Pasien Covid-19 Meningkat, RSD Gunung Jati Siagakan 218 Tempat Tidur
Rumah Sakit Daerah Gunung Jati, Kota Cirebon, Jawa Barat, kini merawat tiga pasien Covid-19. Sebanyak 218 tempat tidur isolasi disiagakan untuk mengantisipasi lonjakan kasus.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Setelah kosong dua bulan terakhir, ruangan isolasi di Rumah Sakit Daerah Gunung Jati, Kota Cirebon, Jawa Barat, terisi tiga pasien Covid-19. Pengelola rumah sakit menyiagakan 218 tempat tidur isolasi jika penularan virus korona baru terus melonjak.
Hingga Kamis (16/6/2022) siang, rumah sakit rujukan Covid-19 itu merawat tiga pasien yang berasal dari Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, dan Indramayu. Dua pasien dirawat di ruangan isolasi Covid-19 dan seorang lainnya di ruangan perawatan intensif karena ada gangguan ginjal.
Direktur RSD Gunung Jati Katibi mengatakan, ketiga pasien masuk rumah sakit pada Minggu dan Rabu. Salah satu pasien telah menjalani vaksinasi Covid-19 dosis kedua.
”Terakhir kami merawat pasien Covid-19 itu 10 April atau sekitar dua bulan lalu,” ucapnya.
Sejauh ini RSD Gunung Jati menyiapkan 24 tempat tidur, termasuk 6 unit di ruang intensif untuk isolasi Covid-19. Jika terjadi lonjakan kasus dan keterisian ruang isolasi mendekati 80 persen, 218 tempat tidur siap digunakan untuk merawat pasien Covid-19.
"Tapi, kami tak berharap ini terjadi,” ujar Katibi.
Selain ruangan isolasi, pihaknya juga masih menyiagakan sekitar 200 tenaga kesehatan, seperti perawat hingga dokter spesialis untuk penanganan pasien Covid-19. Alat pelindung diri juga masih cukup hingga tiga bulan ke depan. RSD Gunung Jati bakal berkoordinasi dengan pemerintah daerah jika logistik menipis.
”Kami siap 100 persen (merawat pasien Covid-19). Prinsipnya, kita tangani bersama potensi lonjakan kasus ini,” kata Katibi. RSD Gunung Jati menjadi rumah sakit rujukan pasien Covid-19 untuk wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, hingga Tegal, Jawa Tengah.
Kepala Subunit Pelayanan Instalasi Laboratorium RSD Gunung Jati Erwin Indra Kusuma mengatakan, penambahan pasien Covid-19 menunjukkan pandemi belum berakhir. Apalagi, berdasarkan pengakuan pasien, penularan virus korona baru diduga dari transmisi lokal, bukan pelaku perjalanan.
Faktor penyebab kasus Covid-19, lanjutnya, karena protokol kesehatan yang mulai longgar. Masyarakat mulai abai mengenakan masker dan menjaga jarak.
”Faktor kedua, penurunan tes atau skrining. Satu pasien, misalnya, saat dirujuk tanpa skrining. Pasien satunya juga tes antigen negatif, tetapi PCR (rantai reaksi polimerase) positif,” ujarnya.
Erwin mendorong fasilitas kesehatan tetap melakukan skrining bagi pasien yang diduga bergejala Covid-19. Apalagi, kini terdapat subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Pihaknya juga bakal mengirim tiga sampel tes pasien ke Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jabar.
Ketua Harian Satuan Tugas Covid-19 Kota Cirebon Agus Mulyadi mengatakan, belum ada laporan temuan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Cirebon. ”Memang ada kekhawatiran seperti yang terjadi di daerah lain, tetapi mudah-mudahan tidak ada (subvarian tersebut) di Cirebon,” ujarnya.
Pihaknya masih menyiapkan tes dan pelacakan kasus. Sejak awal Januari 2022, pemkot telah menganggarkan sekitar Rp 2,6 miliar untuk tes, pelacakan kasus, obat-obatan, dan vitamin.
”Kami juga sudah minta rumah sakit siapkan ruangan isolasi sesuai kebutuhan agar tidak ada lonjakan,” ungkapnya.
Februari lalu, kota berpenduduk 340.000 jiwa ini memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 karena tingginya risiko penularan virus korona baru. Sebanyak 265 tempat tidur isolasi disiagakan.
Kondisi terburuk pernah terjadi pertengahan 2021, ketika varian Delta menyerang. Saat itu, okupansi ruang isolasi di 11 rumah sakit di Cirebon mencapai 94 persen dari 426 unit. Pasien juga kesulitan mendapatkan tabung oksigen.
Sejak awal Januari 2022, pemkot telah menganggarkan sekitar Rp 2,6 miliar untuk tes, pelacakan kasus, obat-obatan, dan vitamin.
Hingga kini, kasus positif Covid-19 aktif di Kota Cirebon tercatat 4 orang. Adapun total jumlah kasus selama dua tahun terakhir mencapai 16.060 orang. Sebanyak 567 orang di antara mereka meninggal dan 15.489 orang dinyatakan sembuh.