Jangan Kendurkan Protokol Kesehatan, Cakupan Vaksinasi Masih Rendah
Cakupan vaksinasi Covid-19 masih jauh untuk mencapai kekebalan kawanan, terutama untuk lanjut usia capaiannya masih sangat kecil. Karena itu, penerapan protokol kesehatan jangan sampai kendor.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Penurunan kasus Covid-19 yang terkonfirmasi secara nasional harus disikapi hati-hati seiring dengan beredarnya varian baru yang terbukti meningkatkan kasus di sejumlah negara lain. Masyarakat diminta tetap menjalani protokol kesehatan karena cakupan vaksinasi masih jauh untuk mencapai kekebalan kawanan, terutama untuk lanjut usia capaiannya masih sangat kecil.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan M Budi Hidayat, dalam diskusi daring, Minggu (18/4/2021), mengatakan, strategi penanganan pandemi Indonesia pada ujungnya adalah perubahan perilaku. "Perilaku dengan menerapkan protokol kesehatan ini harus digaungkan terus-menerus," tuturnya.
Menurut Budi, saat ini ada kecenderungan penurunan kasus terkonfirmasi maupun kasus aktif secara nasional. "Angka positivity rate juga sudah turun menjadi 10,28 persen. Ini menunjukkan, sampel yang diperiksa sudah banyak yang negatif," ungkapnya.
Laporan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyebutkan, kasus baru di Indonesia bertambah 5.041 orang pada Minggu sehingga total menjadi 1.599.763. Sedangkan korban meninggal dunia bertambah 132 sehingga total menjadi 43.328 orang.
Jumlah penambahan kasus ini didapatkan dari pemeriksaan terhadap 44.955 orang, di mana yang menggunakan 24.281 di antaranya menggunakan analisis polimerase rantai ganda atau PCR. Dari jumlah yang dites PCR ini, sebanyak 19.953 orang atau 34 persen di antaranya berada di Jakarta.
Pemeriksaan Covid-19 yang dilakukan memang belum merata. "Perlu bantuan dari pemerintah daerah, harusnya ada alat deteksi, minimal harus ada PCR di tiap daerah. Untuk pelacakan kontak, saat ini sudah diberdayakan, bukan hanya tenaga kesehatan, tetapi juga polri yang dilatih," kata Budi.
Selain itu, hal yang jadi perhatian saat ini yakni peningkatan surveilans genomik dan penguatan karantina di pintu masuk negara untuk mencegah penyebaran varian baru SARS-CoV-2.
" Peningkatan kasus di luar negeri, seperti di India terbukti dari penyebaran varian baru. Saat ini varian baru tersebut sudah ada yang masuk seperti di Palembang, Medan, dan Kalimantan. Semoga deteksi di pintu masuk negara bisa lebih optimal. Kebijakan karantina yang ketat bisa menekan penyebaran varian baru. Mudah-mudahan ini bisa terus dijalankan," katanya.
Data WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menunjukkan, kasus Covid-19 dan kematiannya secara global cenderung kembali naik. India dan Brasil merupakan negara yang menyumbangkan penambahan kasus dan kematian tertinggi, selain Amerika Serikat.
"Kasus global cenderung meningkat, namun Indonesia cenderung turun. Tetapi, harus tetap hati-hati karena pengalaman negara lain bisa naik lagi," kata Kepala Badan Litbangkes 2011-2014 Trihono.
Cakupan vaksinasi
Menurut Trihono, vaksinasi yang telah diberikan kemungkinan berdampak pada penurunan kasus di Indonesia saat ini. "Terutama kajian kami terhadap penurunan kasus di tenaga kesehatan setelah vaksinasi. Data PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) juga menunjukkan setelah vaksinasi ada penurunan kasus perawat yang positif," kata dia.
Menurut Trihono, Indonesia termasuk yang bergerak cukup cepat terkait vaksinasi. "Namun, ada kecenderungan vaksin untuk lanjut usia saat ini agak menurun," ungkapnya.
Cakupan imunisasi di Indonesia baru sekita1r 3 persen. Amerika Serikat saja yang cakupan vaksin sudah 20 persen wabahnya belum masuk kategori terkendali.
Data Kemenkes menunjukkan, hingga 15 April 2021, dari 21.553.118 lansia yang harus divaksinasi, baru 2.156.001 orang atau 10 persen yang sudah mendapat suntikan pertama. Sementara yang mendapat suntikan kedua baru 845.203 orang atau 3,92 persen.
Untuk petugas publik, dari 17.327.169 yang harus divaksinasi, 6.983.562 orang atau 40,3 persen yang mendapatkan suntikan pertama. Adapun yang mendapatkan suntikan kedua sebanyak 3.550.348 orang atau 20,4 persen.
Padahal, menurut Budi, lansia maupun petugas publik seharusnya selesai divaksinasi hingga akhir Mei 2021. Sebab, memasuki Juni 2021, vaksinasi seharusnya sudah diberikan kepada 63,9 juta penduduk rentan, yaitu mereka yang berada di daerah berisiko tinggi penularan. Berikutnya, vaksinasi akan diberikan kepada 77,7 juta penduduk dalam populasi umum hingga selesai sesuai target pada Desember 2021.
Secara terpisah, epidemiolog Indonesia di Griffith University Dicky Budiman mengingatkan agar Indonesia jangan terlena dengan angka kasus yang cenderung menurun. Sebab, jumlah tes di Indonesia masih kecil dan tidak merata. Sementara itu, cakupan vaksinasi masih kecil sehingga masih sangat jauh untuk mencapai herd immunity (kekebalan kawanan).
"Cakupan imunisasi di Indonesia baru sekitar 3 persen. Amerika Serikat saja yang cakupan vaksin sudah 20 persen wabahnya belum masuk kategori terkendali. Negara yang dianggap bisa mengendalikan kasusnya dengan cakupan vaksin sekitar 50 persen baru Israel," tuturnya.
Dicky juga mengingatkan, Indonesia harus mengejar cakupan imunisasi untuk lansia. "Prioritaskan dan tuntaskan vaksinasi untuk lansia, jangan dulu ke kelompok lain. Vaksin untuk lansia ini bisa menurunkan tingkat keparahan dan kematian karena Covid-19. Kematian yang tiap hari terjadi ini, terutama disumbangkan karena banyak lansia belum divaksin," ujarnya.