Ed Sheeran, Penyihir Pekerja Keras
Penampilan Ed adalah negasi dari citra bintang pop yang selama ini tampil menawan dan gaul.
Satu gitar di tangan Ed Sheeran ibarat tongkat sihir. Dengan modal itu saja—ditambah pedal looper dan synthesizer—ia bisa konser keliling dunia dan ditonton jutaan orang. Tentu itu bukan hasil memantrai audiens, melainkan buah dari ngamen tanpa henti di masa remaja.
Tepuk tangan dan sorakan penonton memenuhi Jakarta International Stadium (JIS) saat Ed Sheeran naik ke panggung, Sabtu (2/3/2024). Audiens mengelukan namanya kencang-kencang saat Ed muncul dan langsung menghentak panggung dengan ”Tides” dan ”BLOW”.
Panggung membara dengan semburan api, kembang api, dentuman drum, dan cabikan gitar listrik pengiringnya. Penampilan rock tersebut berhasil membuat penonton melek setelah seharian menembus macet demi tiba di JIS tepat waktu.
Ed maklum jika penontonnya lelah. Namun, ia tetap mengajak audiens berdiri demi menikmati ”Shivers”.
Kakinya bergerak lincah menginjak pedal looper yang berfungsi merekam genjrengan gitar. Ia lanjut membuat bunyi-bunyi lain dan kembali merekamnya di pedal. Rekaman-rekaman itu, jika digabungkan, menghasilkan musik yang mengiringi nyanyian Ed.
Ya, pria berambut merah ini kerap tampil sendiri di panggung besar. Hanya ada Ed, gitar akustik, pedal looper, dan synthesizer di atas panggung utama.
Baca juga: Joyland, Festival Santai di Tepi Pantai
Jangan bayangkan panggung yang sepi. Yang terjadi justru sebaliknya! Musiknya meriah, suara Ed halus dan bertenaga, penampilannya bersemangat. Penonton senang!
Lima puluh ribu tiket
Para promotor, yakni AEG Presents Asia, PK Entertainment, dan Sound Rhythm, menyediakan 50.000 tiket yang dijual dari harga termurah Rp 900.000 hingga termahal Rp 5 juta. Adapun konser ini dibuka dengan penampilan musisi Inggris, Calum Scott.
Konser ini merupakan bagian dari rangkaian tur dunia bertajuk +-=÷x Tour atau Mathematics Tour yang berlangsung sejak 2022. Pada 2024, Ed telah menyambangi Bahrain, Dubai, Jepang, Taiwan, Thailand, Singapura, dan Malaysia. Tur ini bakal berlanjut hingga September 2024 antara lain ke Italia, Lituania, Portugal, dan Brasil.
Konser di Jakarta sempat mengecewakan audiens. Pasalnya, promotor mengumumkan perpindahan lokasi konser dari Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) ke Jakarta International Stadium (JIS). Penonton juga khawatir soal akses di JIS yang semrawut saat ada acara besar.
Promotor menjawab keluhan itu dengan menyediakan bus antar-jemput dari GBK dan Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran. Ada 75 bus dari JIExpo dan 50 bus dari GBK. Bekerja dengan banyak pihak, promotor juga menyediakan diskon taksi, serta membuka lahan parkir tambahan, antara lain di Ancol dan JIExpo.
Panggung dengan format 360 derajat turut menghibur penonton. Panggung ini berbentuk lingkaran tanpa layar LED besar di belakang panggung. Sebagai gantinya, layar LED besar dipasang melingkar beberapa meter di atas panggung. Format panggung ini memungkinkan Ed berinteraksi dengan penonton dari segala sudut.
Baca juga: Ed Sheeran Bakal Guncang Jakarta
Citra bintang pop
Ed sebetulnya tahu benar dirinya tak cocok dengan citra para bintang pop yang keren, gaul, dan mbois alias modis. Fisiknya pendek, rambutnya merah, matanya dibingkai kacamata, dan ia gagap. Mana ada bintang pop yang seperti itu?
Hal itu diakuinya dalam film dokumenter Ed Sheeran: The Sum of It All (2023) di Disney+ Hotstar. Seakan membayar ”kekurangannya”, Ed kerja keras bagai kuda agar namanya diakui dunia musik. Ia paham banyak orang yang ingin jadi musisi beken. Artinya, banyak juga orang yang bakal bekerja keras meraih mimpinya. Ed berpikir bahwa ia harus bekerja lebih keras lagi.
