Platform Teknologi Menghadirkan Belajar Serasa Bermain Gim
Teknologi digital dapat memperkuat motivasi belajar siswa. Pembelajaran daring yang dikembangkan platform teknologi edukasi dikemas dengan menarik dan interaktif, serta personal, sehingga belajar layaknya main gim.
JAKARTA, KOMPAS — Pendidikan secara daring dengan platform edutech atau aplikasi teknologi pendidikan menjadi kesempatan meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebab, hal itu memberi ruang bagi siswa belajar secara menyenangkan sesuai minat. Meski pertemuan tatap muka di sekolah akan makin normal, pemanfaatan aplikasi teknologi justru meningkat.
Pendiri dan Direktur Utama Ruangguru Belva Devara di acara pemaparan Laporan Dampak Ruangguru 2021 secara daring, Senin (20/6/2022), mengutarakan, Ruangguru mengembangkan kreativitas untuk menghadirkan pendidikan daring yang bermanfaat bagi siswa. Namun, banyak tantangan untuk memperluas jangkauan pendidikan oleh Ruangguru di Indonesia dan Asia Tenggara.
”Anak-anak yang sudah pintar dan rajin belajar juga perlu difasilitasi dengan konten dan layanan belajar online makin berkualitas. Nah, untuk anak-anak yang yang belum rajin belajar, jadi tantangan juga untuk meningkatkan motivasi belajar. Jadi, kita ingin menghadirkan belajar seperti main gim, menyenangkan dan menjadi ketagihan,” tuturnya.
Belva memaparkan, pada 2021 Ruangguru berfokus menyelesaikan tantangan pendidikan pada tiga pilar, yakni konten berkualitas, akses pendidikan, dan kebekerjaan. Pemanfaatan edutech untuk membantu belajar jarak jauh saat sekolah tutup di masa pandemi Covid-19 dan pelatihan kerja untuk anak-anak muda dan pekerja berdampak positif.
Untuk anak-anak yang yang belum rajin belajar, jadi tantangan juga untuk meningkatkan motivasi belajar. Jadi, kita ingin menghadirkan belajar seperti main gim, menyenangkan dan menjadi ketagihan.
Untuk konten berkualitas, tersedia lebih dari 70.000 video belajar dan 40 juta soal latihan dan tanya jawab dengan pengguna. Akses untuk konten berkualitas juga diupayakan bisa optimal dimanfaatkan siswa dan guru di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Konten inklusif pun dikembangkan sehingga para penyandang disabilitas bisa mengakses. Ada fitur subtitle otomatis, video bertranskrip, hingga fitur talkback agar penyandang tunanetra bisa mendengar secara audio.
Baca Juga: Platform Teknologi Pendidikan Menghadirkan Peluang yang Lebih Luas
”Konten untuk belajar ada animasi dan dapat berinteraksi. Siswa tidak hanya menonton, di tengah belajar ada kuis dan terasa bermain game. Jadi, siswa lebih tertarik. Konten pun tidak hanya untuk memahami, tetapi critical thinking atau berpikir kritis,” kata Belva.
Dengan demikian, siswa dikenalkan dengan cara berpikir tingkat tinggi, tidak sekadar tahu topik, tetapi kaitan dari pembelajaran dengan dunia nyata. Minat belajar siswa pun meningkat dengan konten belajar yang interaktif. Rata-rata waktu belajar siswa meningkat 85 persen.
Dukungan untuk pendidikan dan pelatihan kesiapan kerja dan wirausaha juga memberi dampak positif. Peserta meningkat kemampuan yang dibutuhkan bagi dunia kerja sehingga siap bekerja.
Pendiri dan Direktur Operasional Ruangguru Iman Usman mengatakan, pengguna terus bertumbuh. Meskipun sekolah sudah dibuka, ada kebutuhan untuk tetap belajar lewat edutech karena adanya konten baru yang bermunculan dan makin relevan setra memudahkan cara belajar.
”Banyak fitur baru dihasilkan jadi pengalaman belajar komprehensif. Fitur Adapto memungkinkan siswa bisa mendapat peta belajar berbeda. Di tengah menonton lalu diberi pertanyaan, jawaban nanti ada beda sehingga peta belajarnya menyesuaikan. Jadi, belajar daring bisa seperti dengan tutor satu per satu. Pengalaman belajar siswa jadi lebih baik, bisa sendiri, bersama guru maupun teman,” katanya.
Belva menambahkan, meskipun belajar online sudah berkembang, kebutuhan belajar luar jaringan atau luring tetap dikembangkan. Ruangguru pun memiliki pembelajaran luring Brain Academy yang sudah ada 70 cabang.
”Belajar campuran atau blended learning akan berkembang setelah berakhirnya pandemi. Belajar dengan online dulu untuk bekal sehingga pas tatap muka jadi bisa membahas dalam, baik pertanyaan atau diskusi. Tidak semua hal bisa dipelajari secara online. Seperti kerja kelompok, membangun tim, membangun keterampilan intrapersonal efektif jika langsung,” kata Belva.
