Emisi dari Kompor Gas Membahayakan Kesehatan dan Iklim
Selama ini gas alam dianggap lebih bersih dibandingkan energi fosil lain. Namun, studi terbaru menunjukkan, kompor gas di dalam rumah menghasilkan emisi metana yang berakibat sangat buruk bagi iklim dan kesehatan.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Selama ini energi dari gas alam dianggap lebih bersih dibandingkan energi fosil lain. Namun, studi terbaru menunjukkan, pemakaian kompor gas di dalam rumah menghasilkan emisi metana yang berakibat sangat buruk bagi iklim dan kesehatan manusia.
Studi ini ditulis para peneliti dari Stanford's School of Earth, Energy and Environmental Sciences (Stanford Earth) di jurnal Environmental Science & Technology, pada Kamis (27/1/2022).
Selama ini, diketahui bahwa pembakaran energi gas alam menghasilkan emisi karbon dioksida dan membocorkan metana yang tidak terbakar ke udara. Studi kali ini menghitung kebocoran gas metana dari kompor berbahan bakar gas alam di dalam rumah-rumah di Amerika Serikat. Mereka kemudian membandingkan bahwa emisi metana itu sebanding dengan emisi karbon dioksida dari sekitar 500.000 mobil bertenaga bensin.
Pemanasan ekstra dari kebocoran metana rumah ini menyumbang sekitar sepertiga pemanasan karbon dioksida yang dihasilkan oleh pembakaran gas alam kompor dan terkadang membuat pengguna terpapar polutan pemicu penyakit pernapasan.
"Selama ini hanya ada sedikit pengukuran berapa banyak gas alam yang keluar ke udara dari dalam rumah dan bangunan melalui kebocoran dan pembakaran tidak sempurna dari peralatan," kata penulis utama studi tersebut Eric Lebel dari Stanford Earth.
Minimnya kajian selama ini menyebabkan emisi gas alam dari kebocoran kompor gas ini paling sedikit kita pahami. Padahal, hal itu bisa berdampak besar pada iklim dan kualitas udara dalam ruangan.
Meskipun emisi karbon dioksida lebih dominan di atmosfer, namun potensi pemanasan global metana cenderung meningkat sekitar 86 kali lebih besar selama periode 20 tahun. Metana juga mengancam kualitas udara dengan meningkatkan konsentrasi ozon troposfer, paparan yang menyebabkan sekitar 1 juta kematian dini setiap tahun di seluruh dunia karena penyakit pernapasan.
Selama ini hanya ada sedikit pengukuran berapa banyak gas alam yang keluar ke udara dari dalam rumah dan bangunan melalui kebocoran dan pembakaran tidak sempurna dari peralatan,
Sementara kebocoran pipa gas alam yang lebih dari 90 persen mengandung metana telah dipelajari secara ekstensif, kebocoran dari peralatan memasak berbahan bakar gas alam hanya mendapat sedikit perhatian.
Kajian ini menemukan, lebih dari sepertiga rumah tangga di AS atau lebih dari 40 juta rumah memasak dengan gas. Tidak seperti peralatan gas lainnya seperti pemanas ruangan dan air yang biasanya ditempatkan jauh dari tempat tinggal, peralatan memasak secara langsung memaparkan orang pada emisinya.
Sejumlah emisi yang ditemukan di pembakaran kompor gas ini mencakup formaldehida, karbon monoksida, dan oksida nitrat. Paparan emisi ini diketahui dapat memicu asma, batuk, sesak napas.
Penggunaan tudung dan ventilasi membantu mengurangi konsentrasi nitrogen oksida dan polutan lain yang dihasilkan di dapur, namun survei menunjukkan bahwa juru masak rumahan rata-rata menggunakan tudung untuk ventilasi dapur hanya 25–40 persen dari waktu memasak.
Dampak iklim
Untuk lebih memahami potensi dampak iklim dan kesehatan peralatan memasak, para peneliti mengukur metana dan nitrogen oksida yang dilepaskan di 53 rumah di California. Tidak hanya selama pembakaran, pengapian, dan pemadaman, pengukuran juga dilakukan saat alat dimatikan, sesuatu yang sebagian besar penelitian sebelumnya belum pernah lakukan. Studi mereka mencakup 18 merek kompor gas dan kompor mulai dari usia 3 hingga 30 tahun.
Hasilnya, emisi tertinggi berasal dari kompor yang dinyalakan menggunakan pemantik tambahan dibandingkan pemantik elektronik built-in. Emisi metana dari embusan gas yang dipancarkan saat menyalakan dan memadamkan kompor rata-rata setara dengan jumlah metana yang tidak terbakar yang dipancarkan selama sekitar 10 menit memasak dengan kompor.
Menariknya, para peneliti tidak menemukan bukti hubungan antara usia atau biaya kompor dan emisinya. Yang paling mengejutkan, lebih dari tiga perempat emisi metana terjadi saat kompor dimatikan, menunjukkan bahwa alat kelengkapan gas dan sambungan ke kompor dan saluran gas di rumah bertanggung jawab atas sebagian besar emisi, terlepas dari seberapa banyak kompor digunakan.
Secara keseluruhan, para peneliti memperkirakan bahwa kompor gas alam mengeluarkan hingga 1,3 persen dari gas yang mereka gunakan sebagai metana yang tidak terbakar. Sementara Badan Perlindungan Lingkungan AS (Environmental Protection Agency/EPA) tidak melaporkan emisi dari peralatan gas alam perumahan tertentu, tetapi melaporkan emisi metana untuk peralatan rumah tangga secara kolektif.
Dari kompor saja, para peneliti memperkirakan total emisi metana secara substansial lebih banyak daripada emisi yang saat ini dilaporkan oleh EPA untuk semua sumber perumahan.
Kompor yang lebih besar cenderung memancarkan oksida nitrat yang lebih tinggi, misalnya. Menggunakan perkiraan emisi nitrogen oksida, para peneliti menemukan bahwa orang yang tidak menggunakan penghisap asap atau yang memiliki ventilasi buruk dapat terpapar nitrogen dioksida melampaui pedoman EPA. Ini bisa didapatkan hanya dalam beberapa menit penggunaan kompor, terutama di dapur kecil.
Rob Jackson, profesor ilmu lingkungan di Stanford Earth yang menjadi penulis senior paper ini menyarankan untuk berganti ke kompor listrik untuk mengurangi risiko paparan emisi. Masalahnya, di banyak negara, energi listrik yang dihasilkan juga dari sumber energi fosil, terutama dari batubara yang emisinya juga sangat tinggi.