Di Balik Kesegaran Buah
Di balik kesegaran buah-buahan, tersimpan beragam manfaat bagi kesehatan, termasuk kesehatan mental. Meski pasokan melimpah, tingkat konsumsi buah nasional masih rendah.
Tidak ada cara instan untuk hidup sehat dan panjang umur. Pola makan yang kita jalani sehari-hari turut menentukan berapa lama kita hidup secara berkualitas. Salah satu pangan yang wajib masuk dalam daftar menu makanan bergizi seimbang adalah buah-buahan.
Indonesia termasuk negara kaya akan biodiversitas. Besarnya potensi buah-buahan Nusantara ditunjukkan dengan variasi begitu banyak. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, sebagaimana dikutip di laman resminya, Indonesia memiliki lebih dari 20 varietas avokad, 24 varietas mangga, dan 37 varietas pisang.
Di sisi lain, produksi buah nasional tahun 2020 berdasarkan data Badan Pusat Statistik 24,8 juta ton. Untuk 2021, data produksi buah per Agustus mencapai 7,9 juta ton. Hal itu berarti pasokan buah melimpah ruah.
Pada 2020, volume ekspor hortikultura 645,48 juta dollar AS, naik 37,75 persen dibandingkan dengan tahun 2019. Peningkatan ekspor ini didominasi komoditas buah dengan nilai ekspor 389,9 juta dollar, naik 30,31 persen dibanding tahun 2019, dengan lima negara tujuan utama, yaitu China, Hong Kong, Malaysia, Arab Saudi, dan Pakistan.
Meski potensi demikian besar, konsumsi buah jauh dari memadai menimbulkan ironi. Berdasarkan data BPS tahun 2020, rata-rata konsumsi buah nasional 88,56 gram per kapita tiap hari. Itu berarti angka konsumsi hanya 59,04 persen dari batas minimal angka kecukupan gizi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang merekomendasikan konsumsi buah 150 gram per kapita setiap hari.
Baca juga : Eksotika Buah Nusantara
Padahal, konsumsi buah memiliki beragam manfaat bagi kesehatan. Buah-buahan merupakan sumber berbagai vitamin, yakni vitamin A, B, B1, B6, dan C, serta mineral dan serat pangan. Sebagian vitamin dan mineral yang terkandung dalam buah-buahan berperan sebagai antioksidan.
Setidaknya ada sembilan famili buah dan sayuran berbeda, masing-masing dengan potensi ratusan senyawa tanaman berbeda yang bermanfaat bagi kesehatan. Makan berbagai jenis dan warna produk memberikan tubuh campuran nutrisi yang dibutuhkan. Hal ini memastikan keragaman lebih besar dari bahan kimia tanaman yang bermanfaat dan menarik mata.
Dalam artikel yang dimuat di healthyeating.org disebutkan, nutrisi dalam buah amat penting untuk kesehatan secara keseluruhan dan pemeliharaan sistem tubuh. Manfaat nutrisi tersebut meliputi, antara lain, mengurangi risiko penyakit kronis, seperti stroke, penyakit kardiovaskular, dan diabetes tipe dua.
Nutrisi dalam buah amat penting untuk kesehatan secara keseluruhan dan pemeliharaan sistem tubuh. Manfaat nutrisi tersebut meliputi, antara lain, mengurangi risiko penyakit kronis seperti stroke, penyakit kardiovaskular, dan diabetes tipe dua.
Sejumlah studi membuktikan, makin tinggi asupan harian buah dan sayur, makin rendah kemungkinan terkena penyakit kardiovaskular. Meta analisis studi kohort melibatkan 469.551 peserta yang dipublikasikan di jurnal BMJ, 2014 menemukan penurunan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular 4 persen untuk setiap porsi tambahan buah dan sayuran per hari.
Selain itu, diet kaya buah-buahan juga menurunkan tekanan darah, menekan risiko gangguan mata dan pencernaan, serta memiliki efek positif pada gula darah. Kalium dalam buah mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke, batu ginjal, dan pengeroposan tulang.
Pola makan kaya buah-buahan juga menyediakan antioksidan yang membantu memperbaiki kerusakan sel akibat radikal bebas. Dalam artikel di laman Harvard TH Can School of Public Health disebutkan, makan buah-buahan seperti apel dan pir dapat membantu menurunkan berat badan. Kandungan glikemiknya yang rendah mencegah lonjakan gula darah yang bisa memicu rasa lapar.
