Korban Meninggal akibat Covid-19 Meninggal Seusai Masa Libur Panjang
Terjadi lonjakan angka kematian akibat Covid-19 setelah momen-momen liburan panjang. Pemerintah dan masyarakat perlu membuat keputusan bijak yang tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Oleh
FX LAKSANA AS
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Libur panjang di masa pandemi selalu diikuti peningkatan jumlah korban meninggal dunia akibat Covid-19. Untuk itu, pemerintah mengimbau masyarakat agar bijak memilih kegiatan dalam libur panjang serta disiplin melaksanakan protokol kesehatan.
”Ada implikasi kematian pada setiap event libur panjang yang terjadi sepanjang satu tahun ke belakang. Di bulan tanpa libur panjang, jumlah orang yang meninggal akibat Covid-19 ada 50-900 orang. Sementara pada bulan-bulan dengan libur panjang jumlah orang yang meninggal meningkat tajam menjadi 1.000-2.000 orang,” kata Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa (2/3/2021).
Pada bulan-bulan dengan libur panjang jumlah orang yang meninggal meningkat tajam menjadi 1.000-2.000 orang. (Wiku Adisasmito)
Data tersebut, menurut Wiku, menunjukkan bahwa keputusan kolektif untuk menyelenggarakan libur panjang saat pandemi adalah keputusan yang tidak bijak karena secara langsung berdampak pada jumah orang yang meninggal. ”Bayangkan dalam sebulan kita bisa kehilangan lebih dari 1.000 nyawa hanya karena memilih untuk melakukan perjalanan dan berlibur,” kata Wiku.
Untuk itu, Wiku mengimbau pemerintah dan masyarakat untuk membuat keputusan yang lebih bijaksana dan tidak membahayakan nyawa sendiri maupun orang lain. Ini penting disampaikan mumpung masyarakat baru memulai tahun 2021.
Berdasarkan data pemerintah, angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia per 1 Maret mencapai 2,71 persen dari total kasus. Sementara angka kematian dunia adalah 2,22 persen. Artinya, angka kematian di Indonesia masih lebih tinggi dari angka kematian dunia.
”Ini juga menjadi hal yang harus segera diperbaiki, tidak hanya persentasenya saja, tetapi jumlah kematian di Indonesia yang telah mencapai lebih dari 36.000 orang merupakan hal yang tidak bisa ditoleransi. Angka tersebut adalah nyawa. Dan, kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk menekan hingga tidak ada penambahan kematian sama sekali,” kata Wiku.
Kunci untuk menekan angka kematian sekaligus meningkatkan angka kesembuhan adalah meningkatkan kualitas penanganan Covid-19 di seluruh Indonesia.
Kunci untuk menekan angka kematian sekaligus meningkatkan angka kesembuhan, Wiku menambahkan, adalah meningkatkan kualitas penanganan Covid-19 di seluruh Indonesia. Untuk itu, seluruh pemimpin, mulai dari tingkat desa atau kelurahan hingga provinsi untuk merefleksikan semua data rekaman data yang ada serta terus meningkatkan koordinasi dan kolaborasi agar tercapai kualitas penanganan Covid-19 sebaik mungkin.
Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi Bambang PS Brodjonegoro menghadap Wakil Presiden Ma’ruf Amin guna melaporkan GeNose. GeNose adalah alat deteksi Covid-19 hasil inovasi Universitas Gadjah Mada.
Bambang dalam keterangan pers seusai acara menjelaskan, GeNose merupakan alat screening yang mendeteksi kandungan senyawa pada embusan napas orang. Durasi yang diperlukan alat untuk memproses sampai mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan Covid-19 dalam embusan napas seseorang hanya sekitar 1 menit. Artinya, alat ini praktis.
GeNose akan sangat berguna untuk penyelenggaraan kegiatan di kantor, pabrik, moda transportasi, serta event yang melibatkan sejumlah orang. Dengan demikian, mereka yang hadir ke kantor, pabrik, atau terlibat dalam event sudah dipastikan negatif Covid-19.
