Populasi badak yang sedikit dan proses pengembangbiakan alami yang lambat semakin membuat keberlangsungan hidup satwa lindung itu kian terancam. Pembangunan suaka diharapkan menyelamatkan badak sumatera.
Oleh
ZULKARNAINI MASRY
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Pembangunan suaka Badak Sumatera di Provinsi Aceh dimulai tahun ini. Suaka badak sangat mendesak untuk melindungi satwa itu dari kepunahan karena populasi badak sangat kritis. Di Indonesia diperkirakan hanya tersisa di bawah 100 ekor yang tersebar di Aceh dan Lampung.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Arianto dihubungi pada Rabu (22/9/2021) mengatakan, Aceh dan Lampung menjadi rumah terakhir Badak Sumatera. Di Aceh, badak tersebar di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
”Pembangunan sanctuary untuk menyelamatkan dan meningkatkan populasi badak,” kata Agus.
Pembangunan suaka berada di Kabupaten Aceh Timur, berada dalam kawasan hutan lindung dan area penggunaan lain. Luas lahan yang diproyeksikan untuk suaka badak 7.000 hektar, tetapi kawasan inti sekitar 300 hektar. Pembangunan dimulai dalam tahun 2021.
Pembangunan sanctuary untuk menyelamatkan dan meningkatkan populasi badak.
Di Banda Aceh, memperingati Hari Badak Sedunia setiap 22 September, komunitas milenial sukarelawan Yayasan Hutan Alam Lingkungan Aceh (HAkA) menggelar kampanye perlindungan badak. Kampanye melalui membuat mural badak, membagikan masker tema badak, dan melakukan diskusi.
Ketua Panitia Raja Mulkan Azhari mengatakan, anak muda harus dilibatkan dalam aksi kampanye badak dan satwa lindung lain di Aceh. ”Anak muda harus peduli pada lingkungan sebab mereka yang akan melanjutkan usaha perlindungan,” kata Raja.
Rekayasa teknologi
Direktur Program Tropical Forest Conservation Action for Sumatera (TFCA-Sumatera) Sumedi, dalam diskusi media Hari Badak Sedunia, mengatakan, segala upaya harus dilakukan untuk melindungi badak sumetara, termasuk rekayasa teknologi reproduksi untuk menambah populasi.
”Laju penambahan anakan di sanctuary lambat, dalam 10 tahun hanya dua ekor. Karena itu, perlu teknologi dan sangat memungkinkan,” ujar Samedi.
Samedi mengatakan, dengan sistem biobank, cadangan plasma nutfah dapat dikembangkan menjadi individu baru. Pola ini sudah berhasil diterapkan di California dan Arab Saudi.
Laju penambahan anakan di sanctuary lambat, dalam 10 tahun hanya dua ekor. Karena itu, perlu teknologi dan sangat memungkinkan.
TFCA Sumatera dalam upaya perlindungan badak di Aceh dan Lampung telah menggelontorkan anggaran hampir Rp 120 miliar. Anggaran tersebut, di antaranya, digunakan untuk pembangunan sanctuary dan perlindungan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser sebagai rumah badak.
Koordinator Konsorsium Badak Utara Unit Pelaksana Proyek Program di Leuser, Dedi Yansyah, tahapan pembangunan suaka berjalan sesuai dengan rencana. Proses perizinan, dokumen analisis dampak lingkungan, dan detail engineering design (DED)/detail gambar kerja sudah rampung.
Dalam DED, beberapa fasilitas yang akan dibangun ialah gedung administrasi, laboratorium, areal perawatan, dan barak pekerja. Saat ini pembukaan jalan akses, sementara proses pembangunan dimulai Oktober 2021.