Paksa Berlayar, Feri dari Kupang ke Rote Dihantam Gelombang Tinggi
Kapal Feri Cakalang II dipaksa berlayar ketika gelombang tinggi sedang melanda perairan dari Kupang ke Pulau Rote. Kapal tersebut terombang-ambing di tengah laut.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Kapal Motor Penyeberangan Cakalang II dihantam gelombang tinggi saat berlayar dari Kupang ke Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, pada Kamis (3/2/2022) siang. Otoritas pelabuhan dan operator kapal diminta tidak memaksakan diri berlayar di tengah cuaca buruk yang hingga kini masih melanda wilayah perairan tersebut.
Berdasarkan video amatir yang diperoleh Kompas, gelombang memukul dari arah depan membuat air laut masuk ke dalam kapal. Kapal tersebut oleng menyebabkan truk pun ikut oleng sehingga tali penahan truk putus. Anak buah kapal dan pengemudi truk kerepotan menahan truk demi menjaga keseimbangan kapal.
Di dek dua, awak kapal membagi jaket pelampung kepada penumpang. Penumpang panik, bahkan beberapa yang menangis ketakutan. ”Tuhan tolong lindungi kami dari badai ini,” teriak salah satu penumpang yang terekam dalam video tersebut. Beberapa penumpang tertidur lemas.
Kapal tersebut berhasil melewati badai hingga sandar di Pelabuhan Pantai Baru, Pulau Rote, setelah berlayar selama hampir lima jam. Padahal, perjalanan pada rute itu bisa ditempuh paling lama empat jam. Hingga Kamis sore, kapal belum pulang ke Kupang lantaran gelombang masih tinggi.
General Manager PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Kupang Ardi Ekapati lewat sambungan telepon mengatakan, kapal tersebut diizinkan berlayar lantaran kondisi cuaca mulai reda. Gelombang tinggi itu datang secara tiba-tiba saat kapal sudah berada di tengah laut.
Kejadian seperti pada pelayaran Kupang-Rote itu sudah menjadi hal biasa. Sesuai prosedur, awak kapal akan membagikan baju pelampung kepada penumpang. (Ardi Ekapati)
Dari semua rute pelayaran di NTT, pihak ASDP baru mengoperasikan rute Kupang-Rote. Rute itu termasuk paling pendek dan diberlakukan sistem buka tutup pelayaran. Ketika musim hujan seperti sekarang, cuaca dengan cepat berubah dari teduh menjadi gelombang tinggi.
”Kejadian seperti pada pelayaran Kupang-Rote itu sudah menjadi hal biasa. Sesuai prosedur, awak kapal akan membagikan baju pelampung kepada penumpang. Kemudian mengenai tali penahan kendaraan yang putus itu juga bukan hal baru dalam pelayaran,” katanya.
Peringatan
Lewat laman resminya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, mengeluarkan peringatan gelombang tinggi di hampir semua perairan NTT. Tinggi gelombang pada jalur yang dilewati kapal tersebut diperkirakan setinggi 2,5 meter. Sesuai dengan standar keselamatan yang direkomendasikan BMKG, feri tidak diizinkan berlayar jika tinggi gelombang 2,5 meter.
Menurut BMKG, saat ini terjadi pergerakan massa udara dari barat laut ke timur laut dengan kecepatan hingga 25 knot atau 46,3 kilometer per jam. Kecepatan angin itu membangkitkan gelombang. BMKG pun secara spesifik menyebutkan perairan Kupang dan Rote sebagai jalur yang wajib diwaspadai lantaran terjadi gelombang tinggi.
Deni Malelak (45), warga Rote, mengatakan, kejadian pada Kamis siang tadi menghadirkan kembali trauma tenggelamnya feri di perairan tersebut pada 2006. Musibah itu menyebabkan ratusan orang meninggal dan hilang. Saat itu, feri dipaksa berlayar ketika gelombang tinggi.
”Makanya jangan paksa berlayar kalau gelombang tinggi. Petugas pelabuhan dan nakhoda kapal jangan sok jago. Ini nyawa manusia bukan barang,” kata Deni yang mengaku kehilangan keluarga saat tenggelamnya kapal itu.