Taylor Swift dan Jalinan Persahabatan Swifties
Swifties dari berbagai latar belakang terikat oleh cinta kepada Taylor Swift. Kecintaan ini memberi mereka teman baru.
Sebagai salah satu fandom terbesar di dunia, Swifties memiliki ikatan kuat tak kasatmata dengan pujaan mereka, Taylor Swift. Namun, gara-gara sang artis, terjalin pula sebuah ikatan persahabatan unik di antara para Swifties meskipun berasal dari beragam latar belakang. Mereka sama-sama mencintai Taylor Swift.
Sorak-sorai terdengar dari dalam National Stadium, Singapura, Senin (3/3/2024) malam. Ini merupakan hari kedua dari enam hari perhelatan konser Taylor Swift: The Eras Tour di negara tersebut. Swift baru saja selesai menyanyikan lagu ”Bad Blood”. Konser sudah setengah berjalan.
Di luar stadion, Swifties yang tidak mendapatkan tiket sama sekali ataupun sedang tidak kebagian tiket hari itu berlesehan untuk mendengarkan dari jauh. Mereka ikut bersorak, walau tidak terlalu yakin apa yang sedang terjadi di dalam. Di tepi kerumunan, Naz (24) dan Hannah (24), Swifties asal Singapura, duduk sembari menikmati alunan lagu berikutnya.
”Sejujurnya, kami iri dengan Swifties lain yang mendapatkan tiket. Kami seharusnya juga berada di sana. Sekarang dia ada di sini, tetapi kami berada di luar,” kata Hannah yang, meskipun tak dapat tiket, tetap merasa bahagia saat mendengarkan lagu-lagu Swift.
Naz dan Hannah sudah berusaha mendapatkan tiket, tetapi gagal. Tiket di pasar gelap menarik. Hanya, kedua penggemar Swift sejak usia 12 tahun ini takut tertipu dan harganya mahal.
Sepanjang hari, kedua sahabat sejak kecil ini menghabiskan waktu untuk sang penyanyi. Siang harinya, mereka berkunjung ke Marina Bay Sands untuk coba melihat Taylor Swift: The Eras Tour Light and Water Show. Karena lupa registrasi, rencana mereka batal. Setelah itu, mereka pergi ke stadion dan memilih membuat gelang persahabatan sembari menunggu waktu konser.
Namun, Naz dan Hannah tidak berkeberatan menghabiskan hari mereka seperti itu. Sama seperti Swifties yang lain, mereka piknik di depan stadion. Tapi, karena Taylor, kami berdua jadi bisa menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama,” ujar Hannah.
Baca juga: Sihir Taylor Swift, Gelang Persahabatan, dan Kesehatan Mental Swifties
Sementara itu, sehari sebelumnya, Nurin Najwa (21), Qasih Azahari (22), dan Anna Syazana (27) berjalan mengelilingi mal Kallang Wave, di samping stadion, sepanjang sore. Mereka mempunyai misi untuk membagikan gelang persahabatan buatan sendiri dan cokelat kepada Swifties lain yang sedang duduk-duduk.
”Kami senang tradisi ini semakin populer karena kami akan mengingat momen menyenangkan ini ketika melihat gelang ini. Karena ini bisa saja pengalaman sekali seumur hidup untuk menonton konser dan berkenalan dengan Swifties dari banyak negara,” ujar Nurin.
Belakangan, Swifties memiliki tradisi untuk bertukar gelang persahabatan ketika datang ke konser Swift. Fenomena ini terinspirasi dari penggalan lirik lagu ”You’re on Your Own, Kid” dari album Midnights (2022). ”So make the friendship bracelets/Take the moment and taste it/You’ve got no reason to be afraid”, demikian bunyi liriknya.
Sangat senang merasakan ada seseorang yang mengerti dirimu dan saya jadi tidak merasa sendiri.
Nurin, Qasih, dan Anna sebetulnya juga baru bertemu satu sama lain karena konser ini. Bahkan, mereka pertama kali berkenalan lewat media sosial. ”Pada dasarnya, kami percaya satu sama lain karena kami adalah Swifties. Swifties itu orang baik,” kata Anna.
