Hidup, Karier, Impian, dan Realitas Taylor Swift
Kendati dengan kerendahan hati Taylor Swift, cemoohan merebak. Ia kesepian, terpuruk, dan sesenggukan di hadapan ibunya.
Dokumenter Taylor Swift: Miss Americana menggambarkan sosok sang idola sebagai manusia semenjana. Film tersebut mengungkapkan jatuh bangun Swift dalam meniti karier sekaligus menghadapi gosip-gosip yang menerpanya. Megabintang dunia itu bernyanyi, tertawa, merengut, hingga terkapar kelelahan.
Tontonan tersebut dibuka dengan Swift yang bermain piano. Jemari yang tengah menari direcoki anak kucing lucu bermata biru. Sang superstar tertawa dan membelai piaraannya yang mendengkur. Ia lantas menunjukkan buku harian yang menjadi awal dari segala mimpi-mimpinya saat berusia 13 tahun.
Baca juga: Taylor Swift, ”Anti-Hero”, dan Citra Diri
”Hidup, karier, impian, dan realitasku,” ujarnya seraya tertawa kecil dan memamerkan corat-coret di sampul bukunya yang berwarna merah muda. Ia lalu membolak-balik halaman demi halaman sambil menuturkan bahwa dirinya hanya ingin melakukan hal yang baik dan benar. Swift mengaku tak sempurna.
Tak hanya penulis lagu dan penyanyi piawai, tetapi yang lebih penting, tayangan itu menegaskan Swift sebagai penghibur. Betapa ia menghadapi dunia yang sungguh berbeda dengan pembatas hanya setipis tirai pentas. Kelebat-kelebat adegan Swift mulai kecil, remaja, hingga menggenggam dunia kemudian meluncur deras.
Ia berkostum gemerlap sembari memekik dilatari gelanggang konser yang berkelap-kelip dengan cahaya dari puluhan ribu ponsel dan kehebohan penggemarnya. Penonton disuguhi keseharian salah satu musisi terbaik sepanjang masa yang belum tersingkap.
”Aku sudah terlatih untuk gembira ketika menerima pujian. Orang-orang bilang kamu penulis lagu dan musisi yang keren. Aku jadi seseorang yang diimpi-impikan,” ujarnya. Adegan lantas begitu kontras ketika Swift tafakur saat mendapat kabar albumnya tak masuk nominasi tiga kategori terbesar Grammy Awards 2018. Begitulah pasang surut balada sang biduanita.
Tanpa Miss Americana, demikian judul yang lebih praktis, Swift sebenarnya sudah dicintai publik. Ia, umpamanya bergeming saat Kanye West mencerocos tentang Beyonce yang dinilai lebih patut menggondol penghargaan saat MTV Video Music Awards 2009. Swift bersikap tenang dan matang saat mendapat pertanyaan dari jurnalis. Ia mengakui kegundahannya, tetapi tak mencerca balik West.
Aku sudah terlatih untuk gembira ketika menerima pujian. Orang-orang bilang kamu penulis lagu dan musisi yang keren.
Ia selalu menjadi gadis manis. Swift menyetir mobilnya sendiri saat mengunjungi ibunya yang baru dikemoterapi. Namun kendati dengan kerendahan hatinya sekalipun, cemoohan hilir mudik di media sosial, televisi, bahkan ruang publik. Swift dituding terlalu kurus, mengganggu, sampai ditanya sudah bermain cinta atau belum dengan kekasihnya. Kilat lampu kamera paparazi menghantam bertubi-tubi.
Swift kesepian, terpuruk, dan sesenggukan di hadapan ibunya. Maka, meluncurlah ekspresi kegetirannya lewat hits ”Look What You Made Me Do”, tahun 2017. Ia sampai harus mendekonstruksi total keyakinannya terhadap baik dan buruk agar tetap waras. Solois asal Pennsylvania, Amerika Serikat, itu gembira dengan kesederhanaan meski hanya berjalan-jalan dengan kekasihnya yang (kala itu) bukan figur terkenal.