Kebijakan pemerintah untuk menyiapkan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berkualitas hingga pelosok dibutuhkan. Saat ini, ada kesenjangan dalam mengakses konten. Untuk mengakses video belajar butuh bandwith besar, lebih mudah diakses di kota.
”Sekarang ini tiap tahun akses jaringan TIK jadi lebih baik. Di kota kecil pun sinyal sudah ada dan reliable. Ini yang paling dibutuhkan. Sebab, online sudah banyak pakai. Jangan sampai siswa yang tinggal di daerah 3T jadi tidak bisa merasakan manfaat online,” kata Belva.
Baca Juga: Belasan Perguruan Tinggi Bergabung dalam Platform Layanan Pendidikan Daring
Danny Januar Ismawan, Direktur Layanan Masyarakat dan Pemerintah BAKTI Kementerian Komunikasi dan Informasi, mengatakan, pembangunan infrastruktur telekomunikasi di daerah 3T terus ditingkatkan. Sejauh ini sekitar 15.000 akses internet gratis sudah dibangun di tempat layanan publik dan 50 persennya di sekolah/madrasah di daerah 3T. BAKTI Kemkominfo fokus menyelesaikan target 6.000 lebih desa di wilayah 3T yang akan terlayani seluler.
Sejak 2019, Kemkominfo berkolaborasi dengan Ruangguru untuk mendukung pendidikan di daerah 3T. Ada pelatihan untuk guru, seperti di Kabupaten Asmat, Papua, dan Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Kompetensi guru pun meningkat.
Ada juga dukungan belajar persiapan masuk perguruan tinggi bagi siswa di daerah 3T. Hasilnya, 14 siswa bisa diterima di perguruan tinggi negeri (PTN) dan universitas di Jepang.
”Membuka akses untuk daerah 3T ini harus terus dilakukan. Ketika akses internet terbuka, perlu sarana pendukung memadai yang bisa membantun peningkatan kualitas pendidikan dan kehidupan masyarakat. Contoh sukses yang kami lakukan di daerah 3T dengan Ruangguru harus bisa dilakukan juga di daerah lain untuk peningkatan kualitas,” kata Danny.
Belajar yang penting saja
Secara terpisah, platform edutech Zenius juga mengembangkan konsep belajar daring yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Menurut Founder dan Chief Education Officer Sabda PS, Zenius menawarkan ”Yang Penting-penting Aja”, konsep belajar yang mengajak siswa untuk melihat ide besar dari sebuah pelajaran dan memilah pokok bahasan utama untuk diserap.
Dengan pendekatan ini, siswa memiliki kerangka berpikir ketika belajar, lebih terarah, dan lebih cepat paham, yang dibuktikan dengan mampu mengerjakan soal-soal tes dengan cermat. Selain itu, siswa akan memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan hobi atau kegiatan lainnya di luar belajar.
Contoh konsep ini, dalam belajar Bahasa Inggris, siswa tidak berfokus hanya untuk menghafal 16 tenses yang ada tanpa mengetahui pola kalimat dan bagaimana menerapkannya. Tutor-tutor di Zenius akan mengajarkan siswa untuk melihat tenses dari tiga waktu (masa lampau, sekarang, dan masa depan) dan empat aspek (simple, progressive, perfect, dan perfect progressive).
Selain itu, tutor live class Zenius diarahkan untuk selalu memulai kelas dengan pertanyaan mendasar yang memantik siswa untuk berpikir kritis, sekaligus sebagai jembatan ke ide besar. Misalnya saat membahas batuan di kelas Geografi, alih-alih menyebutkan jenis-jenis batuan, tutor akan melempar pertanyaan, ”Kalian pernah lihat batu yang bentuknya cair, enggak?”
Mengetahui banyak fakta (rumus, tanggal, cara, nama, fungsi) tanpa dibingkai dengan pemahaman konsep akan membuat kegiatan belajar jadi membosankan, tanpa tujuan, dan membuat siswa cepat letih.
Dengan merangkai fakta-fakta ke dalam sebuah konsep, membaginya menjadi topik, dan paham bagaimana memakai ide besar yang bisa diaplikasikan ke topik lain membuat siswa mampu menemukan pola antara mata pelajaran, membuat koneksi, dan menerapkan pemahaman tersebut di masa depan dalam situasi apa pun yang mereka temui.
”Konsep belajar yang penting-penting sajamembantu siswa untuk mendapatkan ide besar yang perlu dipahami. Ketika siswa sudah memiliki pemahaman akan ide besar yang diajukan, bukan berarti siswa tidak harus belajar hal lain,” kata Sabda.
”Siswa tetap harus sering melakukan latihan soal dan membaca materi untuk menguasai sebuah pelajaran. Paham ide besar akan membantu siswa memperdalam penguasaan materi (skill mastery) tanpa harus terjebak dengan pola pikir atau rumus yang membatasi cara berpikir mereka,” paparnya.