Pengurangan sampah dengan pengelolaan di tingkat komunitas dan dijadikan energi listrik di Surabaya, Jawa Timur, terus diupayakan untuk mengurangi produksi sampah yang mengancam kelestarian lingkungan.
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, menyadari pengelolaan sampah belum cukup untuk menekan pengiriman ke tempat pembuangan akhir. Beragam cara akan terus ditempuh sehingga turut berpartisipasi dalam pengurangan sampah untuk pelestarian lingkungan.
Dalam laporan Kompas, Jumat (20/5/2022), Surabaya merupakan salah satu kota penyumpang sampah. Meski bukan yang terbesar, Surabaya membuang sampah 282,2 kilogram per tahun per kapita atau 0,77 kg per orang per hari.
Menurut data Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, sampah yang dibuang oleh sekitar 3 juta jiwa warga ibu kota Jatim ini mencapai 1,6 juta kg per hari atau 1.600 ton per hari.
”Dalam masa Ramadhan dan Lebaran lalu, produksi sampah harian meningkat 200 ton,” kata Kepala DLH Surabaya Agus Hebi Djuniantoro. Peningkatan sampah jelas dipicu peningkatan konsumsi komoditas oleh masyarakat, terutama selama Ramadhan dan mendekati Lebaran (2-3 Mei 2022).
Pengangkutan sampah oleh petugas di tingkat perumahan atau kampung yang biasanya setiap 2 hari tetapi selama Ramadhan menjadi setiap hari.
Agus Hebi melanjutkan, di Surabaya, sebagian sampah ditangani oleh tingkat komunitas atau warga tingkat RT, RW, atau kampung. Meski belum seluruh warga terlibat tetapi sebagian sampah dipilah dan diolah di tingkat komunitas. Di Surabaya terdapat 296 bank sampah dan 26 rumah kompos. Jumlah ini setara dengan dua kali lipat kelurahan yang berjumlah 163 kelurahan di Surabaya.
Menurut Agus Hebi, sebesar 22 persen dari 1.600 ton sampah itu adalah plastik atau setara 352 ton per hari. Sampah mayoritas ialah sisa makanan minuman yang 52 persen atau 832 ton per hari. Sampah lainnya (26 persen) ialah barang bekas dan material.
Agus Hebi melanjutkan, sampah yang tidak tertangani di satuan komunitas atau unit pengolahan dalam pengelolaan pemerintah dikirim ke TPA Benowo yang seluas 37,4 hektar. TPA berkapasitas 1.600 ton per hari. Pengolahan sampah oleh komunitas dan unit pengolahan pemerintah mampu mereduksi kiriman sampai 20 persen ke TPA.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyatakan, di TPA Benowo juga telah berdiri dan beroperasi pengolah sampah menjadi energi listrik (PSEL). Unit ini hasil kerja sama pemerintah dan PT Sumber Organik. PSEL mengolah 1.000 ton sampah per hari untuk menghasilkan listrik 11 megawatt. ”Dengan demikian, diharapkan dapat turut mengatasi masalah pengelolaan sampah di Surabaya,” katanya.
Perwali
Eri melanjutkan, untuk penanganan sampah plastik telah dikeluarkan Peraturan Wali Kota Surabaya Nomor 16 Tahun 2022 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik di Kota Surabaya. Sampah plastik, terutama kantong keresek, sulit didaur ulang dan pemusnahannya dengan menggunakan bahan kimia yang berisiko mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia.
Koordinator Komunitas Nol Sampah Hermawan Some mengatakan, komunitas pelestari lingkungan berharap regulasi dapat mendorong pengurangan produksi sampah. Perwali itu diharapkan menggugah kesadaran masyarakat untuk mengurangi pemakaian kantong keresek sehingga menekan produksi sampah plastik.
Pengelolaan sampah, lanjut Some, tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah tetapi melibatkan masyarakat umum. Saat belanja, gunakan kantong yang dapat dipakai berulang-ulang. Jangan menerima kantong keresek dari pengelola tempat belanja dan aktiflah terlibat. Belanja dan konsumsi makanan minuman secara bertanggung jawab untuk turut mengurangi produksi sampah.