Kolaborasi berbagai pihak sangat dinanti untuk menjalankan strategi konservasi satwa langka, bekantan di Indonesia. Keberadaan bekantan dan habitatnya di Pulau Kalimantan terancam hilang karena berbagai ulah manusia.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Kolaborasi berbagai pihak sangat dinanti untuk menjalankan strategi konservasi satwa bekantan di Indonesia. Keberadaan bekantan dan habitatnya di Pulau Kalimantan kini terancam hilang karena berbagai ulah manusia yang mengakibatkan degradasi lingkungan.
Adanya berbagai ancaman terhadap bekantan (Nasalis larvatus) serta strategi konservasi primata endemik Kalimantan itu mengemuka dalam Seminar Internasional Hari Bekantan 2022 bertema ”Selamatkan Bekantan, Selamatkan Peradaban Manusia” yang dilaksanakan secara hibrida di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Senin (28/3/2022).
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong menyampaikan menyebutkan populasi bekantan pada 2008 berjumlah sedikitnya 25.000 individu. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 5.000 individu yang berada di dalam kawasan konservasi. Selebihnya atau sekitar 20.000 individu berada di luar kawasan konservasi.
Banyaknya individu bekantan di luar kawasan konservasi membuat keberadaannya terancam. Ancaman terhadap bekantan, antara lain laju konversi dan degradasi hutan riparian (daerah rawa dan pinggir sungai) yang sangat cepat, perburuan terhadap bekantan karena dianggap sebagai hama oleh sebagian orang, serta kebakaran hutan dan lahan.
”Ancaman-ancaman itu perlu direduksi dengan melakukan konservasi, proteksi, dan keberlanjutan lanskap bagi kehidupan bekantan, sehingga populasinya tidak terancam punah,” kata Dohong yang hadir secara daring.
Ia menyebutkan, beberapa strategi yang harus dijalankan dalam upaya konservasi bekantan, misalnya pendataan dan pemetaan sebaran habitat, pengelolaan habitat dan populasi, konservasi ex-situ, peningkatan kemampuan teknis pengelolaan, serta pengembangan kelembagaan dan pendanaan.
”Itu semua penting dilakukan lewat sistem kolaborasi. Sinergi kerja pentahelix sangat strategis dalam upaya konservasi bekantan,” ujarnya.
Menurut Dohong, diperlukan edukasi untuk membangun kesadaran masyarakat dan berbagai pihak sehingga tumbuh kepedulian terhadap konservasi bekantan dan habitatnya. ”Manusia berperan besar dalam kepunahan bekantan. Karena itu, kami mendorong adanya kesadaran bersama dalam rangka melindungi bekantan dan habitatnya yang masih tersisa, k”atanya.
Profesor Emeritus Universitas Newcastle, Australia, Timothy Roberts Kilgour, yang juga hadir secara daring, mengatakan, habitat alami bekantan ataupun orang utan di Indonesia terus terancam akibat pembukaan hutan untuk industri kayu, permukiman, dan perkebunan kelapa sawit.
”Berinvestasi dalam kegiatan yang melindungi dan memulihkan keanekaragaman hayati akan menyediakan lapangan kerja langsung, sekaligus mengurangi risiko krisis di masa depan dan meningkatkan ketahanan serta kelangsungan bisnis dan ekonomi jangka panjang,” kata Roberts.
Tiga strategi
Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor Hadi Sukadi Alikodra menyampaikan, ada tiga strategi konservasi bekantan yang perlu dijalankan secara nasional. Pertama, melindungi bekantan dari segala tekanan manusia, pembangunan, dan pencemaran. Kedua, melestarikan bekantan. Ketiga adalah memanfaatkan bekantan dan habitatnya untuk ekowisata dan bioprospeksi (untuk obat-obatan).
Duta Kaum Muda untuk Bekantan, Amyra Atheefa Uno, senang dan lega karena populasi bekantan masih ada. Namun, ia meyakini keberadaan bekantan belumlah aman. ”Kita tetap harus membantu penambahan populasi bekantan. Kalau bekantan punah, ekosistemnya juga akan hancur,” kata Amyra dari Amerika Serikat.
Menurut Amyra, semua orang harus bergotong royong melestarikan bekantan dan menjaga habitatnya. Itu semua bisa dimulai dari hal-hal kecil. ”Saya kira kita semua bisa berkontribusi dengan melakukan hal-hal kecil. Kalau dilakukan bersama-sama, dampaknya akan sangat besar dan baik,” ujar putri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno itu.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor menyatakan, pihaknya terus berupaya dalam pelestarian lingkungan dan pelestarian bekantan. Upaya itu dilakukan dengan membuat regulasi terkait perlindungan dan pelestarian bekantan, program revolusi hijau, serta berbagai program lainnya terkait pelestarian lingkungan.
”Pemprov Kalsel juga mendukung pembangunan dan pengembangan Pulau Curiak (di Kabupaten Barito Kuala) sebagai kawasan konservasi dan stasiun riset bekantan,” katanya.