Pusat Studi Lingkungan Perlu Mengenalkan eDNA ”Metabarcoding”
Environmental asam deoksiribonukleat metabarcoding perlu dikenalkan oleh pusat studi lingkungan sebagai metodologi konservasi terkini. Metodologi ini berguna untuk mendukung pengumpulan dan pendataan biota laut.
Oleh
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Kerja Sama Pusat Studi Lingkungan atau BKPSL seluruh Indonesia perlu mengenalkan kepada pemangku kepentingan tentang metodologi konservasi terkini, seperti eDNA metabarcoding. Metodologi ini berguna untuk mendukung pengumpulan dan pendataan biota laut di Indonesia dalam skala besar.
Guru Besar Produktivitas dan Lingkungan Perairan IPB University Hefni Effendi mengemukakan, BKPSL merupakan salah satu komponen penting dalam konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia. Sebab, BKPSL turut memberikan pendidikan dan pelatihan tentang pengelolaan dan inventarisasi biodiversitas.
”Banyak dari PSL (pusat studi lingkungan) yang membantu dan memformulasikan regulasi terkait dengan pengelolaan biodiversitas. Bahkan, banyak juga PSL yang bekerja sama dengan para pelaku usaha yang fokus terhadap masalah biodiversitas,” ujarnya dalam seminar bertajuk ”Refleksi dan Proyeksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Indonesia”, di Jakarta, Jumat (1/7/2022).
BKPSL juga diharapkan mampu bekerja bersama pemerintah dalam membangun arsitektur pengendalian lingkungan hidup dari hulu hingga hilir sesuai dinamika tantangan lingkungan hidup.
Selain memberikan pendidikan, pelatihan, hingga kolaborasi tersebut, BKPSL sebagai entitas yang menaungi sejumlah pusat studi lingkungan perlu mengenalkan kepada pemangku kepentingan tentang metodologi konservasi terkini, seperti environmental asam deoksiribonukleat (eDNA) metabarcoding. Teknik ini bersifat non-invasif yang berfokus pada pengambilan materi DNA.
Secara umum, eDNA metabarcoding merupakan teknik yang sensitif dan efisien untuk mengidentifikasi, mempelajari, mengumpulkan, dan mendata biota laut dengan pola sebaran spasial skala besar. Metode ini juga diyakini mampu menjangkau lebih luas dalam pencarian informasi keberagaman spesies perikanan di Indonesia.
Pengembangan EDNA metabarcoding juga sudah dilakukan IPB University dan hasil studinya telah dipublikasikan di jurnal Biodiversity and Conservation, 10 Juli 2021. ”IPB bekerja sama dengan Pertamina melakukan pemantauan lingkungan tidak hanya sekadar melihat fisik, tetapi juga dengan eDNA. Kami mencoba menerapkan teknik ini untuk ekosistem pesisir,” kata Hefni.
Hefni menyatakan, keanekaragaman hayati perlu dijaga agar tidak terjadi keruntuhan ekologi. Sebab, selama ini keruntuhan ekologi ini sudah mulai terjadi di Indonesia karena aktivitas manusia, seperti pencemaran Sungai Citarum, Jawa Barat. Sebelum adanya upaya perbaikan, Sungai Citarum dikenal sebagai salah satu sungai paling tercemar di dunia.
Sejumlah kawasan konservasi di Indonesia dengan biodiversitas tinggi yang perlu mendapat perlindungan dan pelestarian adalah situs ramsar, situs warisan alam dunia dari UNESCO, hutan hujan tropis, segitiga terumbu karang, serta kawasan mangrove dan gambut.
Hefni tidak memungkiri bahwa upaya konservasi kerap bersinggungan dengan aspek pembangunan. Oleh karena itu, perlu sebuah hierarki pembangunan dengan fokus utama menghindari dampak untuk lingkungan. Apabila dampak tersebut tidak bisa dihindari atau dikurangi, perlu menerapkan mitigasi atau memulihkan kerusakan yang ditimbulkan.
Membangun pengetahuan
Kepala Badan Standardisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BSILHK) Ary Sudjianto mengatakan, sebagai upaya penguatan ke depan, BKPSL diharapkan mampu membangun pengetahuan proteksi lingkungan hidup. Di sisi lain, perlu juga penyediaan generasi muda yang siap bekerja di lapangan dalam isu pengelolaan lingkungan.
Dalam konteks pendidikan, setiap perguruan tinggi memiliki desain kurikulum studi lingkungan hidup dengan muatan khusus yang berbeda-beda. Beragam muatan khusus inilah yang diyakini Ary dapat memperkaya kurikulum sehingga lebih komprehensif.
Selain itu, BKPSL juga diharapkan mampu bekerja bersama pemerintah dalam membangun arsitektur pengendalian lingkungan hidup dari hulu hingga hilir sesuai dinamika tantangan lingkungan hidup. Terpenting, para akademisi yang tergabung dalam BKPSL perlu menjadi kepanjangan tangan pemerintah dalam pengawasan pengendalian lingkungan hidup.
”Konteks pengawasan ini tidak hanya soal penegakan hukum, tetapi bagaimana kegiatan atau usaha bisa dijalankan sesuai dengan standar yang ada agar tidak menyebabkan kerusakan lingkungan,” ucapnya.