Terapi Inovatif untuk Tumor, Tulang, dan Jantung Dikembangkan
Guru besar Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University berhasil mengembangkan terapi inovatif untuk mengatasi tumor, penyembuhan tulang hingga jantung.
Oleh
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Guru Besar Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University Prof Dr dr Gunantiberhasil mengembangkan terapi inovatif untuk mengatasi tumor, penyembuhan tulang hingga jantung. Sebelum diaplikasikan kepada manusia, terapi inovatif ini sudah diuji pada hewan model.
Pengembangan terapi inovatif untuk tumor, tulang, dan jantung tersebut disampaikan Gunanti saat memberikan orasi ilmiah pada Kamis (28/7/2022) di Bogor, Jawa Barat.Dalam acara tersebut, Gunanti menyampaikan orasi ilmiah berjudul ”Inovasi Hewan Model untuk Penanganan Penyakit pada Manusia dan Riset Pengembangan Transplantasi Organ”.
Gunanti mengemukakan, penggunaan hewan model kini telah berkembang pesat pada hampir semua bidang penelitian biomedis. Penelitian ini tidak hanya sebatas biologi dasar, tetapi juga pada bidang imunologi, penyakit menular, dan perilaku.
Gunanti menjabarkan berbagai penelitian dan pelatihan dengan hewan model telah dilakukannya dan tim sejak 2002. Berbagai intervensi medis menggunakan hewan model ini di antaranya rekayasa reproduksi, induksi tumor, transplantasi ginjal, pembuatan defek tulang, terapi untuk sepsis, percobaan autotransfusi, dan terapi jantung dengan sel punca.
Penggunaan hewan model kini telah berkembang pesat pada hampir semua bidang penelitian biomedis. Penelitian ini tidak hanya sebatas biologi dasar, tetapi juga pada bidang imunologi, penyakit menular, dan perilaku.
Untuk terapi kasus tumor, Gunanti dan tim berhasil mengembangkan herbal dari tanaman nusa indah blustru, temu putih, dan daun keladi. Pengujian dilakukan dengan induksi tumor dan terapi herbal secara sistemik kepada kelinci dan mencit. Tumor berhasil diinduksi dengan baik pada mamari kelinci dan kulit mencit.
Kemudian untuk terapi penyembuhan tulang, pada 2014, Gunanti mencoba melakukan riset mengenai keterlambatan persembuhan tulang yang diterapi dengan insulin-like growth factor dan estradiol. Hasil riset menunjukkan bahwa kedua sediaan ini mempercepat persembuhan fraktur tulang.
Sementara untuk terapi jantung, Gunanti menyebutkan bahwa penelitian ini dilakukan karena hingga saat ini, transplantasi jantung sangat terbatas karena sulitnya mencari ketersediaan donor. Di sisi lain, harga pompa buatan masih sangat mahal. ”Oleh karena itu, perlu dipikirkan metode lain yang berguna untuk mengembalikan fungsi jantung,” ujarnya.
Gunanti menjelaskan, sel punca merupakan sel yang memiliki kemampuan untuk memperbarui diri dan berdiferensiasi menjadi beberapa tipe sel dengan fungsi tertentu. Salah satu tipe sel punca yang dapat digunakan ialah amniotik epithelial cells (AEC). Dari segi biaya, amnion juga sangat terjangkau karena dapat diperoleh dari persalinan yang biasanya dianggap sebagai sampah medis.
Penelitian tentang transplantasi organ ini diakui Gunanti menghadapi tantangan yang cukup berat karena dilakukan pada puncak pandemi di Indonesia tahun 2020. Percobaan pilot dan fiksasi protokol pada tahap awal juga ditempuh dengan berat karena banyaknya kematian pada sampel hewan.
Selain itu, proses koleksi sel amnion asal induk hewan juga berulang kali gagal karena kontaminasi. Sampel hewan yang telah mengalami induksi infark tidak bertahan dengan kondisi kerusakan otot jantung dan infeksi sepsis.
Berangkat dari evaluasi sejumlah kegagalan dan kendala, pada 2021 semua protokol yang disiapkan membuat Gunanti dan tim berhasil melaksanakan penelitian tersebut. Koleksi AEC berhasil dilakukan dengan viabilitas mencapai 98 persen tanpa kontaminasi. Metode induksi infark juga berubah total tetapi tidak begitu fatal.
”Keberhasilan proses penelitian ini adalah seluruh sampel berhasil hidup sampai waktu terminasi. Hewan model yang digunakan dalam riset ini adalah babi karena terdapat kesamaan ukuran, berat, anatomi, pembuluh darah, aktivitas ventrikel, serta elektrofisiologi jantung yang mirip dengan manusia,” katanya.
Biokomposit dan obesitas
Selain Gunanti, pada waktu yang sama dua guru besar IPB University lain juga menyampaikan orasi ilmiahnya. Mereka adalah ProfDr Dede Hermawandari Fakultas Kehutanan dan Lingkunganserta Prof Dr Hadi Riyadidari Fakultas Ekologi Manusia.
Orasi ilmiah dari Dede Hermawan berjudul ”Potensi dan Aplikasi Biokomposit Ramah Lingkungan”. Sementara orasi ilmiah yang disampaikan Hadi Riyadi yakni tentang ”Obesitas sebagai Masalah Gizi Masyarakat dan Strategi Penanggulangannya”.
Dede memaparkan berbagai inovasi biokomposit yang telah dikembangkan seperti biokomposit balok laminasi, papan blok, kayu lapis, papan partikel, dan papan semen. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir juga dikembangkan genteng ringan, bet tenis meja papan partikel, dan beton ringan.
”Pemanfaatan bahan berlignoselulosa sebagai substitusi kayu solid menghasilkan produk biokomposit berkualitas tinggi dan ramah lingkungan. Penggunaan asam organik sebagai perekat ramah lingkungan dengan penambahan ekstender tepung porang untuk biokomposit juga memiliki kualitas yang telah memenuhi standar,” ujarnya.
Sementara dalam orasinya, Hadi menyebut bahwa hasil penelitiannya pada 2018 menunjukkan sekitar 69 persen wanita mengalami obesitas dari yang sebelumnya tidak obesitas. Hal ini dapat berdampak pada perekonomian dan kesehatan sehingga perlu strategi penanggulangan mulai dari regulasi, pencegahan, manajemen, hingga surveilans.
”Kerugian ekonomi dan kesehatan akibat obesitas harus jadi pertimbangan utama dalam mengatasi masalah obesitas. Diperlukan strategi untuk menanggulangi masalah ini yang melibatkan berbagai sektor,” katanya.