Pemahaman masyarakat masih rendah mengenai tengkes. Hal ini membuat upaya percepatan penurunan angka tengkes terhambat. Edukasi dan promosi kesehatan perlu lebih masif dengan melibatkan berbagai sektor, termasuk swasta.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemahaman masyarakat yang masih minim mengenai tengkes serta upaya pencegahan dan penanganannya menjadi kendala yang dihadapi dalam percepatan penurunan tengkes di Indonesia. Edukasi dan advokasi tentang tengkes di masyarakat pun perlu lebih masif. Semua pihak harus terlibat, termasuk swasta.
Staf Ahli Muda Direktorat Bina Keluarga, Balita, dan Anak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Muslicha dalam peluncuran iklan layanan masyarakat ”Cegah Stunting Itu Penting” di Jakarta, Senin (25/7/2022), mengatakan, sumber daya advokasi serta komunikasi, edukasi, dan informasi (KIE) yang terbatas menjadi salah satu kendala untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai tengkes (stunting). Hal ini pula yang dapat menghambat upaya percepatan penurunan tengkes di Indonesia.
”Upaya advokasi dan KIE ini tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Kami perlu bekerja sama dengan lintas sektor. Melalui pendekatan multisektor dan multipihak, edukasi bisa makin luas. Keterlibatan kementerian dan lembaga, pemerintah daerah sampai tingkat desa, dan swasta amat diperlukan,” katanya.
Menurut Muslicha, upaya advokasi dan edukasi dapat makin optimal apabila banyak pihak yang terlibat. Itu diharapkan dapat mendorong perubahan perilaku masyarakat yang pada akhirnya dapat berkontribusi terhadap penurunan angka tengkes di Indonesia.
Melalui pendekatan multisektor dan multipihak, edukasi bisa makin luas. Keterlibatan kementerian dan lembaga, pemerintah daerah sampai tingkat desa, dan swasta amat diperlukan.
Tujuan advokasi dan edukasi tentang tengkes akan lebih optimal dicapai apabila disampaikan pada sasaran kunci dari penanganan tengkes terkait 1.000 hari pertama kehidupan. Sasaran tersebut meliputi keluarga yang memiliki anak usia bawah dua tahun dan anak usia bawah lima tahun. Ibu hamil dan menyusui termasuk dalam sasaran kunci tersebut.
Muslicha mengungkapkan, pemerintah dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting pun telah mendorong peningkatan komitmen dari semua pihak dalam penanganan tengkes. Dalam aturan tersebut, salah satu yang ditekankan adalah peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat.
”Makin banyak keluarga yang terpapar mengenai edukasi soal stunting diharapkan pemahaman kian meningkat. Perubahan perilaku masyarakat untuk mencegah stunting akhirnya bisa terbentuk,” ujarnya.
Iklan layanan masyarakat
Vice President General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh Sugijanto menyampaikan, iklan layanan masyarakat bertajuk ”Cegah Stunting Itu Penting” merupakan bentuk kolaborasi yang dilakukan pihak swasta bersama pemerintah dalam upaya mempercepat penurunan tengkes. Lewat iklan yang akan ditayangkan di berbagai media ini diharapkan pemahaman masyarakat mengenai tengkes bisa makin baik.
Setidaknya ada enam pesan yang disampaikan dalam iklan layanan masyarakat tersebut, yang meliputi minum tablet tambah darah setiap hari untuk ibu hamil, pemeriksaan rutin dan mengikuti kelas ibu hamil di layanan kesehatan, serta cukup pemberian ASI saja untuk bayi sampai usia enam bulan. Pesan lainnya, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menggunakan jamban yang sehat, serta rutin ke posyandu setiap bulan.
Pengajar Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Nissa Cita Adinia, mengatakan, iklan layanan masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai media dalam kampanye dan komunikasi untuk tujuan perubahan perilaku. Pesan yang disampaikan harus mudah dipahami dengan konten yang dekat dengan masyarakat.
”Meski kita sudah mendengar istilah stunting sejak lima sampai tujuh tahun yang lalu, perlu kita pahami stunting mengandung banyak kompleksitas. Pesan terkait stunting itu tidak mudah, tetapi bisa disampaikan melalui perilaku konkret yang harus dilakukan masyarakat,” ujarnya.
Nissa menambahkan, strategi lain yang juga perlu diperhatikan adalah komunikasi yang dilakukan secara berkelanjutan. Tengkes merupakan kondisi yang dampaknya berkepanjangan. Tidak semua masyarakat dihadapkan dengan kasus tengkes di lingkungannya.
Ia menuturkan, pemangku kepentingan diharapkan dapat melakukan evaluasi dan pemonitoran secara berkala untuk mengukur pencapaian dari kampanye kesehatan yang dilakukan. Kampanye dikatakan berhasil apabila pemahaman masyarakat sudah lebih baik.
”Terkait stunting, kampanye ataupun iklan layanan masyarakat dikatakan berhasil apabila pemahaman masyarakat mengenai stunting sudah lebih baik. Masyarakat tahu apa ciri-ciri anak stunting, apa dampaknya, dan apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah stunting,” kata Nissa.