Memahami Pubertas pada Remaja
Menstruasi bukan awal masa pubertas pada anak perempuan, melainkan sebagai akhir dari pubertas. Sementara pada laki-laki, awal pubertas ditandai dengan bertambahnya volume testis.
Pubertas merupakan proses normal yang dialami remaja. Namun, anggapan normal tersebut justru membuat orangtua kurang memperhatikan fase pubertas anak. Barangkali banyak dari orangtua yang tidak tahu kapan anaknya memasuki awal masa pubertas. Sebagian orangtua mungkin juga tidak paham tanda anak mengalami pubertas.
Padahal, masa pubertas merupakan fase krusial karena pada masa itu remaja akan mengalami perubahan fisik, mental, serta kematangan pada organ seksual. Terlalu cepat ataupun terlambat mengalami pubertas bisa menimbulkan persoalan di masa depan.
Pubertas pada perempuan dan laki-laki pun berbeda. Pubertas pada anak perempuan biasanya terjadi pada usia 8 sampai 13 tahun. Sementara pada anak laki-laki, pubertas terjadi pada usia 9 sampai 14 tahun.
Banyak persepsi yang salah mengenai tanda awal dari masa pubertas anak perempuan dan laki-laki. Pubertas pada anak perempuan ditandai dengan tumbuhnya payudara, sedangkan pada laki-laki ditandai dengan pertumbuhan pada testis.
Tanda awal pubertas pada anak perempuan bukan menstruasi. Begitu pula dengan anak laki-laki. Tanda awal pubertas pada laki-laki ditandai dengan pertumbuhan buah zakar (testis) bukan mimpi basah.
”Hal ini yang sering salah dimengerti oleh masyarakat. Jadi, tanda awal pubertas pada anak perempuan bukan menstruasi. Begitu pula dengan anak laki-laki. Tanda awal pubertas pada laki-laki ditandai dengan pertumbuhan buah zakar (testis) bukan mimpi basah,” tutur Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Bidang Endokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Aman Bhakti Pulungan ketika dihubungi di Jakarta, Senin (13/6/2022).
Pubertas anak perempuan
Aman mengatakan, pubertas pada anak perempuan dimulai dengan pertumbuhan payudara. Biasanya, menstruasi pertama atau menarke baru terjadi setelah dua tahun sejak payudara mulai tumbuh. Pada masa sebelum menstruasi inilah, pacu tumbuh (growth spurt) tinggi badan anak perempuan akan bertambah signifikan.
Baca juga: Kualitas Layanan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja Masih Kurang
Pertumbuhan tinggi badan pada anak perempuan sekitar 16-24 sentimeter atau rata-rata sekitar 20 cm. Sementara setelah menstruasi, penambahan tinggi badan hanya sekitar 10 cm.
Oleh sebab itu, apabila anak perempuan terlalu cepat mengalami pubertas, itu akan membuat pertumbuhan tinggi badannya menjadi tidak optimal. ”Misalnya, ketika mulai pubertas, tinggi badannya masih 130 cm. Tinggi badan optimal ketika setelah masa pacu tumbuh bisa hanya 150 cm,” kata Aman.
Dalam dokumen berjudul ”Masalah Pubertas Sehari-hari” yang disusun dokter spesialis anak konsultan endokrinologi RSAB Harapan Kita, Aditya Suryansyah, menyebutkan, selain pertumbuhan payudara, pubertas pada anak perempuan juga ditandai dengan tumbuhnya rambut pubis. Rambut pubis biasanya mulai tumbuh pada usia 11 tahun. Bersamaan dengan itu, rambut ketiak juga akan mulai tumbuh.
Menstruasi pertama akan menjadi tahap akhir dari masa pubertas remaja perempuan. Dengan terjadinya menstruasi periodik atau menstruasi rutin, pertumbuhan fisik pada perempuan pun akan berakhir. ”Tinggi badan perempuan tidak akan bertambah banyak lagi setelah haid (menstruasi) berlangsung secara periodik,” katanya.
