Media Massa Menjadi Verifikator di Tengah Tsunami Informasi
Salah satu fungsi penting media adalah mengklarifikasi informasi. Meskipun kalah dalam kecepatan penyampaian informasi, media mesti mendudukkan persoalan sehingga dapat menyaring infromasi.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Digitalisasi turut memicu tsunami informasi yang menjadi tantangan masyarakat dalam memilah informasi. Media massa berperan penting memverifikasi informasi yang berseliweran sekaligus meningkatkan literasi publik dengan memproduksi konten-konten jurnalistik bermutu.
Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara, Ignatius Haryanto, mengatakan, salah satu fungsi penting media adalah mengklarifikasi informasi. Meskipun dalam aspek kecepatan penyampaian informasi akan kalah, media mesti mendudukkan persoalan sehingga dapat menyaring serta menepis informasi yang kurang jelas.
”Media saat ini diharapkan menjadi verifikator di tengah arus informasi yang sedemikian banyak dan ada banyak hal yang perlu diklarifikasi,” ujarnya, Selasa (28/6/2022) malam.
Di tengah derasnya arus informasi itu, sejumlah media bertransformasi untuk menemukan format yang tepat bagi pembaca. Beragam inovasi pun dilakukan, termasuk oleh harian Kompas yang menginjak usia 57 tahun.
Haryanto berharap Kompas tetap independen dan terus berinovasi. Independensi sangat penting untuk mendapatkan kepercayaan publik.
”Inovasi perlu dan diharapkan bisa menggaet pembaca masa depan supaya mereka mau mengonsumsi informasi yang bisa dipercaya,” katanya.
Menurut Haryanto, platform global, seperti media sosial, juga berperan dalam menghadirkan dialog yang sehat, elegan, dan berdasar. Sebab, dalam media sosial sangat dimungkinkan muncul akun-akun anonim yang digunakan untuk menyerang pihak tertentu.
Menjelang tahun politik 2024, peran media semakin dibutuhkan dalam memandu masyarakat agar tidak terhasut informasi bohong atau hoaks. Oleh karenanya, kepercayaan publik harus dibangun dari sekarang lewat karya jurnalistik yang mengedepankan fakta, bukan sensasi
”Menjadi ironis, pada situasi sekarang, dalam kemajuan teknologi dan sistem komunikasi, tetapi kita semakin sulit berdialog. Perbedaan itu justru semakin tajam atau ditajam-tajamkan. Kemudian, pembelahan itu terjadi,” katanya.
Menjelang tahun politik 2024, peran media semakin dibutuhkan dalam memandu masyarakat agar tidak terhasut informasi bohong atau hoaks. Oleh karenanya, kepercayaan publik harus dibangun dari sekarang lewat karya jurnalistik yang mengedepankan fakta, bukan sensasi.
Anggota Dewan Pers, Asmono Wikan, menilai, 2022 merupakan tahun pemulihan bagi hubungan sosial dan kultural yang terdampak pandemi Covid-19 dalam dua tahun terakhir. Hal ini perlu dilakukan karena tensi politik diprediksi mulai menghangat pada awal 2023 dalam menyambut pentas politik pada 2024.
Kondisi ini diprediksi turut memengaruhi hubungan sosial antarwarga yang tergambar dalam pemilu 2014 dan 2019. Menurut Asmono, media berfungsi mengedukasi masyarakat agar perbedaan pilihan politik tidak menimbulkan pembelahan publik atau segregasi sosial.
”Media harus mampu merekatkan kohesi sosial masyarakat sekaligus kohesi kultural. Dengan begitu, kemajemukan dan keberagaman yang dimiliki bangsa ini menjadi modal dan nilai penting bagi masyarakat untuk tumbuh dan berkembang,” paparnya.
Asmono menuturkan, selain menjadi mitra kritis pemerintah, media juga diharapkan mengingatkan publik melalui pemberitaan yang berimbang. Hal ini sebagai referensi bagi masyarakat sehingga dapat berpikir jernih sebelum berkomentar dan bertindak.
”Tahun ini menjadi momentum mengembalikan kejernihan akal sehat mengenai tujuan berbangsa dan bernegara. Warga perlu disadarkan, pembelahan yang terjadi pada (pemilu) 2014 dan 2019 adalah kerugian besar bagi masyarakat,” ucapnya.
Asmono menambahkan, media arus utama mesti berinovasi dalam memproduksi karya jurnalistik sehingga semakin diminati publik. Ia mencontohkan, selama pandemi, sejumlah media mengonversi pemberitaan dalam infografik agar lebih mudah dipahami.
”Upaya media untuk menciptakan keseimbangan informasi cukup besar. Sebab, media juga diharapkan memandu masyarakat dalam menentukan agenda sosial, ekonomi, budaya, dan lainnya,” ucapnya.