Saatnya perempuan berdaya dan melindungi satu sama lain. Madame Web menawarkan itu kepada para perempuan.
Oleh
RIANA AFIFAH
·5 menit baca
Perempuan dengan kostum laba-laba atau transformasi dari Spiderman langsung terlintas ketika mendengar dan menyaksikan cuplikan film Madame Web. Namun, ketika menyelaminya pada penayangan perdananya pada 14 Februari, Madame Web bukan keduanya.
Secara tak langsung, ada persinggungan dengan Spiderman di sini. Kemunculan Ben Parker (Adam Scott) yang bersahabat dengan Cassandra ”Cassie” Webb (Dakota Johnson), si Madame Web, merupakan penanda pertama. Kedua, tokoh Mary Parker (Emma Roberts), adik Ben, yang tengah mengandung anak pertama yang kemungkinannya adalah Peter Parker, si Spiderman.
Namun, semua itu tak diterangkan dengan jelas di sini mengingat Madame Web sengaja dibuat berdiri sendiri untuk nanti bisa dijahit dengan berbagai semesta yang ada.
”Dia adalah penenun yang dapat menjalin banyak rangkaian waktu. Dia bisa melihat perbedaan lini masa di masa depan, akan bersinggungan atau tidak, semua tergantung momen kejadiannya,” jelas produser Lorenzo di Bonaventura dalam keterangan tertulisnya.
Ini berkaitan dengan kemampuan Madame Web atau Cassie yang dapat menerawang peristiwa yang akan terjadi. Dari hasil penglihatannya itu, Cassie kelak bisa mengubah rentetan kejadian sehingga akhirnya berbeda dari semestinya.
Lewat kemampuan ini pula Cassie berhasil menyelamatkan ketiga remaja perempuan yang hendak dihabisi oleh Ezekiel Sims (Tahar Rahim). Tiga remaja perempuan yang terdiri dari Julia Cornwall (Sydney Sweeney), Anya Corazon (Isabella Merced), dan Mattie Franklin (Celeste O’Connor) ini kelak menjadi Spiderwoman.
Debut ketiganya muncul secara animasi di Spider-Man: Across The Spider-Verse (2023). Kehadirannya dalam bentuk fisik di Madame Web kali ini juga menunjukkan pusaran cerita selanjutnya akan berpusat pada mereka bersama dengan Madame Web yang berperan sebagai pelindung dan penasihat mereka.
Apakah kemudian Madame Web juga menjadi penasihat Spiderman seperti di komik? Bisa ya, bisa tidak. Apakah ada persilangan lintas semesta dari Sony ke Marvel yang berujung pada Secret Wars? Bisa jadi. Sebab, Julia disebut-sebut berperan dalam Secret Wars. Pada semesta Marvel Cinematic Universe, Avengers: Secret Wars sudah masuk jadwal penutup fase enam.
Akan tetapi, kali ini, fokus lebih kepada Madame Web. Bukan pada spekulasi kelanjutan dunia di bawah tangan para pahlawan super.
Kekuatan perempuan
Dibandingkan manusia super atau mutan di komik Marvel, Madame Web tidaklah populer. Ia tidak digambarkan lincah, cerdas, dan menarik seperti Black Widow. Ia juga tidak sekuat Captain Marvel atau Scarlet Witch. Bahkan, ia tidak bisa bergerak secepat kilat seperti Miss America.
”Kebanyakan pahlawan super memiliki kekuatan dan kelincahan. Madame Web semuanya bersumber dari pikiran. Alih-alih bermain fisik, ini lebih ke arah psikologi,” ujar sutradara film SJ Clarkson.
Karena itu, sebaiknya bersiap tak berharap untuk melihat adegan laga yang bombastis dalam film ini. Namun, Madame Web memberikan percikan baru seputar spirit perempuan. ”Siapa pun bisa menjadi pahlawan. Tak melulu harus punya kekuatan. Menjadi baik pada sesama juga bentuk kepahlawanan. Dan perempuan bisa jadi apa saja,” jelas Clarkson.
Dakota Johnson juga sepakat. ”Saya sangat menyukai gagasan orang biasa menjadi pahlawan, karena memang begitu. Ada kesempatan dengan film ini untuk menemukan kembali dunia Marvel yang pertama-tama itu dipimpin oleh perempuan dan dibuat oleh perempuan,” ungkap Johnson.
Tokoh Cassie sejak awal direpresentasikan sebagai petugas paramedis tanpa kemampuan bela diri atau kekuatan super lainnya. Ia hanya bergerak berdasarkan penglihatan dan kebaikan hatinya untuk menolong orang hingga dipertemukan dengan Julia, Anya, dan Mattie.
Mereka mudah terikat karena memiliki latar belakang yang sama, yaitu kehilangan figur keluarga. Cassie yang mengira ditelantarkan ibunya mendapati fakta bahwa ibunya berjuang seorang diri untuk mempertahankan Cassie. Sementara itu, Julia, Anya, dan Mattie menemukan figur ibu sekaligus teman pada diri Cassie.
Julia, Anya, dan Mattie juga layaknya Cassie merupakan tiga remaja perempuan tanpa kekuatan super. Namun, menariknya, ketiganya lekas akrab dan mendukung satu sama lain sehingga membuahkan kekuatan dan sinkronisasi yang kokoh.
”Ada tema pemberdayaan sepanjang film yang berasal dari fakta bahwa masing-masing karakter ini melakukan perjalanan mereka sendiri,” ujar Clarkson.
Kekuatan yang bersumber dari diri perempuan itu sendiri yang dibangun menjadi premis oleh Clarkson dengan mengacu pada cerita komiknya. Sejak awal film, disuguhi kehadiran tokoh perempuan yang mengejar mimpinya seperti Constance Webb (Kerry Bishé), ibu Cassie.
Kemudian, berturut-turut Cassie dan tiga remaja perempuan lain yang memiliki masing-masing persoalan, tetapi tetap berupaya bertahan. Salah satu representasi di film, Constance menjadi satu-satunya peneliti yang masuk ke dalam hutan Peru saat itu. Adapun Cassie juga tampak menjadi satu-satunya paramedis perempuan di timnya.
Kondisi ini seolah berusaha menggapai situasi perempuan di dunia nyata. Perempuan mencari cara bertahan dan terus di balik lapis tantangan akibat budaya patriarki yang mengakar.
Mengutip data dari Bank Dunia pada 2022, tingkat partisipasi angkatan kerja global untuk perempuan hanya lebih dari 50 persen, sedangkan laki-laki mencapai lebih dari 80 persen. Dalam konteks ini, perempuan kecil kemungkinannya bekerja dalam pekerjaan formal dan memiliki lebih sedikit peluang untuk mengembangkan karier.
Perempuan juga rentan mengalami stigma ketika berhasil mengembangkan karier atau menempati jabatan tinggi. Antara lain, kesuksesan kariernya akan dibenturkan dengan kondisi keluarganya atau muncul dugaan-dugaan personal tak berdasar yang dinilai memengaruhi kesuksesan kariernya. Uniknya, persepsi ini tak hanya datang dari lelaki, tetapi juga perempuan.
Padahal, sudah semestinya sebagai sesama perempuan bahu-membahu membantu. Jejaringnya jauh lebih besar dan kokoh apabila perempuan bersatu. Bersama lebih kuat, bukan? Apalagi untuk menumbangkan perspektif patriarkis yang seksis dan beraroma misoginis.