Kualitas Lingkungan Hidup Kota Surabaya Kian Terjaga
Kualitas lingkungan Kota Surabaya kian terjaga, ini tecermin dari sudah tujuh kali berturut-turut kota ini mendapat penghargaan Nirwasita Tantra sejak 2016 dan selalu melibatkan warga,
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kualitas lingkungan Kota Surabaya hingga hari ini semakin baik dan terjaga. Ketelatenan Pemerintah Kota Surabaya bersama warganya mengawal lingkungan kotanya hingga lingkungan terkecil tecermin dari sudah tujuh kali kota ini menerima penghargaan Nirwasita Tantra dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia.
Penyerahan penghargaan Nirwasita Tantra 2021 diselenggarakan di Gedung Manggala Wana Bakti, Jakarta, Rabu (20/7/2022). Penghargaan itu diberikan oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong dan diterima langsung oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Dalam acara penganugerahan penghargaan Nirwasita Tantra 2021, Eri Cahyadi menerima dua penghargaan. Pertama, piagam penghargaan Nirwasita Tantra sebagai terbaik 1 kriteria Pemerintahan Daerah Kategori Kota Besar. Kedua, trofi penghargaan Green Leadership Nirwasita Tantra 2021 Kriteria Pemerintah Daerah Kategori Kota Besar. DPRD Kota Surabaya juga menerima penghargaan Nirwasita Tantra untuk DPRD Tingkat Kota Kategori Kota Besar.
”Penghargaan ini sepantasnya diberikan kepada warga Kota Surabaya karena bersama-sama dengan pemkot menjaga kualitas lingkungan hidup kotanya,” ujarnya.
Selama ini, kebersamaan antara pemkot dan warga serta gotong royong sangat kuat untuk menjaga kualitas lingkungan. Selain itu, menurut Eri Cahyadi, berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemkot Surabaya selalu ramah lingkungan, seperti Perwali tentang pengurangan penggunaan kantong plastik dan yang baru-baru ini diterapkan adalah Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Ke depan, ia memastikan bahwa berbagai kebijakan yang akan dirumuskan itu harus selalu bisa meningkatkan kualitas lingkungan di Surabaya.
”Tentunya banyak hal yang bakal dilakukan dan kembali digerakkan lagi, antara lain pemilahan sampah sejak dini hingga pengolahan sampah di tingkat rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW).
Jadi, kebiasaan yang selama ini sudah diterapkan oleh setiap RT ataupun RW dalam menrawat lingkungannya, termasuk mengolah sampah organik maupun non organik, semakin digiatkan lagi. Bahkan, bank sampah yang selama ini sudah ada diperluas jaringannya dan kembali digencarkan.
Semoga kontribusi yang telah diberikan dapat terus ditingkatkan dan disebarluaskan sehingga menjadi motivasi di kalangan masyarakat.
Sementara itu, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong mengatakan bahwa penghargaan ini diberikan kepada mereka yang terbukti memiliki kepedulian, komitmen, prakarsa, dan inovasi.
Selain juga motivasi dan kreativitas secara berkelanjutan dalam menjaga lingkungan sehingga berdampak pada ekonomi dan sosial di lingkungan mereka masing-masing.
Kelangsungan bumi
Penghargaan tersebut, menurut Alue Dohong, tentu menjadi langkah awal untuk memotivasi supaya terus dilanjutkan di wilayah mereka masing-masing. Penghargaan Nirwasita Tantra ini juga merupakan amanah bagi penerimanya untuk tetap menjaga keberlangsungan bumi kita ini.
”Semoga kontribusi yang telah diberikan dapat terus ditingkatkan dan disebarluaskan sehingga menjadi motivasi di kalangan masyarakat,” katanya.
Persentase ruang terbuka hijau (RTH) di Surabaya, menurut Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, sekitar 22 persen dengan luasan 7,735 hektar dari 326,8 kilometer persegi luas wilayah kota berpenduduk 3 juta jiwa ini.
Rincian RTH publik seluas 22 persen, antara lain makam seluas 284 hektar, lapangan dan stadion 361,08 hektar, telaga/waduk seluas 198,23 hektar, dari fasilitas umum dan fasilitas sosial permukiman seluas 205,50 hektar, kawasan lindung 4.570 hektar, taman hutan raya seluas 66,03 hektar, dan taman dan jalur hijau (JH) seluas 1.672 hektar.
Kehadiran RTH, terutama sekitar 400 lebih taman yang tersebar di seluruh wilayah kota, menurut Eri Cahyadi, dapat menyerap CO2 sebesar 642.794,59 ton per tahun. Bahkan, dengan banyaknya RTH, capaian Indeks Kualitas Udara (IKU) Kota Surabaya 90,31, artinya melebihi capaian IKU nasional.
Selain itu, Kota Surabaya juga mampu meningkatkan kualitas lingkungan melalui gerakan partisipasi masyarakat hijau dengan gerakan reuse, reduce, dan recycle (3R) dan program Waste to Energy menggunakan metode gasifikasi.
Hingga kini, Surabaya telah mengembangkan konsep Green Transportation dan Green Buildings, dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga surya di 74 titik persimpangan.