Kawasan Indonesia Timur Segera Miliki Istana Negara
Pemerintah akan merenovasi Istana Mini menjadi Istana Negara yang berada di kawasan Indonesia timur. Tahun depan proses renovasi dimulai.
Oleh
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
·4 menit baca
BANDA NEIRA, KOMPAS — Tahun depan pemerintah akan merenovasi Istana Mini di Pulau Banda Neira, Maluku Tengah, Maluku, menjadi Istana Negara di kawasan timur Indonesia. Kepulauan Banda sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan cagar budaya karena perannya yang begitu sentral dan penting dalam sejarah Indonesia.
Istana Mini dibangun Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1622. Dulu, Istana itu berfungsi sebagai tempat tinggal pejabat VOC, kontrolir, serta tempat penyimpanan rempah-rempah.
Struktur bangunan Istana Mini dikelilingi pagar tembok 85 x 90 meter yang kondisinya masih kokoh sampai sekarang. Gedung tersebut terdiri dari tiga bagian, meliputi bagian depan, tengah, dan belakang.
Dari sisi penampakan muka, arsitektur Istana Mini mirip dengan Istana Negara di Jakarta. Pada bagian teras depan terdapat empat tiang semu dan empat tiang utama bergaya Eropa yang menyangga atap.
Saat ini, di bagian pinggir sebelah kanan Istana Mini terdapat batang pohon besar yang tumbang sehingga membebani atap. Pemugaran bangunan bersejarah tersebut mendesak dilakukan agar kerusakannya tidak semakin parah.
”Sudah lama kita ingin agar Banda jadi kawasan cagar budaya secara keseluruhan karena tempatnya begitu sentral dan penting dalam sejarah Indonesia,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid, Selasa (21/6/2022), di Banda Neira.
”Tidak banyak orang yang ingat bahwa sistem perkebunan di dunia dimulai dari sini. Jadi, Banda merupakan satu pengalaman historis luar biasa yang sangat pantas untuk diabadikan. Belum lagi pengalaman sebelum kedatangan Kolonial atau prakolonial,” ujarnya.
Pemerintah akan memulainya dengan merenovasi Istana Mini menjadi Istana Negara yang berada di kawasan Indonesia timur.
Kehadiran Pemerintah Kolonial Belanda pada abad ke-17 membawa perubahan besar di Banda. Pada saat itu, untuk pertama kalinya Belanda membangun model perkebunan yang berdiri di atas suatu lahan yang dikosongkan.
Dari seluruh kawasan Banda, Pulau Banda Neira dirancang Belanda menjadi sebuah kota terpadu lengkap dengan sistem pertahanan berupa benteng-benteng. Hingga sekarang, bangunan-bangunan peninggalan Kota Tua Banda masih bisa disaksikan meski sebagian telah rusak dimakan usia.
Selain disiapkan menjadi kawasan cagar budaya, Banda juga diusulkan menjadi warisan budaya dunia ke Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Sebagai tahap awal, pemerintah akan memulainya dengan merenovasi Istana Mini menjadi Istana Negara yang berada di kawasan Indonesia timur.
”Dari Sekretariat Negara dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah ada pembicaraan. Tentu ini juga harus dikawal oleh kawan-kawan yang fokus pada pelestarian sehingga bagian-bagian penting Istana Mini bisa dipertahankan,” ujar Hilmar.
Cagar budaya nasional
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Maluku Utara Muhammad Husni mengutarakan, di Banda Neira sekarang ada 30-an cagar budaya yang sudah dideliniasi untuk menjadi kawasan cagar budaya nasional Kota Tua Banda. ”Mudah-mudahan dalam waktu dekat tahun ini segera ditetapkan cagar budaya nasional keseluruhan yang ada di Banda Neira. Tinggal satu kali sidang saja,” ucapnya.
Selain Pulau Banda Neira, Kepulauan Banda pada umumnya merupakan kawasan bersejarah, seperti Pulau Lonthor, Pulau Ay, dan Pulau Run. Akan tetapi, Pulau Banda Neira dengan kota tuanya memang didahulukan untuk ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya nasional.
Sekarang, di Banda Neira sudah ada lima cagar budaya nasional yang telah ditetapkan, yaitu rumah pengasingan Bung Hatta, rumah pengasingan Bung Syahrir, rumah pengasingan Iwa Kusumasumantri, rumah pengasingan dr Tjipto Mangunkusumo, serta Benteng Belgica. Setelah ada penetapan kawasan cagar budaya nasional dalam waktu dekat, semua cagar budaya di Banda Neira akan menjadi cagar budaya nasional.
Menurut Husni, saat ini aset tanah dan bangunan di Banda Neira masih terbagi tiga, meliputi milik pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, pemerintah pusat, dan yayasan. ”Yang harus dilakukan adalah komunikasi, duduk persama dengan pemkab, provinsi, pusat, dan masyarakat,” tambahnya.
Pekan ini, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek menggelar Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 di Banda. Banda merupakan titik kelima dari perjalanan Laskar Rempah yang berlayar menggunakan KRI Dewaruci TNI Angkatan Laut.
Sejak awal Juni, Laskar Rempah telah melintasi rute Surabaya, Makassar, Bau-Bau-Buton, Ternate-Tidore, dan Banda, kemudian akan dilanjutkan belayar ke Kupang dan kembali lagi ke Surabaya. Muhibah Budaya Jalur Rempah diikuti 147 Laskar Rempah dan ribuan masyarakat di setiap titik persinggahan.