”Kita harapkan, sambil menunggu tercapainya herd immunity dari program vaksinasi, kita harus terus disiplin melakukan 3M. Dan pemerintah akan terus melakukan 3T, di mana salah satunya adalah screening menjadi bagian penting. Dan di sinilah GeNose akan memegang peranan penting sebagai alat screening. Dan tentunya, ini adalah inovasi anak bangsa yang sesuai arahan Pak Wapres, harus selalu dipromosikan. Dan yang penting juga bisa diproduksi dalam jumlah besar,” kata Bambang.
Mengutip paparan Wiku, Pemerintah Indonesia pada Selasa (2/3/2021) menerima 10 juta bahan baku vaksin Covid-19 dari Sinovac yang didatangkan dari Beijing, China. Dengan demikian, akumulasi vaksin yang telah diterima pemerintah Indonesia hingga saat ini 38 juta dosis vaksin. Ini terdiri atas 35 juta bahan baku vaksin dan 3 juta vaksin bentuk jadi.
”Kedatangan vaksin ini merupakan upaya pemeritah untuk melindungi masyarakat dan mengakhiri pandemi melalui program vaksinasi gratis. Selanjutnya, pemerintah akan terus menerima vaksin dari Sinovac hingga jumlahnya mencapai 185 juta dosis. Di sisi lain, pemerintah terus berupaya mengadakan vaksin dari sejumlah produsen lain, seperti Pfizer, AstraZeneca, dan Novavax,” kata Wiku.
Untuk 10 juta dosis vaksin yang datang Selasa pekan ini, menurut Wiku, akan digunakan untuk program vaksinasi tahap kedua. Targetnya adalah 16,9 juta petugas layanan publik dan 21,5 juta orang dari kelompok lanjut usia.
Untuk 10 juta dosis vaksin yang datang Selasa pekan ini, menurut Wiku, akan digunakan untuk program vaksinasi tahap kedua. Targetnya adalah 16,9 juta petugas layanan publik dan 21,5 juta orang dari kelompok lanjut usia.
Petugas pelayanan publik itu, di antaranya, adalah pedagang. Pemerintah pada Senin (1/3/2021) telah memulai vaksinasi terhadap pedagang Pasar Beringharjo di Yogyakarta. Selain pedagang, vaksinasi juga dilakukan terhadap pedagang kaki lima dan pemilik-pegawai toko di sepanjang Jalan Malioboro, Yogyakarta. Total sasarannya 19.000 orang. Presiden hadir meninjau pelaksanaan kegiatan tersebut.
Pedagang pasar, menurut Wiku, merupakan kelompok masyarakat yang rentan karena berinteraksi dengan banyak orang sehingga harus dilindungi. Untuk selanjutnya, vaksinasi untuk pedagang pasar akan dilanjutkan di daerah-daerah lain secara bertahap.
Namun, Wiku mengingatkan bahwa program vaksinasi tidak boleh membuat masyarakat mengendurkan disiplin protokol kesehatan. Laporan WHO paling mutakhir menunjukkan adanya kenaikan kasus global pada beberapa pekan terakhir. Hal ini, Wiku perkirakan, disebabkan disiplin protokol kesehatan mengendur dengan datangnya vaksin.
”Mengingat laju penyuntikan vaskin tidak sebanding dengan laju penularan virus Covid- 19, maka kelalaian dalam menerapkan protokol kesehatan sangat berpotensi menyebabkan peningkatan penularan di tengah penduduk. Apabila terus dibiarkan, kenaikan kasus akan semakin masif dan semakin berpotensi makan banyak korban jiwa,” kata Wiku.
Sejalan dengan temuan itu, Wiku mengimbau agar masyarakat tidak memandang vaksin sebagai solusi mutlak dari penanganan pandemi. Vaksin akan membantu menyelamatkan nyawa. Namun jika mengandalkan vaksin semata, masyarakat membuat kesalahan.
Perubahan perilaku harus menjadi fondasi utama usaha bersama menghentikan penularan virus Covid-19 di Indonesia. Disiplin protokol kesehatan sebagai bagian dari perubahan perilaku di masa pandemi juga harus semakin digalakkan mengingat ditemukannya mutasi virus Covid-19 di Inggris.
Untuk itu, pemerintah telah melakukan pengetatan kedatangan dari luar negeri untuk mencegah masuknya strain Covid-19 di pintu masuk Indonesia. Selanjutnya merupakan tanggung jawab kita semua untuk mencegah penularan dengan disiplin protokol kesehatan.