Ketika Taylor Swift Mampir ke Ancol
Taylor Swift mampir ke Ancol menggelar konser perdananya di Indonesia. Sekitar 6.000 penonton dia ajak menyanyi.
Mungkin banyak yang tak tahu jika Taylor Swift pernah mampir ke Ancol, Jakarta. Dia ngapain di sana? Seperti biasa, dia nyanyi sambil joget, bukan sambil mancing. Itu terjadi hampir satu dekade lalu, tepatnya Rabu (4/6/2014).
Sore itu Jakarta agak mendung, tapi kecerahan tampak sekali di wajah-wajah penonton konser Mbak TayTay bertajuk Red Tour di Mata Elang Internasional Stadium, Ancol, Jakarta, Rabu (4/6/2014). Mereka berpakaian serba merah atau pink, menyesuaikan dengan tema konser.
Beberapa dari mereka mengukir angka 13 di lengan, pipi, kaus, ataupun topi. Angka favorit Swift yang juga merujuk pada tanggal lahirnya, 13 Desember, dan beberapa tahap penting dalam hidupnya yang mengandung angka 13.
Baca juga: Pesan Taylor Swift untuk Anak Muda
Mereka ini, termasuk orang-orang yang beruntung memenangi perang tiket beberapa hari sebelumnya. Tiket yang dijual di berbagai toko waralaba 7-Eleven itu ludes hanya dalam satu jam beberapa menit. Harga tiketnya, kategori Festival dibanderol Rp 800.000, Silver Rp 1.250.000, Gold Rp 2.000.000, Ruby seharga Rp 3.000.000, dan Diamond seharga Rp 4.000.000.
Mereka menyerbu tiket itu karena memang sudah lama ingin menonton Swift. Apalagi beberapa hari sebelumnya, penyanyi berlama lengkap Taylor Alison Swift itu sempat memancing-mancing swifties (sebutan bagi penggemar Taylor Swift) di Indonesia, lewat Youtube, bahwa dia akan segera ke Jakarta.
Sebagian besar penonton adalah perempuan remaja usia belasan tahun yang masih perlu pendampingan. Makanya mereka diantar ayah atau ibunya. Para orang tua itu melepas anaknya di pintu pemeriksaan tiket, lalu berjajar di luar stadion.
Menjelang konser bubar, mereka bergerombol di pintu keluar seperti para orangtua menjemput anak-anak pulang sekolah. Mereka menuruti keinginan anaknya untuk menikmati lagak Taylor Swift di atas panggung meskipun harus menunggu lima hingga enam jam mulai mengantar sampai konser usai.
Baca juga: Mengintip Lemari Konser Taylor Swift
Ada juga yang mendampingi anak-anaknya hingga ke dalam stadion. Mereka tentu tidak sekadar duduk, tapi ikut bernyanyi dan bergoyang. Siapa sih yang tahan berdiam diri melihat langsung Mbak TayTay nyanyi dan berjoget?
Menguasai panggung
Sebelum konser dimulai, gedung sengaja dibiarkan gelap untuk beberapa menit. Begitu lampu menyala, tempik sorak bergemuruh menyambut Swift yang tersenyum lebar dalam balutan kemeja panjang berwarna putih, celana pendek berbahan kulit warna hitam, lengkap dengan stocking warna hitam. Topi fedora warna hitam menutupi sebagian rambut pirangnya.
Swift yang kala itu berusia 24 tahun cukup matang menguasai panggung. Tampaknya dia memang terlahir dan besar sebagai figur panggung. Ini kali pertama jelita kelahiran West Reading, Pennsylvania, AS, itu manggung di hadapan swifties di Tanah Air.
Swift membuka konser dengan lagu ”State of Grace” dilanjut dengan ”Holy Ground”. ”Selamat Malam, Jakarta. Saya Taylor. Selamat datang di Red Tour,” sapa Swift sebelum melantunkan lagu ”Red” setelah berganti baju dengan pakaian dominan merah kerlap-kerlip. Penonton semakin riuh.
Selamat Malam, Jakarta. Saya Taylor. Selamat datang di Red Tour.
Seperti ditulis Harian Kompas, Minggu (8/6/2014), di antara keriuhan penonton terdapat pasangan ibu-anak, Gita Rusli (38) dan sang putri Tazkia (11). Mereka semula duduk tenang, tetapi kemudian tak tahan untuk tidak berdiri, bernyanyi, dan bergoyang mengikuti setiap nada dan lirik yang dilantunkan Swift. Mereka kembali duduk meski bibirnya tetap komat-kamit mengikuti lagu ketika Swift menyanyikan ”The Lucky One” dan ”Mean”.
Monitor raksasa di belakang Swift lantas menayangkan videonya sejak usia setahun hingga 22 tahun, disambut suara petikan gitar lagu ”22”. Tazkia dan Gita sontak kembali berdiri, bergoyang, bernyanyi dengan setengah berteriak, dan saling lempar tawa, seperti teman sebaya di usia remaja. Mereka benar-benar tampak seperti remaja.
”I don’t know about you. But I’m feeling 22. Everything will be alright. If you keep me next to you....”
Gita awalnya sama sekali tak kenal Swift, apalagi lagu-lagunya. Namun, Tazkia memenuhi ruang dengar Gita karena hampir tak pernah absen mendengarkan lagu-lagu Swift. Gita pun jadi hafal beberapa lagu itu karena menurut dia enak didengar dan membuat suasana hati riang.
Ketika suatu kali Tazkia ngambek karena berseteru dengan ibunya, Gita kerap membujuk dengan menyenandungkan atau menyanyikan lagu-lagu Swift. Suara Gita jelas tak semerdu Swift, Tazkia jadi protes. ”Bukan gitu kalee nyanyinya,” protes Tazkia berkisah. ”Kalau enggak gitu, terus gimana?”
Tazkia lalu bernyanyi. Gita menyahut. Keduanya larut dalam irama yang sama, bergoyang, mengangkat tangan. Senyum mengembang, perseteruan hilang.
”Kami jadi makin dekat karena lagu-lagu Taylor ini, makanya saya bela-belain nonton konsernya,” kata Gita yang malam itu berbaju putih dipadu dengan celana jeans ketat bolong-bolong. Dia khawatir juga kalau tidak nonton konser, Tazkia ngambek.
Kami jadi makin dekat karena lagu-lagu Taylor ini, makanya saya bela-belain nonton konsernya,
Swift memulai Red Tour dengan manggung di Shanghai, Tiongkok, pada pengujung Mei 2014. Setelah Indonesia, dia menyapa penggemarnya di Filipina, Malaysia, dan Singapura. Digelar di Jakarta oleh Electronic City Entertainment, Swift menyuguhkan 13 lagu. Ia menutup konser dengan lagu ”We Are Never Ever Getting Back Together”.
Para penonton Red Tour kala itu kini tentu beranjak dewasa, bahkan sudah bekerja. Kapankah mereka bisa mengulang kenangan menonton Mbak TayTay di Tanah Air?
Jawabannya masih di awang-awang. Untuk sementara mungkin mereka memilih menonton peraih 14 piala Grammy itu di negeri tetangga, Singapura. Akhir pekan ini, Mbak TayTay akan berkonser selama enam hari di sana. Wuih!
Baca juga: Menebak Daftar Lagu Taylor Swift di Konser Singapura