Musisi muda, seperti Lauvey, Stacey Ryan, Stephen Sanchez, dan Mahalini, menuai popularitas di jagat media sosial. Ketika dipanggungkan di Java Jazz Festival, antusiasme penonton memuncak. Pengunjungnya pun makin muda.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI, DWI AS SETIANINGSIH
·6 menit baca
Menginjak tahun perhelatan ke-18, Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2023 memberi porsi banyak kepada talenta yang punya nama besar di jagat maya. Hasilnya, musiknya beragam—tak melulu jazz, dan usia penampilnya muda-muda. Usia penontonnya pun menyesuaikan. Regenerasi penampil dan penonton sedang berjalan.
Dini (24) dan kelima temannya, Jumat (2/6/2023) malam sekitar pukul 19.30 WIB, berdiri di baris terdepan antrean di luar Teh Botol Sosro Hall. Di dalam aula besar itu, pada saat bersamaan, legenda jazz asal Amerika Serikat, Bob James (83), sedang tampil membawakan nomor-nomor ”jazz totok”. Nomor paling ngepop yang dia bawakan bersama dua temannya yang berusia tak sampai separuh umur Bob adalah ”Angela” dari serial televisi Taxi.
Aula tidak terlalu penuh, masih banyak kursi kosong. Anehnya, Dini dan teman-temannya bergeming saja di luar. Mereka tekun mengantre di dalam antrean panjang mengular bersama ratusan penonton lainnya. Rata-rata penonton muda, termasuk anak-anak usia SMP.
”Kami ngantre mau nonton Laufey,” ujar Dini, lantas diiyakan teman-temannya yang lain. Laufey (24) adalah musisi dan penyanyi muda berdarah campuran Eslandia dan China yang sedang moncer. Lagu-lagunya berseliweran di media sosial. Pengikutnya di Instagram sebanyak 822.000, di Tiktok 1,3 juta dengan jumlah like 47,4 juta.
Lauvey (dibaca layvay) yang lulus dari Berklee College of Music ini makin beken setelah tampil di acara bincang-bincang terkenal Late Night with Jimmy Kimmel, juga tampil dalam program radio KEXP. Pendengarnya di pelantar Spotify mencapai 5,5 juta orang per bulan, pendengar terbanyak dari Jakarta, lalu Los Angeles. Harga piringan hitam albumnya di Indonesia menembus Rp 1,75 juta; tergolong edisi kolektor.
Malam itu, Laufey dijadwalkan tampil pukul 21.30. Itu artinya Dini dan teman-temannya harus berdiri selama dua jam di dalam antrean sebelum mereka diperbolehkan masuk aula. Tapi Dini senang-senang saja karena sebentar lagi bisa menyaksikan Laufey tampil secara langsung.
”Musik dia itu jazz, tapi juga ada klasikalnya. Terus lirik-liriknya bittersweet, sentimental gitu. Cocok buat bersendu,” ucap Dini soal alasannya menunggu Laufey. Saat akhirnya Laufey tampil di panggung, penonton tumpah ruah memenuhi aula—konon lebih dari 5.000 orang. Laufey pun terkaget-kaget melihat respons penonton yang luar biasa itu.
Situasi serupa terlihat saat Stacey Ryan tampil pada hari kedua JJF, Sabtu (3/4/2023), di Blibli Hall. Antrean panjang mengular pun terjadi menjelang penampilannya pukul 23.00. Rata-rata juga penonton muda. Antreannya bergelombang. Setelah pengantre masuk, aula penuh. Di luar masih ada lagi ratusan orang yang menunggu penonton keluar untuk bisa masuk.
Ryan yang tahun ini tampil untuk kedua kalinya di ajang JJF juga populer di media sosial. Lagunya yang berjudul ”Fall in Love Alone” berseliweran di jagat maya. Di Instagram, pengikut Ryan mencapai 176.000, di Tiktok 1,5 juta dengan jumlah like 27,7 juta. Di Tiktok, dia menyebut dirinya queen of jazztok, jazz-Tiktok.
Di pelantar Spotify, pendengar bulanan Ryan mencapai 7,1 juta pengguna. Pendengar penyanyi asal Montreal, Kanada, ini sebagian besar berdomisili di Jakarta, sekitar 927.000 pendengar, mengungguli kota-kota lain di seluruh dunia. Maka wajar, pengunjung Java Jazz berbondong-bondong mendatanginya, padahal Ryan belum menghasilkan album penuh, hanya beberapa lepasan dan album mini.
Selama sekitar satu jam, Ryan membawakan lagu-lagu ciptaannya, yang umumnya bercorak pop, seperti ”Deep End” dan ”Not My Job”. Dia bernyanyi juga memainkan instrumen, seperti keyboard dan gitar. Demi memenuhi syarat tak tertulis pada sebuah festival jazz, Ryan memilih lagu jazz standar ”Birdland” dengan tempo cepat. Di lagu ini, dia pamer kebisaan scatting, menirukan bunyi instrumen dengan vokal.
