Gotong Royong, Praktik dan Pengalaman Indonesia dalam Penanggulangan Bencana
Indonesia menjadikan forum GPDRR 2022 di Bali sebagai ajang berbagi pengalaman dan praktik baik dalam upaya penanganan dan penanggulangan bencana. Gotong royong menjadi contoh praktik kesadaran kolektif di Indonesia.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·5 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Pertemuan ke-7 Forum Kebijakan Global Pengurangan Risiko Bencana atau Global Platform for Disaster Risk Reduction di Nusa Dua, Badung, Bali, menjadi ajang Indonesia berbagi pengalaman dalam penanganan dan penanggulangan bencana bersama warga dunia. Kegotongroyongan sebagai bentuk kesadaran kolektif dan keterlibatan segenap pemangku kepentingan dalam menangani dan menanggulangi bencana menjadi contoh praktik baik Indonesia yang ditunjukkan dalam ajang GPDRR 2022 di Bali.
Seusai pembukaan pertemuan ke-5 Konferensi Rekonstruksi Dunia (World Reconstruction Conference/WRC) di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Badung, Senin (23/5/2022), Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, yang juga Ketua Panitia Nasional GPDRR 2022, Muhadjir Effendy menyatakan, pelaksanaan pertemuan ke-7 GPDRR 2022 mendapat perhatian khalayak global. Hal itu ditandai dengan tingginya animo pendaftar, yang ingin menghadiri forum GPDRR 2022 di Bali.
”Peserta yang mendaftar hampir 7.000 orang. Namun, United Nations yang menyeleksi dan menerima siapa saja yang menjadi peserta,” kata Muhadjir di BICC Nusa Dua, Badung, Senin (23/5).
Panitia membatasi jumlah peserta yang hadir secara langsung di tempat acara sebanyak 4.500 orang. Adapun peserta yang sudah mendaftar, tetapi tidak mendapatkan akses masuk ke tempat acara, menurut Muhadjir, sudah disiapkan tempat di lokasi lain, yakni area Rumah Resiliensi Indonesia di Nusa Dua.
Adapun dalam sambutannya di acara pembukaan forum ke-5 WRC di BICC Nusa Dua, Senin, Muhadjir menerangkan, Indonesia dijuluki negara laboratorium bencana akibat tingginya potensi bencana. Indonesia rentan bencana alam, baik secara geografis maupun secara geologis, karena terletak di zona pertemuan lempeng-lempeng besar dunia. Selain itu, Indonesia juga dinyatakan perlu waspada terhadap bencana nonalam ataupun bencana hidrometeorologis yang dipicu perubahan iklim global.
Forum WRC diselenggarakan United Nations Development Programme (UNDP) bersama Global Facility for Disaster Reduction and Recovery (GFDRR) dan United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR) di bawah payung International Recovery Platform (IRP) dalam rangkaian pertemuan GPDRR. Adapun GPDRR 2022 mengangkat tema ”Dari Risiko ke Resiliensi/Ketahanan: Menuju Pembangunan Berkelanjutan untuk Semua yang Berubah oleh Covid-19”.
Penanggulangan bencana
Dalam sambutannya, Muhadjir menyebutkan, banyaknya bencana dan tingginya potensi bencana yang ada membuat Indonesia harus lebih antisipatif.
Kebijakan penanggulangan bencana Indonesia dalam visi Rencana Induk Penanggulangan Bencana (RIPB) 2020-2024, yakni mewujudkan Indonesia tangguh bencana untuk pembangunan nasional, dinilai selaras dengan rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2020-2024. Hal itu dinyatakan mendorong Indonesia mencapai hasil lebih baik dalam penerapan strategi pengurangan risiko bencana.
Menurut dia, pembelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman Indonesia adalah pentingnya penerapan prinsip membangun kembali dengan lebih baik dan lebih aman (build back better and safe) dan keberlanjutan (sustainable) dengan memasukkan unsur mitigasi dalam pemulihan bencana.
Muhadjir mencontohkan proses pemulihan bencana erupsi Gunung Semeru sebagai bentuk praktik baik dalam pemulihan pascabencana di Indonesia.
Dikatakan, data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menunjukkan kemajuan pembangunan hunian tetap relokasi bagi masyarakat terdampak bencana erupsi Gunung Semeru mencapai 92,86 persen hanya dalam kurun 5 bulan.
Asisten Sekretaris Jenderal UNDP, yang juga Direktur Biro Krisis UNDP, Asako Okai menyatakan, dalam upaya pemulihan menuju masa depan, dunia saat ini menuntut tindakan kolektif dan secara bersama-sama, kemitraan, dan koalisi menghadapi tantangan global.
Asako menyatakan, pandemi Covid-19 tidak hanya mengungkap kelemahan dalam kerja sama yang sudah ada, tetapi juga memperlihatkan adanya ketahanan dalam kerja sama tersebut dan inovasi.
Semangat kerja sama
Prinsip kerja sama dan semangat kolaborasi juga diungkapkan Sekretaris Utama Kantor Perdana Menteri India Pramod Kumar Mishra dalam pidato kuncinya di pembukaan WRC 2022.
Melalui telekonferensi, Mishra menyebutkan lima poin yang dibutuhkan dalam pemulihan dan penanganan bencana, di antaranya prinsip membangun kembali dengan lebih baik dan lebih aman (build back better and safe).
Mishra juga menyatakan perlunya pemanfaatan dan penggunaan teknologi dalam pemulihan dan penanganan bencana.
Forum ke-5 WRC berangkaian dengan pertemuan ke-7 GPDRR 2022. Pada sesi pembukaan forum WRC, Senin (23/5), turut hadir Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana Mami Mizutori dan Direktur Global Bank Dunia (World Bank) untuk Praktik Global Perkotaan, Manajemen Risiko Bencana, Ketahanan, dan Lahan Sameh Wahba bersama Menko PMK Muhadjir Effendy dan Asisten Sekretaris Jenderal UNDP Asako Okai.
Serangkaian dengan pelaksanaan GPDRR 2022 di Bali dilangsungkan pula pertemuan dan kegiatan lain, di antaranya forum Making Cities Resilient (MCR) 2030 yang diselenggarakan Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR), di Nusa Dua, Badung.
Dalam acara MCR 2030, Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana Mami Mizutori kembali mengingatkan pentingnya para pemimpin dunia untuk kembali memikirkan cara mencegah dan mengelola bencana dengan menyadari upaya pengurangan risiko bencana merupakan investasi, bukanlah sekadar biaya yang dikeluarkan.
Sementara itu, di tempat lain, Menko PMK Muhadjir Effendy meresmikan Rumah Resiliensi Indonesia di Nusa Dua. Rumah Resiliensi Indonesia menjadi etalase Indonesia dalam menunjukkan upaya-upaya penanggulangan dan penanganan bencana serta pengurangan risiko bencana.
Rumah Resiliensi Indonesia merupakan prakarsa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama organisasi masyarakat sipil dan lembaga penyantun internasional serta komunitas.
Dalam peresmian Rumah Resiliensi Indonesia itu, Muhadjir menyatakan pengalaman Indonesia menghadapi peristiwa bencana dapat menjadi pembelajaran bagi negara lain, selain akan memperkuat modal sosial masyarakat Indonesia.