Pendidikan madrasah semakin dikembangkan agar unggul dan kompetitif. Penguatan literasi digital dan berpikir komputasional kini juga menjadi kompetensi yang penting dikuasai guru dan siswa madrasah.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Madrasah yang menjalankan pendidikan formal dengan kekhasan agama Islam kini memperkuat peserta didik dengan kecakapan literasi digital dan berpikir komputasional. Generasi muda yang dididik di madrasah disiapkan agar tidak hanya menjadi penonton dari perkembangan teknologi digital, tetapi diarahkan agar dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan pembelajaran serta memasuki revolusi industri 4.0 dan society 5.0.
Sekolah di madrasah juga menjadi tempat untuk menyiapkan siswa hidup dalam budaya dan komunitas digital. Karena itu, dukungan bagi guru dan tenaga kependidikan di madrasah diberikan Kementerian Agama agar dapat menguatkan kompetensi literasi digital dan berpikir komputasional digital.
Dukungan Kementerian Agama untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi digital di madrasah diwujudkan melalui kerja sama dengan Penerbit Erlangga yang menerbitkan buku Panduan Literasi Digital bagi Guru Madrasah dan Panduan Berpikir Komputasional bagi Guru Madrasah. Peluncuran buku itu digelar di acara talkshow bertajuk ”Kecakapan Berpikir Komputasional Menyongsong Madrasah Melek Digital” dan dihadiri Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi; Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Muhammad Ali Ramdhani;dan penulis buku, Rahmat Hidayatullah, di panggung utama Islamic Book Fair di Jakarta, Kamis (4/8/2022) malam.
“Madrasah sebagai satuan pendidikan formal di bawah Kementerian Agama dengan kekhasan agama Islam harus terlibat aktif mewujudkan visi Indonesia 2045. Madrasah unggul dan kompetitif kini juga ditingkatkan dengan penguasaan teknologi dalam pembelajaran agar peserta didik siap memasuki perkembangan zaman,” kata Zainut.
Menurut Zainut, investasi pada guru untuk memiliki kompetensi kecakapan teknologi pembelajaran dalam teknologi digital kini semakin penting. Untuk itu, pelatihan guru harus juga dilengkapi dengan pelatihan teknologi digital untuk pembelajaran yang memperkuat pedagogi, inovasi, dan kemajuan lain dalam pendidikan.
Teknologi mutakhir
Sementara itu, Ali Ramdhani mengatakan, penguatan teknologi digital di pendidikan madrasah diluncurkan sejak tahun 2020. Hal ini melihat dari perjalanan para ulama besar yang selalu beradaptasi dengan teknologi di zamannya.
”Wali Songo untuk dakwah menggunakan teknologi di zamannya, yakni melalui wayang. Kini, kita melihat realitas kehidupan manusia yang tak lepas dari media sosial atau Youtube, mulai dari hiburan dan kini untuk pendidikan. Realitas ini menuntut guru dan peserta didik juga harus bisa memanfaatkan teknologi mutakhir agar selaras dengan perkembangan zaman,” kata Ali.
Ali menegaskan, untuk menjadi madrasah hebat bermartabat, sistem digital yang kuat di pendidikan madrasah harus dibangun. ”Kita tidak bisa lagi bekerja hanya secara manual, pelan-pelan kita harus mulai mengarah pada penguatan digital culture atau budaya digital,” kata Ali.
Kita tidak bisa lagi bekerja hanya secara manual, pelan-pelan kita harus mulai mengarah pada penguatan digital cultureatau budaya digital. (Ali Ramdhani)
Rahmat mengatakan, sebagai pemangku kepentingan utama dalam dunia pendidikan, guru perlu meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogik untuk mendukung kegiatan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru abad ke-21 adalah kompetensi literasi digital dan keterampilan berpikir komputasional.
Buku Panduan Literasi Digital bagi Guru Madrasah dan Panduan Berpikir Komputasional bagi Guru Madrasah diharapkan dapat menjadi rujukan primer bagi guru madrasah dalam upaya memperkuat kecakapan literasi digital dan kemampuan berpikir komputasional. ”Melalui penguasaan atas kedua jenis keterampilan abad ke-21 ini, guru madrasah diharapkan menjadi pendidik garda depan dalam pengembangan pedagogi inovatif di era Pendidikan 4.0.,” kata Rahmat.
Berpikir komputasional adalah mengajak anak memahami cara berpikir manusia seperti yang dilakukan ilmuwan komputer. Masyarakat modern mengenal algoritma, cara berpikir prosedural dengan mengikuti langkah demi langkah.
Ada juga dekomposisi untuk memecah atau mencacah bagian besar menjadi kecil-kecil. Lalu, abstraksi untuk membuat hal-hal yang terserak banyak menjadi satu kesatuan sehingga dapat diambil hal penting, termasuk juga berpikir logis.
Buku Panduan Literasi Digital bagi Guru Madrasah menyajikan panduan dalam penerapan literasi digital untuk kegiatan pembelajaran di lingkungan madrasah secara khusus, dan lingkungan sekolah pada umumnya. Buku ini berusaha menjawab secara komprehensif apa yang dimaksud dengan literasi digital secara umum dan apa relevansinya bagi dunia pendidikan dan pembelajaran, khususnya di lingkungan madrasah. Buku ini dimaksudkan sebagai bekal para guru dan pendidik di lingkungan madrasah, para santri, dan sekolah pada umumnya dalam menyongsong digitalisasi segala aspek kehidupan di masa depan.
Sementara itu, buku Panduan Berpikir Komputasional bagi Guru Madrasah memuat perkenalan konsep dasar Computational Thinking (CT) bagi guru madrasah agar mereka mampu mengintegrasikan pemikiran komputasional dalam aktivitas pedagogis sehari-hari. Buku ini akan memandu setiap pendidik memiliki pemahaman yang tepat tentang semua hal yang berkaitan dengan computational thinking (CT).
Buku Panduan Berpikir Komputasional bagi Guru Madrasah dilengkapi contoh-contoh ilustrasi yang didasarkan pada konsep komputasional sehari-hari yang berasal dari pelbagai domain. Pada akhir setiap bab dalam buku ini disajikan pula latihan untuk menguji pengetahuan dan kemampuan setiap pendidik. Selain itu, dilampirkan pula beberapa contoh soal dan lembar kerja siswa, serta lembar pedoman untuk guru.