Angkat Level Film Lokal Lombok lewat Program Sinema Akar Rumput
Setelah mengikuti berbagai festival dunia, Film pendek ”Jamal” ditayangkan di Lombok, NTB. Selain ”Jamal”, ada tiga film pendek lain yang akan ditayangkan lewat program Sinema Akar Rumput.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Sebanyak empat film karya sineas Lombok, Nusa Tenggara Barat, akan ditayangkan secara terbatas di salah satu jaringan bioskop nasional. Penayangan film dengan tema ”Sinema Akar Rumput” selain mengobati kerinduan penikmat film pascapandemi juga mengangkat level film lokal.
Ming Muslimin, pendiri Komunitas Balene Kreatif yang menyelenggarakan pemutaran tersebut di Mataram, Selasa (5/7/2022), mengatakan, empat film yang akan ditayangkan pada Selasa sore ini yakni Jamal dan Sepiring Bersama karya Muhammad Heri Fadli, Junaidi karya Hambali, dan Pepadu karya Ming sendiri.
Jamal dan Sepiring Bersama pernah ditayangkan di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF). Jamal juga pernah diputar di berbagai festival dunia di Asia dan Eropa, salah satunya Tampere Film Festival Finlandia. Sementara, Junaidi pernah di Festif 2020 dan Pepadu pernah ditayangkan perdana secara terbatas di ajang MotoGP Mandalika.
Seluruh film yang akan ditayangkan tersebut mengambil cerita dan lokasi di Lombok. Juga menggunakan bahasa Sasak (bahasa tradisional suku Sasak di Lombok). Para pemain dan kru juga merupakan orang asli Lombok.
”Kegiatan ini sebagai apresiasi karya-karya sineas daerah. Agar film lokal naik level. Maksudnya, selama ini, kalau nonton film pendek, di kegiatan screening biasa sehingga kami coba membawanya ke bioskop,” katanya.
Ming menjelaskan, penayangan keempat film dengan total durasi 1 jam 5 menit itu berlangsung di salah satu studio besar CGV Mataram. Selain nonton bersama, juga akan ada sesi diskusi tentang film tersebut.
Nyawa film nasional akan semakin bagus ketika dibangkitkan dari daerah. (Heri Fadli)
”Total ada 220 penonton yang sudah membeli tiket. Sebenarnya minat masyarakat untuk menonton sangat besar. Ada sekitar 600 daftar tunggu begitu kegiatan ini kami publikasikan. Namun, karena terbatas sesi, tidak bisa terakomodasi semua. Semoga di waktu berikutnya bisa kita buka sesi lagi,” kata Ming.
Menurut Ming, tingginya antusiasme masyarakat tidak terlepas dari kerinduan mereka untuk menonton film, terutama setelah lebih dua tahun pandemi. Ketika ada penayangan film, termasuk film karya anak daerah, tiket langsung terjual tiga hari menjelang acara.
Ming menambahkan, selain empat film yang akan ditayangkan, sebenarnya ada tiga film lain masuk kurasi. Namun, karena tiga film tersebut sedang mengikuti festival dan berbeda tema, maka direncanakan akan ada penayangan berikutnya.
Empat film yang akan ditayangkan adalah film pendek dengan tema drama keluarga, masalah sosial kemasyarakatan di Lombok, serta pekerja migran Indonesia. Film Jamal, misalnya, memotret kematian pekerja migran ilegal di luar negeri.
Sementara Pepadu berkisah tentang seorang pensiunan pepadu (penari dalam tradisi adu peresean di Lombok) yang kembali laga karena masalah ekonomi keluarga.
Penting
Dihubungi terpisah, sutradara film Jamal dan Sepiring Bersama, Muhammad Heri Fadli, mengatakan, ia senang karyanya bisa ditayangkan di Lombok.
”Perasaan senang sekali karena setelah hampir dua tahun (film Jamal) keliling dunia, ke festival-festival, dan bertemu penonton selalu berbeda, akhirnya bisa pulang juga (ke Lombok). Lombok adalah rumah kita,” ujarnya.
Film Jamal mendapatkan respons positif dari penonton baik saat JAFF 2020. Pada festival itu, Jamal diputar secara serentak di beberapa daerah, seperti Aceh, Lampung, Balikpapan, Tegal, Kupang, dan Papua.
”Sebulan setelah JAFF, Jamal kemudian ditayangkan di Spanyol, Italia, Korea, Austria, hingga festival di Finlandia yang merupakan salah satu festival film pendek terbaik di dunia. Bulan ini, tanggal 13-18 Juli juga ada penayangan di Malaysia dan September di Bali internasional,” kata Heri.
Menurut dia, kegiatan seperti Sinema Akar Rumput sangat penting bagi kemajuan perfilman di tingkat daerah, yaitu bagaimana mempertemukan film dengan penonton secara layak.
”Semoga bisa mendorong pembuat film untuk mulai mencintai karya-karya anak lokal atau daerah sendiri. Nyawa film nasional akan semakin bagus ketika dibangkitkan dari daerah,” katanya.