Hingga 26 Juni 2022, lebih dari 11 juta anak telah mendapat imunisasi tambahan campak-rubela di 27 provinsi. Secara nasional, cakupan imunisasi tahap pertama ini mencapai 40,7 persen.
Oleh
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejak Bulan Imunisasi Anak Nasional dicanangkan pada bulan Mei 2022, program pemerintah itu telah memberikan imunisasi campak dan rubela kepada 11 juta anak di wilayah luar Jawa-Bali. Kegiatan itu untuk mengatasi penurunan cakupan imunisasi dasar selama pandemi.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, selama pandemi terdapat 1,7 juta bayi yang belum mendapat imunisasi dasar secara lengkap. Penurunan cakupan imunisasi ini akan berdampak pada peningkatan jumlah penyakit seperti campak, rubela, dan difteri.
Pemerintah saat ini melaksanakan program Bulan Imunisasi Anak Nasional untuk mencegah penyebaran penyakit pada anak, seperti campak, rubela, dan difteri. Sejak dicanangkan pada bulan Mei 2022, program ini telah memberikan imunisasi campak dan rubela kepada 11 juta anak di wilayah luar Jawa-Bali.
”Bulan Imunisasi Anak Nasional dicanangkan dan merupakan momen penting untuk menutup kesenjangan bagi anak-anak yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap. Sebab, apabila kesenjangan ini tidak ditutup, akan terjadi peningkatan kasus,” ujarnya dalam konferensi pers secara daring, Selasa (28/6/2022).
Maxi mengatakan, pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional sejak pencanganan program ini di Kepulauan Riau pada Mei 2022 sampai kini memiliki perkembangan bagus. Namun, cakupan vaksinasi ini belum merata di semua kabupaten/kota karena terdapat beberapa daerah yang baru memulai program ini, seperti di Sulawesi Tengah.
Bulan Imunisasi Anak Nasional dicanangkan dan merupakan momen penting untuk menutup kesenjangan bagi anak-anak yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap. Sebab, apabila kesenjangan ini tidak ditutup, akan terjadi peningkatan kasus.
Kemenkes mencatat, hingga 26 Juni 2022, lebih dari 11 juta anak telah mendapat imunisasi tambahan campak-rubela di 27 provinsi. Secara nasional, cakupan imunisasi tahap pertama ini mencapai 40,7 persen. Namun, terdapat beberapa daerah dengan cakupan imunisasi di atas angka nasional, salah satunya Lampung (64,5 persen).
Pelaksana Tugas Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine mengatakan, sebanyak 138.708 anak sudah mendapat layanan imunisasi polio tetes (OPV) atau baru mencapai 5,6 persen. Ia mengakui cakupan imunisasi OPV ini masih cukup rendah sehingga semua pihak diminta untuk meningkatkan layanan ini.
Sementara untuk cakupan imunisasi polio suntik (IPV), secara nasional baru lebih dari 140.000 anak atau 2,6 persen mendapat imunisasi ini. Persentase ini lebih kecil karena pada 2019 Indonesia kekurangan stok vaksin IPV. Namun, seluruh data cakupan imunisasi OPV dan IPV masih perlu validasi dari pemerintah daerah.
Prima mengaku pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional masih menemui sejumlah kendala, seperti belum optimalnya promosi, mispersepsi orangtua, dan isu halal atau haram. Oleh karena itu, perlu dukungan sejumlah pihak, termasuk media, untuk menyebarluarkan informasi ini sekaligus membantu upaya advokasi kepada kepala daerah.
Prima menegaskan, tujuan utama Bulan Imunisasi Anak Nasional adalah mencapai dan mempertahankan kekebalan populasi yang tinggi. Untuk mencapai kekebalan ini, perlu menghentikan transmisi virus campak dan rubela di semua daerah pada 2023 dan mendapat sertifikasi eliminasi tahun 2026 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk wilayah Asia Tenggara (SEARO).
Bulan Imunisasi Anak Nasional terdiri atas dua kegiatan utama. Pertama, imunisasi tambahan berupa pemberian satu dosis imunisasi campak-rubela tanpa memandang status sebelumnya. Kedua, imunisasi kejar berupa pemberian satu atau lebih untuk melengkapi status imunisasi dasar.
Bulan Imunisasi Anak Nasional diselenggarakan dalam dua tahap, yakni untuk wilayah Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali. Tahap pertama untuk wilayah luar Jawa-Bali dilakukan mulai Mei 2022 dan tahap kedua untuk daerah di Jawa-Bali dimulai Agustus 2022. Imunisasi Bulan Imunisasi Anak Nasional dapat diperoleh di fasilitas pelayanan kesehatan ataupun pos pelayanan imunisasi di setiap daerah.
Ancaman bagi anak
Anggota Satuan Tugas Imunisasi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Soedjatmiko, mengatakan, penyakit campak, rubela, dan difteri masih menjadi ancaman bagi anak-anak Indonesia. Ia pun menepis anggapan masyarakat yang memandang penyakit ini tidak berbahaya. Sebab, selama 2012-2017 campak membuat 571 bayi menderita kejang dan radang otak serta 2.800 bayi terkena radang paru.
”Jadi, campak sangat berbahaya dan tidak sekadar menimbulkan demam atau tubuh memerah. Campak yang menyerang otak akan membuat radang dan meninggal, sedangkan jika sembuh, anak bisa mengalami cacat,” ungkapnya.
Sementara rubela bisa membuat janin mengalami kelainan jantung, katarak, tuli, dan keterbelakangan mental. Dari catatan surveilans Kemenkes tahun 2018, biaya operasi, terapi, obat, dan perawatan cacat karena rubela di Indonesia bagi anak sampai umur 8 tahun diperkirakan mencapai Rp 619 juta per orang.
Guna mencegah terjadinya penyakit ini pada anak, Soedjatmiko pun mendorong semua pihak untuk peduli dengan cara memberikan imunisasi. Ajakan imunisasi ini juga perlu dilakukan secara persuasif agar mendapat penerimaan dan tidak menimbulkan penolakan.