Kegiatan surveilans di Sidoarjo dilakukan di sekolah-sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka. Vaksinasi anak usia 6-11 tahun juga terus diperluas cakupannya.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Meluasnya sebaran kasus Covid-19 varian Omicron di sejumlah daerah di Jawa Timur disikapi dengan peningkatan kewaspadaan. Di Kabupaten Sidoarjo, misalnya, kegiatan surveilans dilakukan pada sekolah-sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka atau PTM. Vaksinasi anak usia 6-11 tahun juga terus diperluas cakupannya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jatim hingga kini terdapat delapan kasus positif Omicron yang tersebar di Surabaya, Kota Malang, dan Kabupaten Malang. Selain itu, terdapat sejumlah kasus terduga Omicron di sejumlah daerah, seperti Kabupaten Madiun dan Sidoarjo.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sidoarjo M Atho’ilah mengatakan, menyikapi semakin meluasnya sebaran Omicron tersebut, pihaknya meningkatkan kewaspadaan. Salah satunya melakukan surveilans penularan Covid-19 pada pembelajaran tatap muka di sekolah-sekolah secara rutin.
”Selama Januari ini, misalnya, telah dilakukan swab terhadap 2.000 lebih siswa, pendidik, dan tenaga kependidikan yang tersebar di 79 sekolah dari berbagai jenjang pendidikan,” ujar Atho’ilah, Rabu (19/1/2022).
Atho’ilah mengatakan, dari ribuan sampel yang diperiksa, semua hasilnya negatif. Dinas Kesehatan Sidoarjo masih terus mengambil sampel secara acak pada sekolah-sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka. Pihaknya menargetkan pemeriksaan rutin pada 280-an sekolah setiap bulan.
Pemeriksaan rutin ini merupakan upaya deteksi dini sebaran Covid-19, terutama varian Omicron yang sangat menular. Dengan mengetahui hasil pemeriksaan sejak dini, intervensi bisa segera dilakukan sehingga pasien cepat tertangani dan sebaran penyakit bisa dicegah.
Pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah merupakan kebijakan pemerintah pusat untuk meningkatkan mutu pendidikan setelah lama dilanda pandemi. Pola pembelajaran ini rawan terhadap penularan Covid-19 karena memicu kerumunan dan meningkatkan mobilitas masyarakat, terutama anak-anak.
Dengan mengetahui hasil pemeriksaan sejak dini, intervensi bisa segera dilakukan sehingga pasien cepat tertangani dan sebaran penyakit bisa dicegah.
Atho’ilah mengatakan, pihaknya terus-menerus menyosialisasikan pentingnya penerapan protokol kesehatan secara ketat di lingkungan sekolah yang menggelar PTM. Selain itu, vaksinasi anak usia 6-11 tahun juga terus didorong agar cakupannya semakin meluas sehingga segera terbangun kekebalan komunal di lingkungan sekolah.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 Jawa Timur per 17 Januari 2022, jumlah sasaran vaksinasi anak usia 6-11 tahun di Sidoarjo mencapai 182.732 anak. Dari jumlah tersebut, realisasi vaksinasi anak dosis pertama mencapai 125.905 anak atau 68 persen. Adapun cakupan vaksinasi dosis kedua 2.157 anak atau sekitar 1,18 persen.
Sementara itu, capaian vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum di Sidoarjo 88 persen untuk penyuntikan dosis pertama dan 69 persen untuk penyuntikan dosis kedua. Adapun untuk vaksinasi dengan sasaran warga lansia, cakupan penyuntikan dosis pertama 71 persen dan dosis kedua 56 persen.
Meski demikian, menurut Atho’ilah, penerapan prokes dan vaksinasi Covid-19 dirasa masih belum cukup untuk menciptakan rasa aman dan nyaman saat PTM. Oleh karena itu, pihaknya mengadakan surveilans rutin di sekolah-sekolah. Tahun lalu, hasil surveilans menunjukkan terdapat empat kasus positif Covid-19.
Keempat kasus konfirmasi positif itu telah ditindaklanjuti dengan merawat pasien, menelusuri kontak erat, dan melakukan pengetesan Covid-19. Para pihak yang dicurigai terpapar Covid-19 diminta isolasi mandiri meskipun hasil uji usapnya negatif. Kegiatan PTM di sekolah yang ditemukan kasus positif dihentikan sementara.
Atho’ilah juga menyebutkan, kegiatan surveilans di sekolah-sekolah di Sidoarjo masih menemui sejumlah tantangan. Dia mencontohkan kekhawatiran pihak sekolah saat di-swab dan ditemukan kasus positif. Padahal, temuan kasus tersebut belum tentu sumber penularannya ada di sekolah. Mobilitas siswa dan orangtua siswa yang sangat dinamis di luar lingkungan sekolah bisa berpeluang menjadi sumber penularan. Oleh karena itu, pihak sekolah idealnya melibatkan para wali murid dalam upaya mencegah munculnya kluster penularan Covid-19 di lingkungan pendidikan.
Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCC) Sidoarjo Imam Mahfudi mengatakan akan menyiapkan sukarelawan untuk membantu mengawasi pelaksanaan PTM dalam penerapan prokes guna mencegah sebaran Omicron dan mengedukasi para pengelola sekolah mengenai pentingnya surveilans penyebaran Covid-19.
”Berdasarkan hasil surveilans Dinkes Sidoarjo, masih ada sejumlah sekolah yang penerapan prokesnya belum baik. Misalnya, ada guru yang tidak memakai masker saat mengajar,” kata Imam.
Dia mengatakan, pihaknya akan segera menyiapkan program edukasi dan pengawasan prokes di sekolah-sekolah yang menerapkan kebijakan PTM. Namun, hal itu masih terbatas pada sekolah yang dikelola oleh organisasi Muhammadiyah. Meski demikian, pihaknya siap membantu apabila ditugasi mengawasi sekolah lain.