Korsel pusing karena artis-artis K-pop kekurangan tempat konser. Negara ini sedang membangun beberapa tempat baru.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Bicara soal musik, Korea Selatan memiliki hampir semua elemen penting dalam ekosistemnya. Negara ini punya penulis lagu, penyanyi, penari, musisi, koreografer, dan kru yang mumpuni. Namun, tantangan baru yang harus industri K-pop hadapi adalah kurangnya tempat konser.
Setahun silam, BoA menggelar konser The BoA: Musicalityuntuk merayakan 20 tahun debut di Olympic Hall, Seoul. Tempat dengan kapasitas 3.000-4.000 orang itu sedikit tidak masuk akal untuk menjadi lokasi perayaan hari penting bagi penyanyi bergelar Ratu K-pop itu.
”Korea tidak memiliki jumlah stadion olahraga yang memadai, apalagi tempat khusus konser. Karena itu, banyak penyanyi yang tidak punya pilihan selain memesan tempat yang tersisa, seperti yang bisa dilihat dari kasus BoA,” kata kritikus musik Kim Do-heon, dikutip dari The Korea Times di Jakarta, Jumat (29/3/2024).
Kondisi itu ironis. K-pop telah menjadi fenomena global. Walakin, perkembangan pesat industri ini tidak sejalan dengan ketersediaan fasilitas. Artis-artis tidak lagi bisa mengadakan konser sesuka hati. Jika ingin melakukan hal tersebut, mereka harus berkompetisi untuk mendapatkan tempat yang terbatas.
Di Seoul, tempat yang bisa menampung lebih dari 10.000 orang berada di kawasan Jamsil Sports Complex atau yang juga dikenal sebagai Seoul Sports Complex, yakni Jamsil Olympic Stadium, Jamsil Auxiliary Stadium, Jamsil Indoor Stadium. Ada pula Seoul World Cup Stadium, Gocheok Sky Dome, KSPO Dome, dan Inspire Arena.
Namun, sejak Agustus 2023, Jamsil Olympic Stadium yang berkapasitas hampir 70.000 orang berada dalam proses renovasi untuk tampil segar sebagai kompleks olahraga dan budaya perkotaan. Stadion ini akan tutup sampai Desember 2026.
Gocheok Sky Dome yang menampung sekitar 20.000 orang akan buka pada Maret ini setelah renovasi. Hanya saja, artis K-pop tidak bisa tampil di sana selama musim bisbol dari bulan April hingga Oktober.
Selain itu, Seoul World Cup Stadium dengan kapasitas 60.000 orang jarang mengeluarkan izin konser. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan pada lapangan yang dirancang untuk pertandingan sepak bola tersebut.
”Konser adalah acara hiburan yang mencatat karier para penyanyi dan menonjolkan filosofi musik mereka. Namun, dalam situasi saat ini, sulit bagi sebagian besar dari mereka untuk menunjukkan diri mereka secara maksimal dan menambahkan keunikan pada penampilan mereka,” tutur Kim.
Berbeda dengan Korsel, Jepang dan Amerika Serikat sebagai negara dengan pasar musik terbesar di dunia memiliki banyak arena, dome (stadion dengan kubah), dan stadion besar untuk lebih dari 10.000 penonton. Sedikitnya ada 40 tempat semacam itu di Jepang. Di AS, California saja mempunyai 40 tempat konser sejenis.
Kurang investasi
Mengapa fenomena itu bisa terjadi? Salah satu penyebabnya adalah luas lahan Korsel yang kecil dibandingkan Jepang, apalagi Amerika Serikat.
Namun, pengamat mengatakan, alasan yang lebih mendasar adalah kurangnya kesadaran investasi pemerintah di bidang kebudayaan. Musik populer, khususnya, baru mulai mendapatkan pengakuan yang layak pada akhir 1990-an setelah pemerintah menghapus sensor.
”Jadi, Korea tidak punya cukup waktu untuk membangun infrastruktur bagi para penyanyi dan juga tidak melakukan investasi besar-besaran di bidang budaya. Korea baru mulai membangun fasilitas baru setelah musik Korea mendapatkan daya tarik global,” ujar Kim.
Ditambah lagi, Ko Jeong-min, profesor di Graduate School of Arts and Cultural Management di Hongik University, menjelaskan, sebagian besar fasilitas olahraga di Korsel tidak menyediakan lingkungan yang optimal untuk konser.
”Dalam kasus Tokyo Dome di Jepang, stadion itu dibangun tidak hanya untuk pertandingan bisbol, tapi juga untuk pertunjukan. Namun, stadion olahraga di Korea dibangun semata-mata untuk acara olahraga sehingga sering kali tidak dianggap sebagai tempat terbaik untuk menikmati konser musik,” kata Ko.
Tambah tempat
Untuk mengatasi kelangkaan itu, Korsel sedang dalam proses membangun beberapa tempat khusus konser baru. CJ LiveCity Arena dengan kapasitas 60.000 orang dan satu arena lain dengan kapasitas 20.000 orang sedang dibangun di Provinsi Gyeonggi. Di Seoul, Seoul Arena dengan kapasitas 18.000 orang juga sedang berproses.
Ko menuturkan, meski ada penundaan dalam proyek konstruksi karena inflasi, arena baru akan menyelesaikan tantangan yang terjadi saat ini sampai batas tertentu. Apalagi, meningkatnya jumlah tempat konser bakal dapat mendatangkan bintang pop terkenal ke Korea juga.
”Lebih banyak arena konser akan menguntungkan bintang K-pop dan memungkinkan Korea memikat lebih banyak wisatawan serta meningkatkan profilnya. Hal ini juga akan mendorong penyanyi pop seperti Taylor Swift tampil di negara ini daripada melewatkannya sehingga semakin memperkaya pengalaman konser masyarakat,” kata Ko.
Sementara itu, Kim menganjurkan pembangunan lebih banyak fasilitas serbaguna. Pembangunan dengan konsep itu ideal untuk memanfaatkan lahan negara yang terbatas secara lebih efisien.
”Karena luas lahan relatif kecil, kami harus membangun fasilitas yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan. Misalnya, akan ideal jika kami memiliki fasilitas olahraga dengan akustik dan visibilitas yang baik, yang dapat memuaskan penggemar olahraga dan musik,” tutur Kim.