Sejak usia 15 tahun, Ed rajin berkeliling dengan kereta, lalu berhenti di stasiun untuk tampil bagi siapa pun yang mau menyimak. Penampilannya hanya bermodal gitar, pedal looper, dan kepercayaan diri. Lambat laun, Ed mengamen sambil menawarkan cakram padat (CD) lagunya yang dibawa di ransel.
Ed jadi terbiasa tampil di mana saja dan kapan saja. Pengalaman diabaikan banyak orang mempertebal keberanian dan kepercayaan dirinya. Ia bisa menguasai panggung apa pun. Bernyanyi tanpa mikrofon? Ayo. Bernyanyi hanya dengan iringan gitar? Gas!
Bapak dua anak ini menapaki jalan panjang hingga akhirnya mengecap sukses. Setelah beberapa tahun tampil di jalan, stasiun, dan acara-acara kecil, Ed bertemu dengan Jamal Edwards yang lantas menjadi sahabatnya. Jamal kala itu adalah pengusaha musik yang suka mengunggah video lewat kanal musiknya, SB TV.
Pertemuan dengan Edwards membuka jalan lain bagi Ed untuk membuktikan diri di dunia musik: internet. Alih-alih menunggu dilirik label rekaman, keduanya mengusahakan sukses dengan membuat video musik di Youtube. Usaha mereka berhasil. Ed dilirik label rekaman.
Baca juga: Ed Sheeran tentang Isi Hati dan Pikiran
Jalan sukses pria dengan tato warna-warni di tubuhnya ini lantas melesat cepat. Ia merilis lagu ”The A Team” yang tanpa diduga menjadi hits di berbagai negara. Lagu itu membuka pintu kesuksesan yang lebih menjanjikan. Ed menjadi bintang pop global.
Penampilan Ed adalah negasi dari citra bintang pop yang selama ini tampil menawan dan gaul. Ed konsisten dengan rambutnya yang berantakan dan kaos sederhana. Kemampuan bermusiknya saja sudah lebih dari cukup.
Saat menggelar ÷ Tour atau Divide Tour (2017-2019), lelaki yang suka privasi ini bahkan memecahkan rekor sebagai artis dengan pendapatan terbanyak saat tur. Billboard mencatat bahwa Divide Tour menghasilkan 737,9 juta dollar AS atau setara Rp 11 triliun saat ini. Lebih dari 8,5 juta tiket juga terjual.
Pencapaian ini melampaui rekor yang pernah ditorehkan U2 pada 2009-2011. Kala itu, U2 menghasilkan 736,4 juta dollar AS.
Ed Sheeran menarik napas singkat sebelum menyanyikan ”Eyes Closed”, lagu yang jadi bagian dari album – alias Substract. Matanya memejam seakan meresapi bait demi bait yang pernah ditulisnya beberapa tahun lalu. Kepahitan menyeruak dari liriknya.
”Every song reminds me you’re gone and/I feel the lump form in my thorat/’cause I’m here alone”.
Lagu itu dipersembahkan Ed untuk sahabatnya, Jamal Edwards, yang wafat pada 2022. Ed benar-benar berduka. Saat tampil di Inggris suatu waktu, ia tak kuasa menahan tangis. Padahal, Ed paling enggan menitikkan air mata di depan orang. Namun, memang sebesar itu duka yang dialami Ed.
Seusai dengan ”Eyes Closed”, Ed turut membawakan ”Boat”. Lagu itu ibarat lagu penghiburan dan penguatan buat Ed yang mentalnya dihajar habis-habisan pada 2022.
Baca juga: Festival Joyland dan Musik Sepoi-sepoi Pantai
Sehari sebelum sahabatnya meninggal, istri Ed yang tengah hamil didiagnosis memiliki tumor. Sepekan setelahnya, Ed menghadiri sidang pengadilan atas tuduhan plagiat lagu ”Shape of You”. Pada akhirnya, Ed dinyatakan tak bersalah. Semua kejadian ini berat bagi Ed, tetapi membantunya tumbuh sebagai orang yang lebih tegar.
Ed turut membawakan ”Perfect” yang berlirik romantis. Lagu yang berkisah soal istrinya itu kebetulan salah satu karya favorit Ed. Penonton ikut terbuai. Sihir Ed lenyap setelah dua jam konser, tetapi entah kenapa penonton masih dimabuk kepayang.