Selama bertahun-tahun Nigeria berupaya mengembalikan benda-benda bersejarahnya yang dijarah pada masa kolonial di abad ke-19. Artefak tersebut kini kembali sedikit demi sedikit.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·2 menit baca
BERLIN, KOMPAS — Jerman mengembalikan sejumlah perunggu dari masa Kerajaan Benin, yang kini menjadi area barat daya Nigeria, ke Nigeria. Sebelumnya, ribuan pahatan perunggu tersebut dijarah tentara Inggris saat menginvasi Benin pada 1897.
Ada dua dari 1.100 perunggu yang dikembalikan Jerman, Jumat (1/7/2022). Salah satu pahatan menggambarkan kepala raja, sementara satu lainnya menggambarkan raja dan empat pelayannya. Kedua pahatan itu akan dibawa kembali ke Nigeria oleh Menteri Luar Negeri Nigeria Zubairu Dada dan Menteri Kebudayaan Nigeria Lai Mohammed.
Setelah dijarah pada abad ke-19, perunggu-perunggu Benin menyebar ke berbagai area di Eropa hingga Amerika Serikat. Perunggu itu disimpan oleh museum dan kolektor barang antik. Adapun perunggu-perunggu Benin dibuat pada abad ke-13 dan setelahnya.
”Ini merupakan kisah kolonialisme Eropa. Kita tidak boleh lupa bahwa Jerman berperan aktif dalam sejarah ini,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock saat pengembalian perunggu di Berlin.
Jerman juga akan mendanai museum yang akan menampung perunggu-perunggu yang dikembalikan ke Nigeria. Museum itu akan dibangun di kota Benin.
Rencana pembangunan museum muncul setidaknya sejak tahun 2020. Museum tersebut diharapkan dapat menarik minat warga global untuk melihat karya seni orang Afrika di kampung halaman karya seni itu sendiri. Selama ini, orang-orang mesti pergi ke Barat demi melihat perunggu Afrika.
Pada Februari 2022, Nigeria juga menerima kembali dua perunggu Benin yang diserahkan University of Aberdeen, Skotlandia, dan Cambridge University’s Jesus College, Inggris. Hal ini merupakan kabar baik bagi negara-negara Afrika yang selama bertahun-tahun berupaya mengembalikan benda bersejarah dan karya seni mereka yang dijarah.
Ini merupakan kisah kolonialisme Eropa. Kita tidak boleh lupa bahwa Jerman berperan aktif dalam sejarah ini.
”Mereka bukan hanya seni, melainkan juga menggarisbawahi pentingnya spiritualitas kami,” ujar juru bicara Oba (raja atau penguasa Benin), Charles Edosonmwan.
Kesadaran
Hal ini merupakan salah satu pengembalian artefak bersejarah yang dilakukan Jerman. Pengembalian artefak tersebut tak lepas dari kesadaran yang muncul di Eropa tentang dampak penjarahan dan kekerasan pada masa kolonialisme dulu.
Saat ini, Kanselir Jerman Olaf Scholz menggalang dukungan negara-negara lain untuk menentang serangan Rusia ke Ukraina. Namun, hal ini dianggap sebagai kemunafikan oleh pihak lain mengingat Jerman dulu adalah imperialis. Mereka juga melakukan kekerasan dan penjarahan di masa lalu.
”Kami mengakui kebiadaban yang dilakukan di bawah pemerintahan kolonial. Kami mengakui rasisme dan perbudakan, serta ketidakadilan dan trauma yang telah meninggalkan luka yang bahkan masih terlihat hingga sekarang,” ujar Komisioner Kebudayaan dan Media Jerman Claudia Roth sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters.