Makanan Perusak Gigi
Kesehatan gigi dan mulut memengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan, fisik dan psikis. Upaya menciptakan kesehatan gigi dan mulut bisa diawali dengan menjaga asupan dengan makanan dan minuman yang bisa memperkuat gigi.
Kesehatan gigi dan mulut berpengaruh besar terhadap kesehatan tubuh secara keseluruhan. Gigi yang sakit tidak hanya menyebalkan dan mengganggu, tetapi juga bisa menurunkan produktivitas dan meningkatkan risiko berbagai penyakit, mulai dari jantung, stroke, hingga diabates. Namun, kesadaran menjaga kesehatan gigi dan mulut masih rendah.
Selama pandemi Covid-19, khususnya di awal pandemi, perhatian masyarakat terfokus pada upaya menjaga kesehatan fisik dan psikis guna menghindari infeksi Covid-19 dan dampaknya bagi kesehatan jiwa. Akibatnya, perhatian terhadap kesehatan gigi dan mulut menurun. Kebiasaan masyarakat menjaga kesehatan gigi dan mulut pun melonggar.
Survei Unilever Indonesia Foundation 2021 seperti dikutip dari situs Kementerian Kesehatan, 19 Maret 2021, menunjukkan, selama pandemi, masyarakat dua kali lebih sering mencuci tangan (64 persen) dibanding menyikat gigi (31 persen). Demikian pula penggunaan antiseptik tangan (52 persen) yang mencapai lebih dua kali lipat dibanding penggunaan obat kumur (20 persen).
Makanan dan minuman tinggi gula tidak hanya memengaruhi berat badan, tetapi juga bisa merusak gigi.
Kebiasaan masyarakat menyikat gigi dua kali sehari pada 2021 juga menurun dibanding survei serupa pada 2018. Sebanyak 2 dari 5 orang dewasa mengaku tidak menyikat gigi sama sekali dalam satu hari karena merasa hanya di rumah saja. Kebiasaan itu rentan ditiru anak karena anak-anak dari orangtua yang tidak menyikat gigi dua kali sehari berpeluang tujuh kali lebih besar melakukan hal yang sama.
Perilaku buruk ini dipastikan akan meningkatkan gangguan kesehatan gigi dan mulut. Riset Kesehatan Dasar 2018 menyebutkan, 93 persen anak usia dini di Indonesia menderita gigi berlubang. Artinya, hanya 7 persen anak Indonesia yang bebas dari karies gigi.
Sementara masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling sering ditemui selama pandemi, antara lain, mulut kering, bau mulut, serta gigi dan gusi berdarah saat menyikat gigi atau menggunakan benang gigi (floss). Selain itu, ada nyeri pada gigi, gusi, dan mulut serta munculnya lubang gigi.
Padahal, 7 dari 10 orang enggan pergi ke dokter gigi. Di awal pandemi, mereka yang membutuhkan layanan kesehatan gigi dan mulut juga kesulitan karena banyak klinik gigi tutup. Sementara layanan kesehatan gigi dan mulut di rumah sakit juga sangat terbatas guna menghindari penyebaran Covid-19.
Diet
Di tengah berbagai keterbatasan selama pandemi, menjaga kesehatan adalah kunci agar terhindar dari masalah kesehatan gigi dan mulut. Selain dengan menyikat gigi dua kali sehari dan menggunakan obat kumur, mengontrol makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari bisa membantu menjaga gigi tetap sehat dan kuat.
Baca juga : Menjaga Gigi dan Gusi Tetap Kuat
Selama ini, kita lebih terfokus untuk memperhatikan nutrisi makanan dan minuman yang bisa memengaruhi berat dan bentuk badan. Jarang yang memperhatikan makanan dan minuman yang bisa berdampak pada kesehatan gigi. Padahal, sebagian makanan dan minuman yang kita konsumsi mengandung nutrisi yang bisa memperkuat dan melindungi gigi. Sebaliknya, ada pula makanan dan minuman yang mengandung zat yang bisa memicu erosi dan kerusakan gigi.
Zat yang terkandung dalam makanan dan minuman bisa memengaruhi bakteri di mulut kita. Bakteri itu akan mengubah gula dan karbohidrat yang kita konsumsi menjadi asam. Asam inilah yang akan menyerang email atau lapisan terluar dan terkuat gigi sehingga memicu terjadinya pembusukan. Karena itu, makanan dan minuman tinggi gula tidak hanya memengaruhi berat badan, tetapi juga bisa merusak gigi.
Untuk itu, konsumsi makanan dan minuman tinggi karbohidrat dan gula perlu dibatasi. Permen, biskuit, aneka jajanan, puding, coklat, hingga berbagai minuman siap saji dan minuman dalam kemasan perlu dikontrol. Gula memicu munculnya karies atau kerusakan gigi.
Studi Andrew Rugg-Gunn dari Sekolah Kedokteran Gigi Uiversitas Newcastle Inggris di jurnal Acta Medica Academica, November 2013, menyebut upaya mengurangi asupan gula merupakan salah satu cara terbaik menghindari kerusakan gigi.
Sementara dokter gigi kosmetik di New York, Amerika Serikat, Victoria Veytman kepada Livescience, Sabtu (25/6/2022), menyarankan mengunyah permen karet tanpa gula yang mengandung silitol (xylitol) yang merupakan karbohidrat alami. Konsumsi gula pasir juga bisa diganti dengan pemanis buatan, seperti sakarin dan aspartam, untuk mengurangi bakteri di mulut.
Zat makanan lain yang buruk bagi gigi adalah buah sitrus. Kelompok buah jeruk-jerukan ini, seperti jeruk, lemon, grapefruit, dan jeruk nipis, tidak hanya mengandung asam, tetapi juga gula. Gabungan kedua zat itu akan menghasilkan pukulan ganda bagi enamel gigi.
Baca juga : Membuat Layanan Kesehatan Gigi Mudah Diakses Masyarakat
Namun, karena aneka buah jeruk juga memiliki manfaat kesehatan, ahli menyarankan untuk mengonsumsinya dalam jumlah sedang. Cara lainnya adalah menggabungkannya dengan makanan atau minuman lain untuk meminimalkan produksi asam.
Makanan lain yang perlu dihindari karena merusak gigi adalah makanan yang mengandung karbohidrat sederhana, seperti keripik kentang dan aneka keripik lainnya, roti tawar, serta berbagai makanan yang mengandung pati.
Studi yang dipimpin Oitip Chankanka dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Prince Songkla, Thailand, di jurnal Pediatric Dentistry, Mei-Juni 2011, menunjukkan, konsumsi karbohidrat olahan, seperti pada keripik kentang, meningkatkan risiko kerusakan gigi. Sisa-sisa keripik rentan tertinggal di antara celah gigi dan memicu munculnya plak gigi.
Sementara konsumsi roti bisa membuat sisa roti tertinggal dan menempel di gigi. Pada akhirnya, lapisan sisa roti itu akan meningkatkan kadar plak di gigi.
Di samping itu, dikutip dari WebMD, 31 Oktober 2021, camilan yang gurih dan kaya pati itu umumnya dikonsumsi di antara waktu makan utama. Padahal, di antara waktu makan utama itu adalah kesempatan bagi air liur untuk membersihkan partikel makanan yang akan disantap bakteri. Karena itu, terlalu sering ngemil tanpa langsung menyikat gigi sama dengan memberi ”bakar bakar” secara konstan bagi bakteri untuk merusak gigi.
Untuk menghindarinya, masyarakat disarankan mengganti karbohidrat sederhana yang dikonsumsi dengan karbohidrat kompleks yang butuh waktu lebih lama untuk dicerna, seperti roti gandum, kentang, oatmeal, beras merah, kacang-kacangan, jagung, hingga quinoa.
Asam lambung tinggi bisa memicu gigi sensitif dan kerusakan gigi.
Selain itu, makanan yang seharusnya dihindari guna mencegah kerusakan gigi adalah makanan keras. Sebagian orang sangat suka mengunyah es batu karena sensasi dingin dan kriuk-nya. Banyak orang juga tidak mempermasalahkan hal itu karena dianggap tidak memiliki dampak. Padahal, kerasnya es batu bisa merusak gigi.
”Mengunyah es batu buruk karena bisa menciptakan retakan mikro pada email gigi. Kondisi itu bisa memicu munculnya masalah gigi sensitif dan gigi patah,” kata Sanda Moldovan, ahli periodonti dan ahli gizi di Beverly Hills Dental Health and Wellness, AS.
Makanan terbaik
Menjaga gigi yang sehat dan kuat bisa dimulai dengan langkah sederhana dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang baik bagi gigi. Di antara makanan tersebut, banyak yang mudah ditemukan di sekitar kita.
Salah satu jenis makanan yang baik buat gigi adalah buah dan sayur yang renyah, seperti timun, wortel, apel, pir, melon, dan seledri. Jenis makanan ini bisa bersifat sebagai sikat gigi alami dan bisa menghilangkan plak. Selain itu, mengunyah sayuran dan buah jenis ini bisa merangsang produksi air liur yang membantu menghilangkan sisa-sisa makanan di gigi. Air liur juga mengandung kalsium dan fosfat hingga bisa membantu memperkuat email gigi.
Konsumsi sayuran yang baik bagi gigi dan mulut itu nyatanya tidak hanya bermanfaat untuk gigi, tetapi juga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Studi Prageet K Scahdev dari Departemen Ilmu Gizi, Universitas Texas, Austin, AS dan rekan di Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics menemukan mereka yang jarang mengonsumsi sayur umumnya memiliki tingkat kerusakan gigi yang tinggi.
Untuk menjaga gigi agar tidak mudah berlubang maka seseorang memerlukan makanan yang kaya akan kalsium. Kalsium berperan penting dalam menjaga keutuhan dan memperkuat gigi. Selain itu, studi O Antonenko dari Laboratorium Penyakit Metabolik Tulang, Dewan Penelitian Sains dan Teknologi Nasional Argentina (Conicet) dan rekan di jurnal Clinical Oral Investigations, Juli 2015, menunjukkan, asupan kalsium yang rendah pada perempuan dewasa muda meningkatkan risiko penyakit mulut.
Karena itu, konsumsi makanan dan minuman yang kaya akan kalsium, seperti susu, keju, dan yogurt, bisa membantu mencukupi kebutuan kalsium dan fosfor harian. Kalsium dan fosfor itu penting untuk proses remineralisasi alami gigi setelah mineral gigi terhapus asam. Bagi mereka yang memiliki pola makan vegan atau mengalami intoleransi laktosa, kalsium dari sumber nabati bisa dijadikan alternatif, seperti sayur berdaun hijau, tahu, tempe, dan aneka kacang-kacangan. Sayuran hijau yang tinggi kalsium itu, antara lain, bayam dan brokoli.
Mengonsumsi protein tanpa lemak, seperti daging ayam, ikan, dan telur juga baik untuk gigi. Sumber protein tanpa lemak ini juga kaya akan fosfor yang berperan penting dalam membangun kembali lapisan enamel gigi dan melindungi dari gigi berlubang. Selain itu, sumber protein tanpa lemak umumnya juga mengandung gula dalam jumlah sedikit, sehingga juga baik untuk kesehatan gigi secara umum.
Kacang-kacangan juga termasuk makanan atau camilan yang ramah bagi gigi. Kandungan mineral yang tinggi, termasuk kalsium, membuat makanan ini aman untuk gigi. Karena itu, Persatuan Dokter Gigi Amerika (ADA) menyarankan untuk memasukkan kacang-kacangan sebagai camilan yang rendah kalori.
Meski demikian, walau sudah rajin menggosok gigi dua kali sehari, sesudah makan dan sebelum tidur serta mengonsumsi makanan yang baik untuk kesehatan gigi dan mulut, ada kalanya gigi tetap mengalami kerusakan.
Sejumlah kondisi tubuh bisa menjadi pemicu masalah gigi dan mulut. Asam lambung tinggi bisa memicu gigi sensitif dan kerusakan gigi. Sementara air liur yang sedikit bisa membuat mulut kering sehingga mulut menjadi bau dan meningkatkan risiko radang gusi, gigi berlubang, atau infeksi jamur. Rendahnya produksi air liur itu bisa terjadi karena penuaan atau konsumsi obat-obatan tertentu.
Baca juga : Kesehatan Gigi dan Mulut Belum Jadi Perhatian
Karena itu, memeriksakan gigi secara rutin tiap enam bulan sekali penting dilakukan. Selain itu, penggunaan sikat gigi, obat kumur, hingga benang gigi juga bisa dimanfaatkan pula demi gigi yang sehat dan kuat. Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluorida alias fluoride sangat disarankan untuk mencegah gigi berlubang, khususnya di wilayah yang airnya tidak mengandung fluorida.
Penggunaan fluorida ini terbukti menurunkan kasus kerusakan gigi. Di seluruh dunia, seperti ditulis Rugg-Gunn, kasus kerusakan gigi mencapai puncaknya pada tahun 1950-an sampai 1960-an saat impor gula melonjak di seluruh dunia. Setelah itu, kerusakan gigi menurun setelah digunakannya fluorida dalam pasta gigi.
Baca juga : Hanya 2,8 Persen Penduduk Indonesia Menyikat Gigi dengan Benar
Kini, semua pilihan kembali ke kita. Hampir semua orang pernah merasakan menyiksanya sakit gigi. Buruknya kesehatan gigi dan mulut tidak hanya memicu rasa sakit, tidak nyaman, meningkatkan risiko penyakit lain, hingga menurunkan produktivitas, tetapi bisa juga menurunkan kepercayaan diri, memengaruhi emosi dan suasana hati, hingga menjadi sensitif berlebihan.
Namun, yang pasti, hanya dari gigi dan mulut yang sehat, kesejahteraan bisa diraih. Mengabaikan kesehatan gigi dan mulut sama artinya dengan mengabaikan kesehatan tubuh secara keseluruhan, fisik dan psikis.