikan rumahnya sebagai perpustakaan untuk warga. Kini ada lebih dari 10.000 eksemplar buku di rumahnya.
Pendiri sekaligus Kepala Pustaka Bergerak Nirwan Arsuka mengatakan, para relawan menggiatkan literasi hingga ke perkebunan kelapa sawit, bahkan ada yang menyeberang dengan perahu. Selain itu, para relawan juga menghadapi tantangan, seperti kecurigaan warga.
“Kadang warga curiga kenapa mereka datang ke sana sambil membawa buku. Sempat ada yang mengira relawan mau menculik anak-anak. Namun, karena konsistensi para relawan, masyarakat akhirnya mendukung,” kata Nirwan.
Menurut Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpusnas Adin Bondar, relawan literasi ibarat pejuang kemerdekaan di masa kini. Gerakan mereka berhasil membuka akses masyarakat terhadap informasi dan pengetahuan. Keduanya adalah modal penting untuk bersaing di era sekarang, serta untuk meningkatkan kualitas hidup.
“Pemerintah perlu hadir dan memfasilitasi pegiat literasi. Sebelumnya, pemerintah melalui Perpusnas mendukung Pustaka Bergerak melalui 20 motor yang digunakan untuk kegiatan literasi,” ucap Adin.
Pemerintah juga mengadakan program Gerakan Literasi Nasional (GLN). Sebanyak 12,7 juta eksemplar buku akan didistribusikan ke satuan pendidikan anak usia dini (PAUD) dan SD pada GLN 2022.
GLN dilaksanakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pencetakan buku bekerja sama dengan sejumlah percetakan, sementara distribusi buku dilakukan oleh PT Pos Indonesia (Kompas.id, 12/7/2022).