”Yang aku coba lakukan adalah membawa jazz menjadi lebih pop, menjadi lebih dapat dinikmati untuk orang-orang muda yang mungkin belum pernah mendengar jazz sebelumnya. Menurutku, jazz adalah genre luar biasa yang memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada orang-orang yang belum pernah mencari tahu soal jazz, khususnya anak-anak muda. Aku belajar jazz sejak kecil dan sangat dekat dengan jazz. Itu menjadi dasar bermusikku,” ujar Ryan saat jumpa pers di Jakarta.
Lebih fenomenal lagi adalah penyanyi solo asal Tennessee, AS, Stephen Sanchez. Di ajang tahun ini, Sanchez, yang berusia 20 tahun, dan baru punya satu album penuh jadi pertunjukan spesial yang berbayar lagi. Sanchez, yang lagunya cenderung pop ini, punya pendengar bulanan sebanyak 31,8 juta orang, dengan pendengar terbanyak, lagi-lagi, di Jakarta, yakni 1,1 juta pendengar.
Sanchez dan Laufey bisa jadi adalah alasan hari pertama JJF 2023 tergolong ramai oleh pengunjung muda. Pada penyelenggaraan yang sudah-sudah, hari pertama cenderung lengang.
Media sosial
Ryan, Laufey, dan Sanchez yang menarik perhatian penonton muda menjadi representasi sosok penampil muda di JJF tahun ini. Selain mereka, masih banyak penampil kategori muda, seperti Joey Alexander, yang tahun ini tampil untuk kedua kalinya di JJF, Dua Empat, Giacomo Turra, Ardhito Pramono, Rafi Sudirman, Fiko Nainggolan, Littlefingers, Trio Jason Mountario-Sri Hanuraga-Kelvin Andreas, Arpi Alto, Batavia Collective bersama Kuba Skowronski, Barry Likumahuwa & The Rhythm Service, Jesus Molina, hingga Jamie Aditya & His Mezzrollers.
Di luar nama-nama tersebut, ada juga penampil yang merupakan nama-nama yang viral di jagat maya. Misalnya Cakra Khan yang menarik perhatian karena penampilannya di ajang America’s Got Talent; Ariel ”Noah” bersama Bunga Citra Lestari yang selalu dibincangkan publik, Mahalini, Lyodra, Rizky Febian, dan masih banyak lagi.
Meski mereka tidak datang dari genre jazz, penampilan mereka di JJF sukses merebut perhatian penonton. Ariel, misalnya, membawakan lagu-lagu pop-nya yang diaransemen jazz, begitu juga dengan Cakra Khan yang membawakan lagu-lagu dengan aransemen soul. Penontonnya sama-sama penuh. Meski begitu, keduanya sama-sama mengaku grogi tampil di JJF dengan lagu-lagu aransemen jazz.
Solois Mahalini juga menyedot perhatian. Perempuan berumur 23 tahun ”lulusan” ajang Indonesian Idol musim kesepuluh ini tampil di panggung terbuka pada hari terakhir. Lagu-lagunya juga jauh dari gaya jazz. Lirik-liriknya galau, soal hati yang dipermainkan. Tapi lupakan perbedaan genre. Ketika dia menyanyikan lagu ”Sial”, sebagian besar penonton bernyanyi bersama. Lagu ini telah ditonton sebanyak 28 juta kali di kanal Youtube dalam waktu 4 bulan saja!
Semangat muda
Nikita Dompas yang berkutat di bagian program JJF bersama Sandy Widharma dan Elfa Zulham mengungkapkan, sejak tahun 2018, JJF memang mengusung semangat muda. Sejak tahun itu, persentase penonton muda berada di angka 60 persen, dengan 45 persen di antaranya berusia di bawah 25 tahun. Ini terjadi karena Java Festival Production, penyelenggara, mengubah kurasi penampil. Tujuannya, meregenerasi pengunjung.
”Tahun itu, kan, yang hot banget adalah semua yang berbau milenial. Kalau sekarang udah semakin bergeser ke gen Z. Otomatis penampilnya harus disesuaikan walaupun tidak luput bahwa kita punya konsentrasi pada penampil jazz,” tutur Nikita.
Tahun ini, secara persentase, penampil muda kurang lebih mencapai 40 persen dari total penampil. Sisanya merupakan penampil senior meski aula tempat berpentas para senior itu tak penuh-penuh amat.
Giacomo Turra, musisi Italia kelahiran 1997, adalah salah satu musisi yang memulai kariernya di dunia musik selama masa lockdown ketika pandemi Covid-19. Dia banyak tampil di kanal media sosial. Kehadirannya di JJF 2023 adalah untuk pertama kalinya.
”Media sosial, dalam hal ini adalah salah satu cara terbaik untuk menyebarkan musikmu. Aku tak hanya main jazz, tetapi juga musik-musik yang ber-’bahasa’ jazz. Sangat luar biasa bisa ada di sini (JJF),” ujar Turra.
Demi menjangkau penonton yang lebih beragam, penyelenggara melakukan berbagai cara. Mereka masih memanggungkan musisi/artis senior macam Bob James, Patti Austin, The Chicago Experience, dan beberapa lainnya. Kolaborasi musisi yunior-senior di panggung juga dipertahankan. Patut diingat, JJF adalah festival besar yang sudah menjadi klangenan atau kerinduan pengunjung senior. Kerinduan mereka sudah sepantasnya tetap diberi ruang spesial.