Selama pandemi Covid-19, anjuran memperbanyak konsumsi buah dan sayur untuk meningkatkan daya tahan tubuh juga terus digalakkan.
Kesehatan mental
Konsumsi buah tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik, tetapi juga menyehatkan mental. Studi terbaru membuktikan, orang yang sering makan buah lebih mungkin memiliki kesejahteraan mental positif dan lebih kecil risiko mengalami gejala depresi daripada mereka yang jarang mengonsumsi buah segar.
Hasil studi oleh tim periset dari College of Health and Life Sciences Aston University, yang dipublikasikan di British Journal of Nutrition, menunjukkan, seberapa sering kita makan buah lebih penting untuk kesehatan psikologis kita daripada jumlah total yang kita konsumsi selama seminggu.
Baca juga : Membangkitkan Pamor Buah Nusantara
Tim peneliti juga menemukan bahwa orang yang makan camilan gurih, seperti keripik yang rendah nutrisi, lebih cenderung melaporkan mengalami masalah mental sehari-hari dan kesejahteraan mental lebih rendah. Orang yang sering makan camilan gurih juga dikaitkan dengan gejala kecemasan, stres, dan depresi.
Dalam studi itu, tim periset melakukan survei terhadap 428 orang dewasa sehat dari seluruh Inggris dan melihat kaitan antara konsumsi buah, sayuran, makanan ringan manis dan gurih, dan kesehatan psikologis mereka. Peserta studi menyelesaikan berbagai kuesioner yang divalidasi dengan mengukur kebiasaan diet dan kesehatan mental.
Setelah mempertimbangkan faktor demografi dan gaya hidup, seperti usia, kesehatan umum, dan olahraga, studi itu menemukan bahwa buah kaya nutrisi dan camilan gurih yang rendah nutrisi terkait kesehatan psikologis. Mereka juga menemukan tak ada kaitan langsung makan sayuran dan kesehatan mental.
Penulis utama dan mahasiswa program doktoral, Nicola-Jayne Tuck, kepada Sciencedaily, Kamis (14/7/2022), mengutarakan, ”Amat sedikit diketahui cara diet memengaruhi kesehatan mental, dan kami tak langsung memeriksa kausalitas di sini. Temuan kami menunjukkan sering mengemil camilan gurih rendah nutrisi meningkatkan penyimpangan mental sehari-hari.”
Studi lain menemukan kaitan buah dan sayuran dan kesehatan mental, tetapi hanya sedikit yang melihat buah dan sayuran secara terpisah. ”Buah dan sayuran kaya antioksidan, serat, dan mikronutrien esensial sehingga meningkatkan fungsi otak, tetapi nutrisi ini bisa hilang selama memasak. Karena kita cenderung makan buah mentah, ini menjelaskan pengaruhnya pada kesehatan mental,” ujarnya.
Dengan demikian, mengubah apa yang kita konsumsi sebagai camilan bisa menjadi cara sederhana dan mudah meningkatkan kesejahteraan mental kita. Sebaliknya, pembatasan camilan olahan di pasar swalayan tidak hanya meningkatkan kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental.
Temuan itu memperkuat studi sebelumnya. Tim periset Edith Cowan University (ECU) meneliti kaitan asupan buah dan sayur dengan tingkat stres pada lebih dari 8.600 warga Australia berusia antara 25 dan 91 tahun dalam Studi Diabetes, Obesitas, dan Gaya Hidup Australia dari Baker Hearth and Diabetes Institute.
Temuan yang dipublikasikan dalam Clinical Nutrition mengungkapkan, orang yang mengonsumsi setidaknya 470 gram buah dan sayuran setiap hari memiliki tingkat stres 10 persen lebih rendah daripada mereka yang mengonsumsi kurang dari 230 gram. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan makan setidaknya 400 gram buah dan sayur per hari.
Peneliti utama studi itu yang juga kandidat PhD, Simone Radavelli-Bagatini, dari Institut Penelitian Nutrisi (ECU), pada 14 Mei 2021, memaparkan, riset ini memperkuat kaitan diet kaya buah dan sayuran dengan kesejahteraan mental. ”Diet berperan kunci dalam kesejahteraan mental,” katanya.
Selain berolahraga secara teratur, pola makan bergizi seimbang dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur jadi resep mujarab hidup sehat. Sebab, di balik kesegaran buah-buahan, terkandung beragam manfaat bagi kesehatan. Karena itu, kampanye secara masif dibutuhkan untuk menggalakkan konsumsi buah-buahan di masyarakat.