KLB Demam Berdarah di Asmat, Seorang Anak Meninggal
Kasus demam berdarah meningkat drastis di Kabupaten Asmat, Papua. Seorang anak berusia sembilan tahun meninggal karena terlambat mendapatkan pertolongan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Asmat, Papua, menetapkan status kejadian luar biasa penyakit demam berdarah di daerah itu. Hingga Senin (4/7/2022), angka kumulatif kasus demam berdarah 37 orang dan seorang anak meninggal.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat Yonathan Kambu, saat dihubungi pada Senin sore, mengatakan, kasus demam berdarah (DBD) mulai merebak sejak 4 Mei 2022. Mayoritas warga yang terjangkit menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Agats di ibu kota Asmat.
Ia memaparkan, total pasien demam berdarah yang masih dirawat di RSUD Agats, berdasarkan data pada Senin ini, sebanyak tiga orang. Adapun jumlah pasien yang menjalani rawat jalan sebanyak 11 orang.
”Satu kasus meninggal akibat demam berdarah, yakni seorang anak berusia sembilan tahun pada 28 Juni 2022. Orangtua anak itu terlambat membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan,” kata Yonathan.
Kasus demam berdarah terungkap setelah warga memeriksakan dirinya di RSUD Agats karena mengalami gejala demam, pusing, dan adanya bintik merah di kulit. Semua kasus demam berdarah tersebar di dua distrik (kecamatan), yakni Agats dan Suru-Suru.
”Mayoritas anak-anak yang terpapar demam berdarah. Hanya 10 persen dari 37 kasus yang berstatus dewasa. Kami terus mengimbau warga agar segera memeriksakan diri di rumah sakit dan puskesmas apabila merasakan gejala demam berdarah,” tutur Yonathan.
Ia menuturkan, Pemkab Asmat telah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah sejak 28 Juni lalu. Penetapan status KLB karena kasus positif pada tahun ini meningkat drastis apabila dibandingkan dengan tahun lalu.
Jumlah warga Asmat yang terpapar demam berdarah pada tahun 2021 sebanyak tujuh orang. Sementara jumlah kumulatif kasus demam berdarah sejak 4 Mei 2022 hingga Senin ini sebanyak 37 orang.
Dia menjelaskan, minimnya kesadaran warga dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat menjadi salah satu faktor pemicu kasus demam berdarah. Banyak warga yang belum membersihkan dan menutup fasilitas penampungan air bersih sehingga menjadi tempat nyamuk Aedes aegypti, penyebab demam berdarah, bertelur.
Asmat yang dimekarkan dari Kabupaten Merauke pada tahun 2002 ini dikenal sebagai daerah berawa-rawa. Kabupaten ini tidak memiliki sumber air tanah yang memadai dan hanya bergantung pada air hujan.
Saat ini kami terus melakukan penyemprotan nyamuk di daerah-daerah yang rawan demam berdarah.
Yonathan berharap ada bantuan dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua untuk mengirimkan malathion untuk penyemprotan nyamuk. Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat terkendala ketersediaan malathion yang kini tersisa dua liter saja.
”Saat ini kami terus melakukan penyemprotan nyamuk di daerah-daerah yang rawan demam berdarah. Petugas kami juga diterjunkan untuk memberikan sosialisasi kepada warga tentang upaya pencegahan agar terhindar dari demam berdarah,” tambahnya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Dinas Kesehatan Provinsi Papua Yamamoto Sasarari mengatakan, Dinas Kesehatan Provinsi Papua akan mengirimkan bantuan abate untuk mengendalikan jentik nyamuk di setiap tempat penampungan air dan malathion untuk penyemprotan nyamuk. Pengiriman abate dan malathion menggunakan pesawat.
”Kami telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat terkait adanya KLB demam berdarah. Diperlukan upaya pencegahan yang optimal agar jumlah kasus tidak terus bertambah di distrik lainnya,” kata Yamamoto.
Kepala Kantor Unicef Perwakilan Papua dan Papua Barat Aminuddin Mohammad Ramdan mengatakan, Asmat merupakan salah satu daerah pendampingan Unicef. Karena itu, pihaknya akan menginvestigasi penyebab terjadinya KLB demam berdarah di Asmat.