Anak Perlu Dilibatkan dalam Rencana Kontingensi Bencana
Anak-anak dan remaja perlu dilibatkan dalam rencana kontigensi bencana karena pendapatnya bisa melengkapi serta memenuhi hak-hak mereka.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anak dan remaja merupakan salah satu kelompok yang paling berisiko terdampak bencana. Oleh karena itu, pelibatan langsung anak dan remaja dalam rencana kontingensi bencana sangat diperlukan guna memenuhi berbagai hak mereka.
Hal itu mengemuka dalam diskusi bertajuk ”Rencana Kontingensi Bencana yang Berpusat pada Anak” di Jakarta dan disiarkan secara daring, Jumat (22/7/2022). Diskusi tersebut sekaligus dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2022.
Mitra Muda Dana Anak-anak PBB (Unicef) Erwin Mahendra menyampaikan, dampak bencana terhadap anak dan meliputi aspek pemenuhan kebutuhan dasar, kesehatan, psikososial, hingga hak tumbuh kembang. Padahal, anak dan remaja masih dalam tahap tumbuh dan berkembang sehingga harus dipastikan berbagai aspek pendukung dalam keadaan yang baik.
”Mereka perlu terlibat dalam perencanaan kontingensi bencana untuk memenuhi hak mereka, terutama hak partisipatif dan perlindungan. Pendapat mereka juga bisa melengkapi hak mereka dalam keadaan darurat,” ujarnya.
Menurut Erwin, rencana kontingensi bencana yang hanya melibatkan orang dewasa tanpa melibatkan kelompok berisiko lainnya akan ada ruang kosong dalam pemenuhan hak-hak anak dalam situasi darurat. Tanpa adanya pelibatan anak, rencana kontingensi mungkin hanya menekankan aspek pemenuhan perlindungan tempat bencana atau mata pencarian terdampak.
Erwin menilai bahwa kurangnya keterlibatan anak dan remaja dalam perencanaan kontingensi bencana terjadi karena ada faktor penghambat, seperti kurangnya pengetahuan. Di sisi lain, isu bencana kerap dibicarakan orang dewasa dengan terminologi yang sulit dan tidak dipahami anak-anak ataupun remaja.
Emergency Specialist Unicef Lina Sofiani mengakui bahwa keterlibatan anak dalam menyusun rencana kontingensi bencana perlu pendekatan dan cara khusus. Hal ini bertujuan agar isu bencana dapat dipahami dengan mudah oleh anak.
Salah satu cara yang dilakukan ialah dengan memantik diskusi awal dan bercerita yang menyenangkan bagi anak-anak. Fasilitator juga harus memberikan ruang bagi anak agar mereka dapat berekspresi atau menyampaikan perasaannya saat terjadi bencana.
Isu bencana kerap dibicarakan orang dewasa dengan terminologi yang sulit dan tidak dipahami anak-anak ataupun remaja.
Lina menegaskan, keterlibatan ini merupakan bagian dari inisiatif penguatan rencana kontingensi bencana yang berpusat pada anak. Inisiatif ini dimulai saat Unicef bekerja sama dengan Radar Indonesia dalam mendukung Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman untuk memutakhirkan rencana kontingensi Gunung Merapi pada 2019.
”Hal yang kami lakukan adalah memberikan pendampingan dan pelatihan kepada fasilitator terkait dengan partisipasi perlindungan anak. Salah satu hasil dari diskusi ialah membuat posko pelaporan perlindungan perempuan anak dan ada ruang ramah anak,” katanya.
Rujukan operasi
Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pangarso Suryotomo mengatakan, BNPB memiliki rencana kontingensi bencana merupakan dasar perencanaan dari kegiatan penanggulangan bencana. Rencana kontingensi ini beberapa kali mengalami perubahan karena disesuaikan dengan kondisi saat ini, khususnya saat pandemi.
”Rencana kontingensi ini minimal harus menjadi rujukan dalam rencana operasi. Kami bersepakat dengan sejumlah pihak, terutama di daerah, untuk menjadikan rencana kontingensi terbaru, yakni 5.0 sebagai pedoman,” ujarnya.
Terdapat tiga hal yang didorong dalam Rencana Kontingensi 5.0 ini, yaitu diseminasi, peningkatan kapasitas pengelolaan, dan perancanaan penganggaran di daerah. Selain pemerintah, kelompok atau organisasi masyarakat, termasuk yang fokus terhadap isu anak, juga bisa turut terlibat dalam menyusun rencana kontingensi ini.
”Forum maupun lembaga sosial yang fokus terhadap isu anak dapat terlibat mulai dari penyusunan, perencanaan, hingga strategi terkait dengan apa yang perlu dilakukan saat terjadi bencana,” ujarnya.