Ablasio retina merupakan gangguan pada mata yang memerlukan penanganan yang cepat dan tepat. Jika tidak segera ditangani, risiko kebutaan bisa terjadi.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gangguan lapang pandang menjadi salah satu gejala ablasio retina dan bisa terjadi pada semua umur. Penanganan yang cepat dan tepat harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kebutaan.
Dokter spesialis mata konsultan vitreoretina RS Mata Jakarta Eye Center, Soefiandi Soedarman, mengatakan, gejala yang bisa muncul dari ablasio retina, antara lain, munculnya bercak hitam yang melayang (floaters), sinar seperti kilatan, serta gangguan lapang pandang. Biasanya, gangguan lapang pandang terjadi mulai dari bagian tepi kemudian meluas hingga menutupi seluruh lapang pandang.
”Jika gejala awal seperti muncul bercak hitam dan kilatan sudah terjadi jangan tunggu terlalu lama. Segera datang ke dokter mata untuk diperiksa apakah itu merupakan ablasio retina. Jika tidak segera ditangani, risiko kebutaan bisa terjadi,” ujarnya, di Jakarta, Rabu (24/8/2022).
Ablasio retina merupakan gangguan kesehatan mata yang terjadi akibat lepasnya lapisan retina. Kondisi ini disebabkan oleh lubang atau robekan pada retina. Ablasio retina merupakan kegawatdaruratan yang memerlukan penanganan cepat. Kondisi ini berpotensi menyebabkan kebutaan jika tidak segera dilakukan tindakan operasi.
Soefiandi menuturkan, ablasio retina bisa dideteksi sejak dini melalui pemeriksaan retina. Untuk itu, pemeriksaan rutin menjadi penting agar penanganan bisa segera dilakukan sebelum kondisi menjadi parah.
Pemeriksaan retina bisa dilakukan setidaknya enam bulan sampai setahun sekali, terutama pada seseorang yang memiliki faktor risiko terjadi ablasio retina. ”Faktor risiko terjadinya ablasio retina pada orang dengan riwayat minus tinggi. Selain itu, ablasio retina lebih banyak ditemui pada orang lanjut usia akibat faktor degeneratif dan orang dengan diabetes melitus,” tuturnya.
Soefiandi menyampaikan, deteksi yang terlambat menyebabkan sebagian besar pasien ablasio retina ditemukan dalam kondisi yang sudah parah. Ada 80-90 persen pasien ablasio retina memerlukan tindakan operasi.
Segera datang ke dokter mata untuk diperiksa apakah itu merupakan ablasio retina. Jika tidak segera ditangani, risiko kebutaan bisa terjadi. (Soefiandi Soedarman)
Padahal, jika risiko ablasio retina bisa ditemukan sejak dini, penanganan bisa dilakukan dengan tindakan laser fotokoagulasi untuk mencegah kondisi lebih buruk di kemudian hari. Tindakan medis yang dilakukan pada pasien diperlukan untuk mengembalikan retina pada posisi semula.
Retina memiliki fungsi yang penting dalam penglihatan seseorang. Lapisan tipis yang berada di belakang bola mata ini berperan untuk menangkap cahaya dari luar yang kemudian diubah menjadi sinyal saraf. Sinyal tersebut kemudian diteruskan oleh otak dalam proses penglihatan.
Jenis ablasio retina
Dokter spesialis mata konsultan vitreoretina yang juga Direktur Utama RS Mata Jakarta Eye Center (JEC) Menteng, Jakarta, Referano Agustiawan, menuturkan, gangguan ablasio retina bisa terjadi pada semua usia. Karena itu, kewaspadaan harus dimiliki oleh masyarakat.
Berdasarkan penyebabnya terdapat tiga jenis ablasio retina, yakni ablasio regmatogen, traksional, dan eksudatif. Ablasio retina regmatogen biasanya terjadi karena adanya robekan atau lubang dari retina. Penyebabnya bisa karena degenerasi pada lanjut usia. Sementara ablasio retina traksional terjadi karena adanya tarikan pada retina. Ini banyak terjadi pada pasien diabetes melitus yang mengalami retinopati diabetik akut.
Sementara ablasio retina eksudatif terjadi akibat mengendapnya cairan pada bagian bawah retina. Jenis ablasio retina ini sangat jarang dijumpai. Biasanya, ablasio jenis ini ditemui pada orang dengan riwayat infeksi dan ibu hamil yang mengalami pre-eklamsia.
Referano menuturkan, penanganan untuk ablasio retina berbeda dengan gangguan mata lainnya, seperti lasik ataupun operasi katarak. Operasi untuk ablasio retina harus dilakukan segera karena tujuannya untuk mencegah kebutaan.
”Pasien mungkin tidak bisa memiliki kualitas penglihatan seperti semula, tetapi jika tidak dioperasi, fungsi penglihatan bisa hilang karena kebutaan. Ablasio retina memerlukan tindakan yang cepat dan tepat,” ucapnya.
Kepala Divisi Marketing Communication RS Mata JEC Mubadiyah menambahkan, kecepatan yang diperlukan dalam penanganan pasien ablasio retina itu mendorong RS Mata JEC untuk menyediakan layanan kamar operasi retina 24 jam. Dengan adanya layanan ini diharapkan pasien dengan gangguan retina darurat bisa segera mendapatkan penanganan. Risiko kebutaan pun bisa dicegah.