Untuk menanamkan rasa percaya itu, mereka membicarakan sang penyanyi idola. Anna menjelaskan, mereka, misalnya, bertanya soal lagu favorit dan lagu kejutan apa yang mereka prediksi akan Swift bawakan.
Teman penting
Salah satu fondasi ikatan antara Swifties adalah kesamaan pandangan mereka tentang Taylor Swift. Bagi mereka, dia adalah idola, sahabat, kakak perempuan, dan ibu. ”Aku sudah menjadi penggemarnya sejak usia 10 tahun. Jadi, aku merasa seperti tumbuh bersamanya,” kata Claudia Macpherson (27), Swifties asal Amerika Serikat yang tinggal di Korea Selatan.
Claudia datang ke Singapura bersama ibunya, Wendy, demi melihat Swift. Ia rela bepergian jauh-jauh karena gagal mendapatkan tiket konser Swift di Jepang. Claudia menyebut Swift adalah penyanyi favoritnya karena kemampuan menulis lagunya yang personal terasa spesial. Musiknya seolah mengerti apa yang sedang dia alami sejak remaja hingga dewasa.
”Taylor terasa seperti teman. Dia sedikit lebih tua dari aku, jadi dia mengalami hal yang sama seperti aku alami. Sangat senang merasakan ada seseorang yang mengerti dirimu dan saya jadi tidak merasa sendiri,” tuturnya.
Claudia melanjutkan, melihat Swift dari jauh, dia juga terinspirasi untuk selalu tegar dan berani menjalani hidup. ”Jika Taylor bisa melakukannya, saya juga bisa,” ungkap penyuka lagu ”Daylight” ini.
Lirik-lirik lagunya sangat relate dengan perasaan dan hidupmu pada momen-momen tertentu.
Swifties asal Vietnam, Helen Dang (29), melihat Swift sebagai sosok yang berpengaruh dalam hidupnya. ”Taylor itu sangat penting bagi aku sampai aku menghabiskan seluruh gaji bulan lalu untuk datang ke sini,” katanya diiringi tawa.
Baca juga: Kami Merasa Dipeluk Taylor Swift
Helen telah mengidolakan Swift sejak 15 tahun lalu. Dia tertarik karena jarang melihat penyanyi Amerika Serikat yang melakukan debut sejak usia muda dengan wajah cantik dan berbakat di genre country. Tidak ada penyanyi yang menarik minatnya sampai Swift datang. ”Lirik-lirik lagunya sangat relate dengan perasaan dan hidupmu pada momen-momen tertentu,” ujarnya.
Sembari bercanda, dia menambahkan saat ini menyukai lagu ”Lover” karena sedang jomlo. Lagu ini mengajarkan Helen untuk mencari laki-laki yang ideal agar memiliki hubungan yang membahagiakan.
”Selama ini, Taylor sudah melakukan banyak hal untuk aku saat aku bersedih maupun bahagia. Sekarang saatnya aku mengorbankan banyak hal untuk melihat Taylor. Kali ini, saya membantu dia untuk ’ongkos’ pulang ke Amerika Serikat,” kata Helen berseloroh.
Alli Spotts-De Lazzer, spesialis kesehatan mental dari California, AS, dalam artikel ”7 Reasons Taylor Swift is Good for Her Fans’ Mental Health” di Psychology Today menjelaskan, lagu-lagu Taylor Swift menjadi sumber kenyamanan bagi pendengarnya dan meningkatkan kesadaran emosional mereka. ”Lirik Swift memvalidasi pengalaman emosional. Mereka mengajarkan orang-orang tentang memberi label dan mengekspresikan perasaan mereka sendiri,” tulis Lazzer (Kompas.id, 29 Februari 2024).
Bagi Swifties, Taylor Swift selalu hadir baik di saat mereka sedih maupun bahagia. Kedatangan mereka ke konser menjadi ungkapan rasa sayang sekaligus terima kasih atas jalinan persahabatan dari jauh selama ini. Siapa sangka, mereka juga mendapat bonus teman baru.