Europe on Screen 2022 Angkat Isu Pandemi, Migrasi, dan Perang
Festival film internasional Europe on Screen dibuka pada Kamis (16/6/2022). Festival berlangsung secara luring pada 16-26 Juni 2022 dan pada 20-30 Juni 2022 secara daring.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Festival film internasional Europe on Screen resmi dibuka pada Kamis (16/6/2022) secara luring. Festival film internasional terlama di Indonesia ini juga akan diadakan secara luring. Ini pertama kali Europe on Screen berlangsung secara hibrida.
Sebelumnya, Europe on Screen (EoS) digelar secara daring selama dua tahun karena pandemi Covid-19. Tahun ini, EoS akan dilaksanakan secara luring di Medan, Denpasar, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta pada 16-26 Juni 2022. Publik dapat pula mengikuti EoS 2022 secara daring melalui laman festivalscope.com pada 20-30 Juni 2022.
EoS 2022 dibuka dengan film Do Not Hesitate (2021) dari Belanda. Film tersebut bercerita tentang tiga tentara yang bertugas menjaga kendaraan militer yang rusak. Kendaraan militer itu ada di gurun yang panas dan terpencil.
Di tengah penugasan, mereka tidak sengaja menembak mati seekor kambing. Bocah 14 tahun yang memiliki kambing itu minta ganti rugi, kemudian keadaan mulai kacau. Film tersebut, menurut penyelenggara, cocok untuk refleksi bersama atas konflik antara Rusia dan Ukraina saat ini.
”Kami hadirkan film dari sineas muda ataupun sineas ternama Eropa. Banyak di antaranya merupakan film pemenang penghargaan, serta membahas hal-hal yang kini menjadi isu besar, seperti pandemi, migrasi, dan perang,” kata Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket secara tertulis.
EoS 2022 menghadirkan 69 film dari 25 negara Eropa, seperti Perancis, Armenia, Yunani, Finlandia, Jerman, Kroasia, Irlandia, Bulgaria, Irlandia, dan Spanyol. Tidak ada tema khusus pada EoS sehingga gagasan dan genre film beragam. Ada film bergenre komedi, romansa, dokumenter, danhoror.
Salah satu film berjudul Uje Run Uje (2020), misalnya, merupakan film otobiografi mengenai Uje Brandelius, bintang pop tahun 1990-an yang menderita parkinson. Semula ia tidak memberi tahu orang-orang di sekitarnya, termasuk keluarga, tentang penyakit saraf yang ia alami.
Film tersebut, menurut penyelenggara, cocok untuk refleksi bersama atas konflik antara Rusia dan Ukraina saat ini.
Uje pun berupaya agar tetap bisa hidup normal. Namun, ia justru mendapati dirinya semakin frustrasi karena tangannya terus bergetar. Aktivitas harian yang biasanya normal jadi sulit dilakukan. Dalam pergulatan itu, ia terus berupaya mencari dirinya. Film ini akan ditayangkan di Bandung pada 22 Juni 2022 dan Jakarta pada 25 Juni 2022.
Penayangan secara hibrida diharapkan menjadi tonggak baru festival film ini. Adapun penayangan daring diharapkan memperluas jangkauan penonton ke berbagai daerah atau bahkan negara. Pada EoS 2021, jumlah audiens mencapai 36.000 orang. Angka itu diharapkan naik tahun ini.
”Ini festival film pertama di Jakarta yang berjalan dengan konsep hibrida total. Kami senang bertemu kembali dengan para penonton dan semoga kami bisa menambah teman-teman baru,” kata Festival Co-director Meninaputri Wismurti.
Selain penayangan film Eropa, EoS 2022 juga menayangkan sejumlah film pendek karya sineas Indonesia yang memenangi ajang Short Film Pitching Project (SFPP) 2021. Selain itu, ada pula diskusi film dengan para sineas yang filmnya ditampilkan di EoS 2022.
Ada pula program khusus untuk membahas karya sutradara Italia, Federico Felini (1920-1993), yang merupakan salah satu sutradara legendaris dan berpengaruh. Program ini diadakan untuk memperingati 102 tahun kelahiran Felini. Program tersebut mencakup penayangan film-film klasik Felini, film dokumenter tentang proses pembuatan film Felini, serta pameran.
”Kami harap film-film Italia juga mendapat perhatian dan tempat yang layak bagi para penikmat film,” kata Direktur Istituto Italiano di Cultura (IIC) Maria Battaglia.