Tarawih di Luar Rumah Diizinkan, Warga Diimbau Pilih Masjid di Lingkungan Rumah
Meski shalat Tarawih di luar rumah sudah diizinkan, warga tetap diimbau memilih masjid terdekat dengan tempat tinggal. Pengurus masjid juga diminta mengenali jemaah yang berasal dari luar komunitas.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski shalat Tarawih di luar rumah sudah diizinkan, warga tetap diimbau untuk memilih masjid terdekat dengan tempat tinggal. Para pengurus masjid juga diminta untuk mengenali jemaah yang berasal dari luar komunitas masjid.
Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyatakan bahwa shalat Tarawih di luar rumah diperbolehkan selama bulan Ramadhan 1442 Hijriah. Selain menerapkan protokol secara ketat, jemaah juga terbatas untuk lingkup komunitas masjid.
”Jamaahnya harus dikenali satu sama lain. Jadi, jemaah dari luar mohon tidak diizinkan (masuk),” kata Muhadjir dalam keterangan pers yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Senin (5/4/2021).
Selain itu, proses pelaksanaan shalat Tarawih harus dilaksanakan secara sederhana. Artinya, durasi shalat tidak boleh terlalu panjang. Muhadjir juga mengingatkan potensi kerumunan yang terjadi saat jemaah keluar dan masuk ke masjid.
Menanggapi keputusan ini, Rahmat Hidayah, Sekretaris Yayasan dan Masjid At Taqwa, Kompleks Pajak Kemanggisan, Jakarta Barat, mengaku siap menggelar shalat Tarawih kembali. Apalagi, Masjid At Taqwa hingga kini masih menerapkan protokol kesehatan ketat.
Seluruh jemaah yang datang wajib mengenakan masker, diperiksa suhu tubuhnya, dan membawa perlengkapan shalat pribadi. Jemaah juga diminta mencuci tangan di wastafel yang bertengger di kiri-kanan halaman masjid. Pembatasan jarak pada saf juga masih diterapkan.
”Kami juga masih menyediakan lebih dari 500 sajadah kecil untuk jemaah yang tidak membawa sajadah. Setiap hari sajadah yang bekas dipakai akan dicuci,” kata Rahmat saat ditemui di Jakarta, Selasa (6/4/2021).
Sampai saat ini, Masjid At Taqwa juga masih dibuka secara terbatas. Masjid hanya dibuka satu jam sebelum pelaksanaan shalat fardu berjemaah. Untuk pelaksanaan shalat Tarawih, masjid akan dibuka menjelang shalat Maghrib.
”Ramadhan kali ini kami tidak mengadakan iktikaf. Biasanya, kan, ada yang iktikaf dari malam sampai pagi. Sekarang masih riskan,” ungkap Rahmat.
Pada Ramadhan 1442 Hijriah ini, Masjid At Taqwa juga tidak akan membagikan takjil buka puasa seperti biasanya. Jika sebelumnya takjil diberikan dalam bentuk nasi kotak, kini takjil hanya berupa makanan ringan dan wajib dimakan di luar masjid. Takjil juga dibagikan langsung ke depan saf jemaah untuk menghindari kerumunan.
”Sebelumnya, kan, kita berkumpul saat buka puasa. Kali ini hanya kami sediakan di saf-saf mereka. Sebelum shalat Maghrib, panitia akan menaruh takjil di saf,” katanya.
Menurut Rahmat, jemaah di Masjid At Taqwa kerap membludak pada pekan pertama bulan Ramadhan. Masjid dapat diisi oleh 15 saf jemaah. Untuk mengantisipasi kepadatan, pengurus sudah menyiapkan halaman masjid untuk menampung jemaah mengingat pembatasan sosial membuat kapasitas masjid berkurang.
Sulit dicegah
Terkait kemungkinan jemaah yang datang dari luar kawasan masjid, Rahmat mengaku kesulitan untuk mencegahnya. Sebab, selama ini jemaah Masjid At Taqwa berasal dari banyak daerah. Hanya ada beberapa jemaah dari warga sekitar.
”Lokasi masjid ini memang strategis sehingga kerap dijadikan tempat transit orang-orang. Kami agak susah mencegahnya. Paling kami optimalkan protokol kesehatannya saja,” ujarnya.
Sementara pengurus Dewan Kemakmuran Masjid Al Barokah Rumah Susun Tanah Abang, Ahmad Syahril, menjamin jemaah shalat Tarawih akan didominasi oleh warga sekitar. Warga pendatang biasanya hanya memadati Masjid Al Barokah saat pelaksanaan shalat Jumat.
”Kalau shalat Tarawih, saya tidak begitu khawatir. Pasti dari warga-warga sini yang sudah dikenal. Tapi kalau shalat Jumat tidak bisa dicegah,” katanya.
Namun, jaminan ini hanya berlaku jika semua masjid serentak menggelar shalat Tarawih. Jika ada salah satu masjid yang tidak menggelar shalat Tarawih, jemaah di sekitar masjid tersebut otomatis akan berpindah ke masjid-masjid lain.
Untuk mengenali jemaah dari luar komunitas masjid, Syahril menyarankan agar para pengurus masjid bekerja sama dengan satgas Covid-19 di tingkat RT. Kerja sama ini juga berguna untuk mengenali para warga yang sedang menjalani karantina mandiri karena Covid-19.
”Satgas RT pasti tahu siapa saja warga atau keluarganya yang sedang terkena Covid-19. Dengan begitu, pengurus bisa menyarankan yang bersangkutan untuk beribadah di rumah dulu,” katanya.
Syahril mengaku tidak segan untuk mengingatkan jemaah yang tidak menaati protokol kesehatan. Selama ini dia sudah berkali-kali mengingatkan jemaah yang kedapatan tidak memakai masker atau tidak menjaga jarak.
”Saya sampai pernah berdebat dengan salah satu jemaah. Dia tidak mau pakai masker karena takut shalatnya tidak sah. Walaupun kami sudah memberikan tanda (jaga jarak), banyak juga jemaah yang masih berimpitan. Ini juga pernah jadi biang keributan antarjemaah,” ujarnya.
Karyo (58), warga Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengaku tidak sabar kembali melaksanakan shalat Tarawih di masjid. Tahun lalu, dia menjalankan shalat Tarawih di rumah karena masjid-masjid ditutup.
”Enggak khawatir. Selama ini juga sering Jumatan di masjid. Jemaahnya malah lebih banyak dan berimpitan. Yang penting cuci tangan dan pakai masker,” katanya.