Pubertas yang terlalu dini juga pubertas yang terlambat merupakan persoalan yang harus diperhatikan. Hal ini dapat menjadi tanda adanya gangguan pada tubuh anak perempuan. Pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab gangguan tersebut. Keterlambatan pubertas pada anak perempuan dapat berkaitan dengan masalah pada indung telur.
Aman menyampaikan, fenomena pubertas dini juga semakin banyak ditemukan di masa kini. Itu setidaknya terlihat dari penelitian yang dilakukannya bersama tim pada anak perempuan usia 10-15 tahun di Jakarta Pusat. Pada penelitian tersebut menunjukkan, usia menstruasi pertama pada anak perempuan berkaitan erat dengan indeks massa tubuh. Semakin besar indeks massa tubuh anak, semakin cepat usia pertama kali mengalami menstruasi.
Baca juga: Remaja Perempuan Diajak Lebih Peduli Kebersihan Menstruasi
Karena itu, anak-anak perempuan dengan obesitas atau kelebihan berat badan cenderung akan mengalami menstruasi pertama lebih cepat dari anak perempuan dengan indeks massa tubuh yang normal. ”Agar tidak mengalami pubertas dini, orangtua perlu memastikan anaknya tidak mengalami obesitas,” ucap Aman.
Pubertas anak laki-laki
Berbeda dengan anak perempuan, pubertas pada anak laki-laki cenderung lebih lambat. Anak laki-laki mulai masuk masa pubertas pada usia sekitar 9 tahun hingga 14 tahun. Tanda awal pubertas anak laki-laki bukan dengan mimpi basah, tumbuh kumis, ataupun tumbuh jakun, melainkan dengan berubahnya volume testis.
Anak laki-laki mulai mengalami pubertas apabila volume testisnya mencapai 4 mililiter. Untuk mengukur besaran volume ini sebaiknya melakukan pemeriksaan ke dokter anak.
Setelah mengalami pertambahan volume pada testis, tahapan berikutnya ditandai dengan pertumbuhan rambut pubis. Kemudian, pacu tumbuh atau growth spurt akan terjadi.
Dokter spesialis anak konsultan endokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), Frida Soesanti, menyampaikan, pada masa pubertas, pertambahan tinggi maksimal pada anak laki-laki 10 cm per tahun dengan penambahan tinggi badan mencapai 25-30 cm selama pubertas. Pertambahan tinggi badan pada anak laki-laki lebih besar daripada anak perempuan.
Ia menjelaskan, mimpi basah yang dialami anak laki-laki bukan awal masa pubertas. Mimpi basah menunjukkan proses spermatogenesis yang biasanya terjadi pada tahap akhir pubertas.
Frida menuturkan, perbedaan yang paling terlihat antara pubertas anak perempuan dan laki-laki adalah pada masa pacu tumbuh. Awal pacu tumbuh pada anak perempuan lebih awal dibandingkan dengan anak laki-laki.
Awal pubertas anak perempuan juga lebih cepat daripada laki-laki. Hal ini yang menyebabkan anak perempuan biasanya lebih terlihat dewasa dibandingkan anak laki-laki, termasuk pada tinggi badannya. Meskipun akhirnya, anak laki-laki akan lebih tinggi dibandingkan anak perempuan.
Menurut Frida, orangtua perlu memahami dengan baik tahapan dan fase pubertas pada anak. Orangtua juga perlu tahu tanda pubertas yang normal. Dengan begitu, orangtua pun mampu mendeteksi apakah terjadi masalah pada fase pubertas anak.
Baca juga: Data Gizi Remaja Terbatas, Intervensi Belum Tepat
”Dengan memahami tanda pubertas anak, penyimpangan atau kelainan pubertas bisa dideteksi sejak dini sehingga dapat dilakukan evaluasi secara menyeluruh sehingga memungkinkan dilakukan terapi yang optimal,” katanya.
Aman menambahkan, komunikasi antara orangtua dan anak juga perlu dibangun dengan baik sejak dini. Membicarakan masa pubertas jangan lagi dinilai sebagai hal tabu. ”Pada masa pubertas, emosional anak juga akan berubah. Karena itu, jadilah teman bagi anak sehingga hal seperti pubertas bisa dipahami dengan baik,” ucapnya.