Cacar Monyet Meluas dengan Ditemukannya 1.000 Kasus
Cacar monyet telah menjadi ancaman global dengan lebih dari seribu kasus telah dikonfirmasi di 29 negara non-endemik.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Cacar monyet telah menjadi ancaman global dengan lebih dari seribu kasus dikonfirmasi di 29 negara non-endemik. Sekalipun sejumlah negara mulai melakukan vaksinasi, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia tidak merekomendasikan vaksinasi massal untuk virus tersebut.
Peringatan mengenai meluasnya penyebaran cacar monyet ini disampaikan Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam keterangan pers pada Rabu (9/6/2022). ”Risiko cacar monyet berkembang di negara-negara non-endemik adalah nyata,” kata Tedros.
Penyakit zoonosis ini sebelumnya endemik pada manusia di sembilan negara Afrika, tetapi dalam sebulan terakhir wabah ditemukan berkembang luas, kebanyakan di Eropa, dan terutama di Inggris, Spanyol, dan Portugal. ”Lebih dari 1.000 kasus terkonfirmasi cacar monyet kini telah dilaporkan ke WHO dari 29 negara yang tidak endemik penyakit tersebut,” kata Tedros.
Ia menambahkan, setelah kasus banyak dilaporkan di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, beberapa negara mulai melaporkan kasus penularan komunitas, termasuk beberapa kasus pada perempuan. Namun, sejauh ini, tidak ada kematian yang dilaporkan di negara-negara ini.
Menurut Tedros, meluasnya kasus cacar monyet ini mengkhawatirkan. Di negara endemik di Afrika, penyakit ini bisa mematikan dengan lebih dari 1.400 kasus yang dicurigai dan 66 kematian sepanjang tahun ini.
Dia mengatakan, kemunculan cacar monyet yang tiba-tiba dan tidak terduga di luar negara-negara endemik menunjukkan bahwa mungkin ada penularan yang tidak terdeteksi untuk beberapa waktu, tetapi tidak diketahui berapa lama.
Vaksinasi
Sejumlah negara diketahui mulai menerapkan strategi yang disebut 'vaksinasi cincin' untuk mencoba menghentikan penyebaran virus cacar monyet. Beberapa negara tersebut, termasuk Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat.
Negara-negara ini menggunakan vaksin cacar, yang dianggap efektif melawan cacar monyet karena virusnya terkait, kepada orang-orang yang diketahui telah terpapar melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi.
Meskipun vaksin dianggap aman dan efektif untuk digunakan pada orang dengan infeksi cacar, vaksin tersebut memiliki pengujian terbatas terhadap cacar monyet.
Natalie Dean, ahli biostatistik di Emory University di Atlanta, Georgia, kepada Nature.com pada Rabu mengatakan, meskipun vaksin dianggap aman dan efektif untuk digunakan pada orang dengan infeksi cacar, vaksin tersebut memiliki pengujian terbatas terhadap cacar monyet. Strategi ini juga bergantung pada pelacakan kontak yang sangat ketat dan orang-orang juga harus setuju untuk disuntik dengan vaksin yang dapat membawa efek samping yang jarang tetapi serius.
Dua jenis utama vaksin cacar tersedia saat ini, masing-masing mengandung virus cacar hidup, yang disebut vaccinia. Vaksin ini merupakan generasi kedua yang dapat menyebabkan efek samping yang jarang, tetapi serius, karena mengandung vaccinia yang mampu bereplikasi dalam sel seseorang. Sementara versi generasi ketiga memiliki lebih sedikit efek samping karena mengandung virus yang dilemahkan yang tidak dapat direplikasi.
Sementara itu, Tedros menegaskan, WHO belum merekomendasikan vaksinasi massal terhadap virus tersebut.