Satu kasus suspek cacar monyet dilaporkan di Pati, Jawa Tengah. Penyelidikan epidemiologi sedang dilakukan. Pemeriksaan pun masih berjalan untuk memastikan status penularan dari kasus tersebut.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS— Kementerian Kesehatan melaporkan adanya satu kasus supek cacar monyet di Pati, Jawa Tengah. Penyelidikan epidemiologi tengah dilakukan untuk memastikan adanya penularan penyakit menular tersebut.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu yang dihubungi di Jakarta, Rabu (3/8/2022), mengatakan, satu kasus suspek cacar monyet yang dilaporkan di Pati, Jawa Tengah, telah dirawat di rumah sakit untuk ditangani sesuai tata laksana kasus cacar monyet. Sampel dari spesimen kasus itu juga sudah dikirim ke Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof dr Sri Oemijati Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan di Jakarta.
”Petugas dinkes (dinas kesehatan) setempat juga sudah melakukan PE (penyelidikan epidemiologi) ke tempat tinggi untuk mencari kontak erat,” katanya.
Saat dihubungi secara terpisah, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menyampaikan, kasus suspek cacar monyet yang dilaporkan tersebut adalah laki-laki berusia 55 tahun. Kasus ini tidak memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri. Untuk sementara, kasus tersebut telah menjalani perawatan di ruang isolasi.
”Kita perlu pastikan apakah kasus ini cacar monyet atau bukan lewat pemeriksaan laboratorium PCR. Bisa saja ini hanya cacar biasa atau penyakit lain yang bukan monkeypox,” ucapnya. Saat ini belum ada laporan kasus lain terkait cacar monyet, baik suspek, probable, ataupun terkonfirmasi. Meski demikian, masyarakat diharapkan tetap waspada.
Satu kasus suspek cacar monyet yang dilaporkan di Pati, Jawa Tengah telah dirawat di rumah sakit untuk ditangani sesuai dengan tatalaksana kasus cacar monyet.
Cacar monyet merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui hewan atau zoonosis. Penyakit ini bisa menular dari hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia. Gejala dari penyakit ini, antara lain, demam tinggi, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjar getah bening di bagian leher, ketiak, atau selangkangan, nyeri otot, dan lemas. Gejala lain yang terjadi adalah ruam di kulit.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mengatakan, sistem deteksi kasus cacar monyet di Indonesia perlu ditingkatkan. Risiko adanya penularan di masyarakat cukup besar mengingat sejumlah negara tetangga sudah melaporkan adanya kasus terkonfirmasi, sedangkan mobilitas warga antarnegara terbilang tinggi.
”Kapasitas deteksi harus diperkuat. Pada prinsipnya, sama seperti penanganan penyakit menular infeksi lainnya, semakin cepat terdeteksi semakin cepat pula penanganan bisa dilakukan. Risiko penularan yang makin meluas bisa dicegah,” tuturnya.
Masyarakat pun diharapkan bisa secara aktif melaporkan apabila mengalami gejala atau kontak erat dengan kasus terinfeksi. Untuk itu, komunikasi risiko dan sosialisasi mengenai cacar monyet menjadi amat penting agar masyarakat bisa lebih sadar akan penyakit tersebut.
Masdalina menambahkan, komunikasi risiko yang disampaikan ke masyarakat mengenai cacar monyet sebaiknya tidak merujuk pada satu kelompok tertentu. Penyakit ini dapat menular ke siapa pun, mulai dari anak-anak hingga orang lansia. Meskipun kasus global banyak ditemukan pada kelompok gay atau laki-laki suka laki-laki (LSL), ketika sudah menjadi wabah global, maka penularan bisa terjadi secara luas.
Per 29 Juli 2022, sebanyak 76 negara melaporkan kejadian cacar monyet atau monkeypox dengan total sebanyak 22.485 kasus. Kasus tertinggi dilaporkan di Amerika Serikat dengan 22.141 kasus. Sejumlah negara tetangga Indonesia sudah melaporkan adanya kasus, seperti Singapura (11 kasus), Thailand (2 kasus), dan Filipina (1 kasus). Sementara itu, kasus kematian juga sudah dilaporkan, antara lain, di Spanyol, Brasil, dan India.