Swift juga terseret dalam pusaran Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2016 dengan pernyataan yang dikeluarkannya. Manajemennya tak suka, tetapi ia menunjukkan kesadaran politik. Gara-gara itu, calon presiden Donald Trump pun mengungkapkan kesukaannya terhadap lagu-lagu Swift turun 25 persen.
Baca juga: Taylor Swift dan AI yang Tak Selamanya Bisa Dipercaya
Sejak Reputation
Diselingi banyak kilas balik, biografi singkat itu mengetengahkan rekaman eksklusif sejak berlangsungnya Reputation Stadium Tour, tahun 2018, hingga ia merilis album , setahun berselang. Metamorfosis Swift dijabarkan dalam durasi sekitar 1,5 jam.
Hiburan tersebut bukan polesan. Selepas Miss Americana, Swift tak berubah. Ia bisa menggandeng pria mana pun di dunia, tetapi memilih Travis Kelce, pemain football Amerika Serikat. Media kembali dipadati keriuhan dua sejoli dan sekali lagi, Swift kena getahnya.
Mulai dari televisi raksasa di stadion yang berulang kali menampilkan kemesraan Swift, sampai roasting atau kelakar pranatacara Golden Globe Awards ke-81, Jo Koy, yang disambut dengan mulut terkatup rapat-rapat. Paling-paling, ia hanya terlihat manyun.
Metamorfosis, berikut emosi-emosi Swift, digambarkan secara natural dalam Miss Americana. Terinspirasi dari lagu Swift yang dirilis pada tahun 2019, ”Miss Americana & the Heartbreak Prince”, film tersebut bisa disaksikan lewat Netflix.
Baca juga: Taylor Swift Memuncaki Sinar Perempuan Musisi pada Grammy 2024
Banyak kalangan mengutarakan sanjungan. Berdasarkan artikel berjudul ”Taylor Swift: Miss Americana’s Review: A Star, Surprisingly Alone” yang dimuat The New York Times pada tahun 2020, memoar itu dinilai layak untuk ditonton untuk penggemar yang ingin merasakan intimasi dengan sang idolanya.
Sementara, tulisan berjudul ”Miss Americana Director Lana Wilson on Capturing Taylor Swift, Mid-Transformation” yang dipublikasikan Variety, tahun 2020, menjelaskan asal mula dokumenter itu. Sutradara Miss Americana, Lana Wilson, datang saat Reputation Stadium Tour berjalan.
”Swift memang senang membuat video konser dan rekaman lagu dengan ponselnya. Saya dikenalkan dan langsung cocok. Ia ternyata sudah menonton karya-karyaku,” ujarnya. Lana dan mitranya itu saling mengagumi. Terlebih, penyanyi tersebut sudah menulis lagu sejak berusia 15 tahun.
”Swift menorehkan kariernya secara mandiri. Aku sangat suka waktu ia bilang tak mau bikin dokumenter yang konvensional,” tuturnya. Alhasil, jadilah film yang menegaskan emosi jujur tanpa artifisial. Lana dengan bebas menerangkan perspektifnya.
Ia justru sama sekali tak meramaikan film itu dengan ”Miss Americana & The Heartbreak Prince” yang dianggapnya tepat. ”Lagunya mereferensikan pandangan politik Swift. Menarik kalau dilihat, fans langsung paham dan menautkan dengan film dari judulnya saja,” tuturnya.
Lana kerap hanya bersama satu atau dua orang saat membuat video untuk menimimalkan nuansa shooting. Belum ada sineas yang mendokumentasikan Swift sedang mengarang lagu. ”(Ini) jadi bagian yang paling aku suka, tetapi kamera-kameranya sebisa mungkin juga tak mencolok. Kamarnya kecil,” ujarnya.
Baca juga: Taylor Swift Tak Terhentikan
Film tersebut mengimbuhkan konteks yang jauh lebih besar. Bukan sekadar selebritas yang tergenang dengan air mata, tetapi turut menunjukkan pentingnya kesehatan mental. ”Waktu bertemu, kami sudah bicara sekitar 20 menit soal narasinya. Tujuanku selalu menyibak humanisme,” ujarnya.
Swift, sang megabintang, akan menggelar konser The Eras Tour di National Stadium, Singapura pada 2, 3, 4, 7, 8, dan 9 Maret 2024.