Java Jazz Festival ke-19 dihelat pada 24-26 Mei mendatang. Festival tahunan ini mencoba relevan dengan dinamika musik.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·5 menit baca
Festival musik Java Jazz Festival—yang bernama resmi Jakarta International BNI Java Jazz Festival—memasuki penyelenggaraan ke-19 pada 24-26 Mei 2024 mendatang. Ini adalah festival paling tua yang masih berjalan di Indonesia hingga sekarang. Bagaimana Java Festival Production menjaga festival ini tetap relevan di tengah lanskap musik yang dinamis?
Pada Rabu (20/3/2024) petang, kurang dari tiga bulan sebelum penyelenggaraan, Java Festival Production (JFP), selaku yang punya hajat tahunan ini, mengumumkan deretan penampil sesi kedua. Sesi pertama diumumkan pada Desember 2023 lalu. Pada daftar penampil sesi pertama, nama penyanyi muda Laufey muncul sebagai artis unggulan.
Walau berusaha merebut penonton baru, kami tidak meninggalkan pengunjung setia.
Laufey, penyanyi berdarah Eslandia-China yang tinggal di Amerika Serikat ini, dipastikan main dalam pertunjukan spesial (special show) berbayar pada 25 Mei. Untuk bisa menontonnya, pengunjung harus membeli tiket khusus seharga Rp 400.000 per orang. Tiket itu di luar karcis masuk arena dengan harga Rp 850.000 per orang per hari.
Apakah Laufey pantas mendapat panggung sedemikian rupa? Rasanya begitu. Gambarannya, pada Java Jazz Festival (JJF) 2023 lalu, Laufey tampil di panggung reguler. Penontonnya membeludak. Antrean masih panjang ketika dia sudah memulai set pertunjukannya. Antusiasme, khususnya pengunjung berusia muda, pada penampilan Laufey sangat tinggi.
Tahun 2023 adalah tahun yang sibuk bagi dirinya. Dia melepas dua album sekaligus. Pada Maret, ia mengeluarkan album konser yang diiringi Icelandic Symphony Orchestra berjudul A Night at the Symphony. Enam bulan kemudian, meluncurlah album studio penuh keduanya bertitel Bewitched.
Album itu menuai pujian kritikus. Laufey, dengan pemahaman akademis pada musik jazz dan orkestra, dianggap mampu memadukan nuansa jazz klasik dan modern sekaligus. Penggemar jazz dan penyuka musik populer sama-sama bisa menikmati album ini. Laufey membawa pulang piala Grammy untuk kategori Best Traditional Pop Vocal Album pada Februari silam.
Dengan segala pencapaian itu, wajar apabila penyelenggara menyediakan sesi spesial untuk penyanyi berusia 24 tahun ini. Honor tampilnya naik seiring popularitas dan pencapaian yang makin moncer. ”Special show dengan biaya tambahan itu dikarenakan biaya artis jauh lebih tinggi (daripada artis lainnya). Selain itu, penambahan biaya juga untuk mengontrol jumlah penonton di sebuah aula,” kata Presiden Direktur JFP Dewi Gontha.
Sejauh ini, baru Laufey yang dipastikan menjadi penampil di pertunjukan spesial. Dewi mengatakan, setiap hari akan ada satu pertunjukan berbayar. Artinya, bakal ada dua penampil lagi yang belum diumumkan. Sempat beredar rumor bahwa Bruno Mars dan Katy Perry akan mengisi dua slot itu. Tapi, rumor itu ditepis. Ya, siapa tahu kejutan berkata sebaliknya.
Fusi baru
Jumlah penampil yang diumumkan pada fase pertama dan kedua menjadi 55 penampil. Dalam beberapa pekan mendatang, akan ada pengumuman deretan penampil fase ketiga. Proporsi penampil dari Indonesia dan luar negeri sama banyaknya. Beberapa nama diprediksi menyuguhkan racikan jazz yang segar.
Grup Kennedy Administration dari New York, AS, adalah satu di antaranya. Band yang dimotori vokalis Kennedy dan kibordis Ondre J ini memintal unsur jazz, R&B, hiphop, funk, dan pop. Bahan baku itu menjanjikan sajian musik yang groovy. Kebolehan mereka dipercaya nama-nama besar di industri musik, seperti Ella Fitzgerald, Prince, dan Dave Matthews.
