Penting, Penanaman Nilai Luhur demi Generasi Masa Depan
Oleh
Adi Prinantyo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pendidik sepatutnya tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan semata. Namun, seharusnya mampu membentuk karakter kuat kepada peserta didik berupa nilai-nilai luhur, sehingga menghasilkan kualitas individu yang dapat diwariskan dari generasi ke generasi.
Penguatan pendidikan karakter ini menjadi topik acara Scholar Conference 2018, Rabu (12/9/2019) di Jakarta yang bertema “Bergerak untuk Anak Bangsa”. Acara ini diselenggarakan Yayasan Pelayanan Kasih A&A Rachmat.
Pendiri Yayasan Pelayanan Kasih A&A Rachmat, TP Rachmat dalam sambutannya mengatakan, pendidikan tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan dan kompetensi. Namun, juga bertanggung jawab menanamkan nilai-nilai luhur dan membangun cara pandang.
Ia menuturkan, pengetahuan dan kompetensi akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman. Namun, nilai-nilai luhur dan cara pandang akan selalu relevan di segala zaman, dan akan menjadi pembeda yang sulit ditiru.
“Pendidik berperan besar dan menjadi kunci terhadap kualitas generasi penerus. Oleh karena itu, pendidik harus berjuang untuk mengupayakan kualitas dan mutu pendidikan yang baik, dengan segala keterbatasan yang ada,” ujar Rachmat
Rachmat juga berpesan kepada peserta didik, agar menjadi generasi yang hebat. Untuk itu, perlu terus membangun kompetensi yang selaras dengan passion, cara pandang yang benar, dan memiliki nilai-nilai luhur yang kokoh.
Pada Scholar Conference 2018 ini hadir, antara lain, Wakil Presiden RI 2004-2009 Boediono dan pendiri Maarif Institute, Ahmad Syafii Maarif, yang juga seorang ulama, ilmuwan, dan pendidik.
Boediono memberikan keynote speech bertema ”Higher Education for the Nation’s Competitive Edge”. Ia menekankan, pendidikan tak hanya diartikan sebagai pembangunan inteligensia semata. Namun, yang paling mendasar adalah pembangunan sikap dan karakter. Proses kemajuan bangsa adalah proses estafet yang berkelanjutan. Setiap generasi menyiapkan generasi penerusnya yang makin unggul.
Kunci kemajuan suatu bangsa terletak pada kemampuannya membangun kesadaran pada setiap generasinya. Menyiapkan generasi penerus adalah pekerjaan besar. Oleh karena itu kata Boediono, diperlukan kepedulian, keterlibatan, dan kerja keras semua elemen bangsa. “Ini harus merupakan suatu gerakan nasional yang berkesinambungan,” katanya.
Apresiasi untuk pendidikan Indonesia
Yayasan Pelayanan Kasih A&A Rachmat menyelenggarakan Scholar Conference 2018 sebagai bentuk apresiasi kepada penerima beasiswa, dan menjalin komunikasi dengan perguruan tinggi sebagai mitra kerja sama penyaluran bantuan. Scholar Conference 2018 dihadiri 61 pimpinan perguruan tinggi, serta penerima beasiswa se-Jabodetabek dan Jawa Barat.
TP Rachmat berharap, kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta tentang kualitas sumber daya manusia (SDM) di dunia kerja. Selain itu, Rachmat menyampaikan, perguruan tinggi juga berperan menyiapkan bakat mahasiswa unggul, guna memenuhi kebutuhan dunia kerja.
Pada kesempatan yang sama, Rachmat mengajak para pengusaha juga mau terlibat dalam pembangunan pendidikan di Indonesia. “Kita sebagai pengusaha diberi keberuntungan dapat hidup lebih dari cukup. Kita selaknya juga berpikir, bagaimana dengan yang lain?” katanya melempar pertanyaan reflektif.
Sumbangsih yang dapat diberikan seperti, memberikan sumbangan pemikiran, mempertemukan berbagai pihak, menggalang sebuah gerakan, atau menginspirasi melalui pikiran, perkataan, serta perbuatan.
Scholar Conference 2018 akan diisi berbagai kegiatan, seperti diskusi dan lokakarya dari sejumlah pelaku usaha. Dari awal berdirinya pada 1999 hingga tahun ajaran 2018-2019, Yayasan Pelayanan Kasih A&A Racmat telah menyalurkan beasiswa kepada 19.500 mahasiswa berprestasi jenjang diploma 3 dan strata 1.
Beasiswa diberikan terutama kepada mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu di seluruh Indonesia. (Aguido Adri)