Potensi Ekonomi Industri Layar Indonesia Sangat Menjanjikan
Industri layar Indonesia sudah sangat berkembang dan kini mampu berkontribusi signifikan pada perekonomian Tanah Air.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri layar di Indonesia mampu memberikan dampak ekonomi, baik langsung, tak langsung, maupun terinduksi, yang sangat signifikan terhadap perekonomian Tanah Air. Dari hasil studi, pada 2022 total output yang dihasilkan bahkan bisa mencapai 8,2 miliar dollar AS atau setara Rp 130 triliun.
Angka itu juga berkontribusi pada pendapatan domestik bruto (PDB) negara sebesar 5,1 miliar dollar AS atau setara Rp 81 triliun. Selain itu, sektor industri satu ini juga diketahui mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 387.000 orang pada tahun sama.
Paparan hasil studi itu disampaikan Head of Research and Economics PWC Indonesia Denny Irawan, Kamis (1/2/2024). Bersama Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LPEM FEB UI) dan Netflix, yang mewakili dunia usaha, ketiganya melakukan kajian dengan menggunakan sejumlah instrumen.
Beberapa seperti penelitian desktop dan tinjauan literatur, wawancara ahli, analisis data, permodelan input dan output, serta diskusi kelompok terfokus (FGD). Data studi diperoleh dari instansi terkait seperti Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta Laporan Global Entertainment and Media Outlook (GEMO) 2023-2027 oleh PWC.
Dengan pertumbuhan yang terus terjadi itu, industri layar Indonesia disebut masih bisa terus bertumbuh dan juga berkontribusi lebih banyak. Industri layar Indonesia yang dimaksudkan meliputi film, animasi, video, dan televisi.
Tingkat pertumbuhannya (compound annual growth rate/CAGR) diperkirakan mencapai 6,13 persen sepanjang 2023 hingga 2027. Dengan begitu, pada 2027 industri film, animasi, video, dan televisi berpotensi menghasilkan output ekonomi sebesar 9,8 miliar dollar AS atau setara Rp 156 triliun.
Hal itu juga berarti dari pertumbuhan yang terjadi akan memberikan nilai tambah terhadap PDB sebesar 6,1 miliar dollar AS atau setara Rp 98 triliun. Selain itu, juga masih ada tambahan lapangan kerja setara penuh waktu, yang akan menjangkau dan melibatkan total 616.000 tenaga kerja.
”Industri layar di Indonesia bisa menjadi peluang sangat besar. Dia adalah sebuah industri, yang terus berproses dan menghasilkan impact. Walau terus berjalan, industri ini ternyata juga masih punya potensi luar biasa lain, yang masih bisa terus kita gali,” ujar Denny saat presentasi.
”Total gabungan pendapatan untuk bioskop, perusahaan penyedia jasa konten daring terkurasi alias online curated content (OCC), dan TV jumlahnya mencapai 1,3 miliar dollar AS atau setara Rp 20,7 triliun di tahun 2022. Angka itu diproyeksikan bakal tumbuh menjadi 1,8 miliar dollar AS, setara Rp 28 triliun di tahun 2027,” papar Denny.
Selain itu, secara spesifik, bioskop dan OCC juga diprediksi juga bakal lebih berkembang pesat. Dengan begitu, besaran pendapatan bioskop saja diperkirakan bisa bertumbuh sebesar 15,09 persen, dengan CAGR, selama periode ini. Hal itu disebabkan meningkatnya investasi penambahan jumlah layar di Indonesia.
Sementara untuk pendapatan OCC saja pada tahun 2027 diproyeksikan akan mencapai 0,37 miliar dollar AS, setara Rp 5,9 triliun, dengan CAGR sebesar 10,69 persen. Peningkatan pendapatan OCC sebetulnya juga sudah terjadi dalam kurun tahun sebelumnya, 2016-2019.
Kenaikan pendapatan bahkan mencapai kisaran 44 persen. Hal itu terutama akibat bermunculannya para pemain lokal macam Viu dan Vidio. Sementara para pemain kelas global seperti AppleTV+ dan Netflix di saat bersamaan juga sudah merambah ke pasar Indonesia.