Solois muda Jesse Reyes—kelahiran Kanada dari imigran Kolombia—punya warna vokal yang unik. Musik besutannya rasanya lebih condong ke R&B daripada jazz. Tapi, caranya bernyanyi—seperti kombinasi antara Amy Winehouse dan Fiona Apple—terlalu sayang dilewatkan. Nah, band pengiring mendiang Amy Winehouse bakal tampil pula.
Corak R&B disuguhkan penyanyi muda bernama panggung October London. Vokalnya yang lembut mengingatkan pada Marvin Gaye dan Sam Cooke dengan sentuhan hiphop modern gaya Snoop Dogg. Corak soul yang cenderung santai juga ditawarkan oleh solois Rai Thistlethwayte dari Australia. Penyanyi gondrong dan slebor ini adalah lulusan jurusan piano jazz di Sydney Conservatorium of Music.
Penampil yang banyak menjadi sorotan sejak diumumkan adalah The Yussef Dayes Experience, yang dimotori drumer Yussef Dayes. Pemusik dan produser asal London, Inggris, ini tenar dengan komposisi yang cenderung riuh; kadang terdengar seperti ketukan gaya Afrika, kadang sangat modern ala elektronika. Popularitasnya naik ketika berkolaborasi dengan Yussef Kamaal. Dayes dan Kamaal bisa jadi adalah wajah dari kancah turunan jazz modern di hari ini.
Musik yang meriah bakal meluncur dari panggung band Yakul asal Brighton, Inggris. Kuartet ini, seperti halnya Yussef Dayes, memainkan jazz modern, yang kental dipengaruhi unsur R&B juga elektronika. Fusi antara jazz dan elektronika sedang menggejala beberapa tahun terakhir ini di kancah global, khususnya Inggris.
Paduan jazz dan elektronika ini dikumpulkan oleh label jazz legendaris Bue Note Records dalam album kompilasi bertitel Blue Note Re:Imagined, yang telah memasuki jilid kedua pada 2022. Band-band Inggris yang memainkan jazz kontemporer terkumpul di kompilasi ini.
Relevan
Salah satu nama di album itu, Ezra Collective, pernah tampil di JJF 2020. Tahun ini, giliran Yussef Dayes dan Yakul yang tampil, meski mereka tak masuk album kompilasi tersebut. Kurator JJF, Elfa Zulham dan Nikita Dompas, mengaku sedang mengikuti gerbong subgenre jazz terkini itu.
”Corak jazz elektronika yang sedang berkembang di Inggris itu rasanya relevan dengan zaman ini. Anak muda yang mengikuti perkembangan jazz bisa menonton di Java Jazz, dan bisa saja jadi pintu masuk bagi corak jazz lainnya,” kata Nikita.
Relevansi dengan perkembangan zaman menjadi penting bagi festival yang telah berlangsung sejak 2005 ini. Dewi Gontha menyebutkan, JJF saat ini didatangi oleh setidaknya dua generasi, orangtua dan anak.
”Tahun lalu (2023), banyak ibu-ibu mengajak anak remajanya menonton Laufey. Mereka sama-sama menikmati musik. Nama-nama penampil yang dipilih untuk menggaet pasar terbesar festival musik, yakni kaum muda berusia 18-30 tahun. Walau berusaha merebut penonton baru, kami tidak meninggalkan pengunjung setia,” kata Dewi.
Jadi, selain menyuguhkan kreasi musik terkini, JJF berusaha menjaga penggemar yang hendak bernostalgia. Namun, dari 50-an nama yang telah diumumkan, sebagian besar penampilnya adalah generasi baru. Golongan lama diwakili Ron King Big Band, yang dijuluki band tuan rumah JJF saking seringnya tampil di ajang ini. Band acid jazz Incognito akan kembali datang setelah lama absen.
Rasa nostalgia akan disuguhkan KSP Band yang terbentuk 1978 di Bandung. Grup vokal Warna yang tenar di dekade 1990-an juga akan tampil lagi. Lagu-lagu The Rollies akan dibawakan Barry Likumahuwa & The Rhythm Service. Selain itu, ada Project Pop yang bakal membuat nostalgia menjadi seru.
Nama musisi jazz kawakan baru diwakili oleh basis Indro Hardjodikoro yang akan main bareng kibordis Indra Qadarsih. Adakah musisi jazz senior lain akan diumumkan berikutnya? Atau JJF ke-19 akan didominasi corak jazz terkini? Fase ketiga daftar penampil layak ditunggu.