Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menerima Anugerah Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2022 untuk kategori lembaga. Penghargaan diberikan atas peran BKKBN menjalankan program KB di Indonesia
Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
·4 menit baca
NEW YORK, SENIN — Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menerima Anugerah Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2022 atau United Nations Population Award 2022. Anugerah ini adalah bukti pengakuan dunia internasional atas pembangunan kependudukan di Indonesia. Anugerah ini juga diharapkan menjadi pemacu semangat bangsa yang kini fokus pada pembangunan kualitas sumber daya manusia.
Direktur Eksekutif Dana Kependudukan PBB (UNFPA) Natalia Kanem saat mengumumkan pemenang Anugerah Kependudukan PBB 2022 untuk kategori lembaga yang disiarkan secara virtual dari New York, Amerika Serikat, Senin (13/6/2022), mengatakan, anugerah diberikan kepada BKKBN atas perannya dalam menjalankan program keluarga berencana di Indonesia.
BKKBN dinilai memiliki inistiaf tinggi dan menjadi model pembangunan KB bagi negara-negara lain dalam kerangka Kerja Sama Selatan-Selatan. BKKBN juga dianggap aktif menjalin kerja sama dengan organisasi non-pemerintah dan organisasi berbasis agama untuk lebih menumbuhkan kesadaran terhadap isu-isu kependudukan serta mengadvokasi praktik-praktik berbahaya bagi perempuan dan anak perempuan.
Tak hanya itu, BKKBN juga dianggap mampu mengembangkan program yang membantu keluarga dengan penduduk lanjut usia. ”BKKBN juga berkontribusi dalam memastikan keberlanjutan penyediaan layanan KB selama pandemi virus korona baru di Indonesia,” katanya.
Penghargaan ini juga menjadi pemacu bagi BKKBN agar lebih giat lagi melaksanakan program KB hingga mampu mencegah dan menekan jumlah kematian ibu dan bayi akibat kelahiran yang tidak direncanakan.
Penghargaan itu diserahkan Kanem secara langsung kepada BKKBN yang diwakili Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN M Rizal Damanik di Markas Besar PBB New York, AS. Dalam sambutannya saat menerima anugerah, Rizal mendedikasikan penghargaan itu kepada pejuang kependudukan Indonesia, terutama penyuluh KB (PKB) dan petugas lapangan KB (PLKB), atas kerja keras mereka di lapangan.
Selama lima dekade terakhir, pembangunan kependudukan yang dilakukan BKKBN telah mampu menurunkan angka fertilitas total (TFR) Indonesia dari 5,6 anak per perempuan usia subur pada 1970-an menjadi 2,2 anak per perempuan usia subur pada tahun 2000-an. Laju pertumbuhan penduduk pun menurun tajam dari 2,31 persen pada 1971-1080 menjadi 1,25 persen pada 2010-2020.
Turunnya TFR dan laju pertumbuhan penduduk itu membuat Indonesia bisa melakukan perbaikan pelayanan publik, khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. ”Perubahan penduduk itu pada akhirnya membawa perbaikan taraf hidup masyarakat Indonesia menjadi lebih baik,” tambahnya.
Rizal mengatakan, penghargaan ini menjadi tonggak momentum perjuangan pemerintah Indonesia, termasuk BKKBN, dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Terlebih, saat ini BKKBN ditetapkan sebagai koordinator percepatan penurunan tengkes di Indonesia. BKKBN ditargetkan mampu menurunkan prevalensi tengkes pada anak balita dari 27,67 persen pada 2019 menjadi 14 persen pada 2024.
Selain BKKBN untuk kategori lembaga, Anugerah Kependudukan PBB 2022 juga diberikan kepada Emma Inamutila Theofelus dari Namibia untuk kategori individu. Anugerah itu diberikan kepada Wakil Menteri Informasi, Komunikasi, dan Teknologi Namibia tersebut atas usahanya yang konsisten memperjuangkan hak-hak kesehatan repoduksi dan seksualitas pada remaja, khususnya terkait higienitas selama masa menstruasi.
Bagi Indonesia, Anugerah Kependudukan PBB ini adalah yang kedua kali diterima. Dikutip dari Kompas, 4 Juni 1989, penghargaan pertama diberikan pada 1989 kepada Presiden Indonesia Soeharto untuk kategori individu atas dukungan besarnya dalam pelaksanaan program KB selama 20 tahun terakhir. Selama masa itu, jumlah kelahiran, tingkat fertilitas, dan kematian anak balita merosot tajam. Sementara penggunaan kontrasepsi hampir mencapai 50 persen dari pasangan usia subur yang layak.
Kerja keras
Sementara itu, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Jakarta mengatakan, Anugerah Kependudukan bagi BKKBN ini adalah buah dari kerja keras dan dukungan pemerintah dari berbagai lini. Keberhasilan pelaksanaan program KB di Indonesia tidak hanya mampu memperlambat laju pertumbuhan penduduk, tetapi juga menjadi penyebab bonus demografi yang dialami Indonesia saat ini.
Bonus demografi adalah batu loncatan yang bisa dimanfaatkan sebuah negara untuk melompat menjadi negara kaya dan maju. Banyaknya penduduk usia produktif antara 15 tahun dan 64 tahun mendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Turunnya jumlah kelahiran juga membuka peluang bagi kaum perempuan untuk berpartisipasi aktif di dunia kerja dan menjadi salah satu sumber penghasilan keluarga.
Terkendalinya pertumbuhan penduduk membuat Indonesia memiliki kesempatan untuk meningkatkan pendapatan per kapita penduduknya, menurunkan kemiskinan, hingga meningkatkan usia harapan hidup masyarakat Indoensia.
Selain itu, lanjut Hasto, penghargaan ini juga menjadi pemacu bagi BKKBN agar lebih giat lagi melaksanakan program KB hingga mampu mencegah dan menekan jumlah kematian ibu dan bayi akibat kelahiran yang tidak direncanakan. Pelaksanaan program KB ini juga menjadi sarana untuk menurunkan prevelensi tengkes.
”BKKBN fokus pada pembangunan keluarga, baik secara kualitas maupun kuantitas, untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta mempercepat penurunan prevalensi tengkes,” katanya.
Selama masa pandemi, saat layanan KB terganggu, BKKBN melakukan sejumlah terobosan guna mempertahankan rata-rata pemakaian kontrasepsi (CPR) sebesar 57 persen. Gerakan sejuta akseptor KB yang telah dilakukan beberapa kali dinilai mampu mengatasi kesenjangan layanan KB yang terjadi selama pandemi.