Banjir di Aceh bukan hanya dipicu oleh hujan, melainkan juga degradasi hutan dan kerusakan daerah aliran sungai. Bencana seperti banjir, longsor, dan banjir bandang kian sering terjadi.
Oleh
ZULKARNAINI MASRY
·2 menit baca
SIGLI, KOMPAS — Banjir di sejumlah desa di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, menyebabkan beberapa titik jalan antardesa di Kecamatan Tangse amblas ke sungai. Akibatnya jalan utama antardesa tidak bisa dilalui kendaraan roda empat dan roda dua.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Ilyas, Sabtu (30/10/2021), menuturkan, hujan dalam intensitas tinggi melanda kawasan Tangse dalam beberapa hari menyebabkan sungai di kawasan itu meluap. Banjir mulai menggenangi permukiman warga pada Jumat (29/10/2021) sore.
Ilyas menuturkan, setelah dihantam arus banjir, tebing sungai hingga badan jalan amblas. Di Desa Peunalom, jalan amblas mencapai 20 meter, bahkan sampai ke pekarangan warga. Sebuah kedai di tepi jalan juga nyaris amblas.
”Jalan lintas Desa Peunalom lumpuh total tidak bisa dilewati kendaraan,” ujar Ilyas.
Tidak ada korban jiwa dalam bencana itu. Namun, kerugian ditaksir ratusan juta rupiah. ”Nilai kerugian dan jumlah warga yang terdampak sedang didata,” kata Ilyas.
Ilyas mengatakan, banjir bukan hanya dipicu oleh hujan, melainkan juga ketahanan lingkungan yang melemah. Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) dan degradasi hutan memicu bencana alam semakin masif.
Tambang emas ilegal di Geumpang membuat hutan rusak sehingga daya tampung air tanah lemah.
Dihubungi secara terpisah, Camat Tangse Muhammad Irfan Islami menuturkan, hingga Sabtu sore air mulai surut. Namun, sisa material, seperti kayu dan lumpur, berserakan di permukiman warga. Warga dibantu petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah, TNI, dan Polri membersihkan lingkungan permukiman warga dari sisa material banjir. Beberapa alat berat dikerahkan ke lokasi untuk membersihkan jalan-jalan dari sisa material banjir.
”Ada empat titik jalan rusak. Tiga desa terdampak, tetapi tidak ada yang mengungsi,” kata Irfan.
Kawasan Tangse nyaris setiap tahun dilanda banjir. Berdasarkan catatan Kompas, pada 2016 dan 2017 Tangse dilanda banjir bandang yang menyebabkan belasan rumah rusak parah dan jalan penghubung Pidie-Aceh Barat putus.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Muhammad Nur menuturkan, kondisi hutan di hulu, yakni di Geumpang, kian rusak sehingga membuat potensi bencana di daerah hilir semakin besar. Tangse termasuk kawasan yang berada di hilir.
”Tambang emas ilegal di Geumpang membuat hutan rusak sehingga daya tampung air tanah lemah,” kata Nur.
Nur berharap tambang ilegal dihentikan agar hutan dan DAS tidak semakin rusak.
Berdasarkan data dari Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung (BPDASHL) Krueng Aceh, dari 4,9 juta hektar kawasan DAS di Aceh, seluas 2,7 juta hektar kondisinya kurang baik dan 251.691 hektar sangat kritis.
Nur mengatakan, rehabilitasi hutan, pemulihan DAS, normalisasi sungai, dan pembangunan infrastruktur mitigasi yang layak menjadi jalan keluar untuk menekan potensi bencana alam.