Kasmaran Dirayu RAN
RAN menutup 2023 dengan menggelar pesta ulang tahun ke-17. Dua puluh lagu yang dikemas meriah membangkitkan lagi memori masa remaja 3.000 orang yang hadir.
Bagi generasi 1990-an yang masa remajanya ditemani lagu-lagu cinta tahun 2000-an, RAN adalah salah satu biangnya jatuh cinta. Lagu manis mereka bahkan mengantar seorang penggemar ke pelaminan setelah pacaran sejak SMA. Tujuh belas tahun berlalu dan musik mereka masih membuat pipi merona.
Jakarta panas bukan kepalang di siang bolong, Rabu (20/12/2023). Suhu udara mencapai 35 derajat celsius jelang pukul 14.00. Paparan matahari siang itu bikin kulit dan mata sakit, tetapi ada saja yang rela menembus panas demi menukar tiket konser di Hall Basket Gelora Bung Karno, Jakarta.
RAN menggelar konser bertajuk ”The Sweet Seventeen Show” di sana pada malam hari. Tahun ini RAN genap 17 tahun berkarya di dunia musik. Konser pun dihelat sebagai penanda sekaligus pesta.
Karena ini pesta ulang tahun, RAN dan promotor Antara Musik berpikir untuk menggelar konser intim saja. Mulanya mereka berpikir untuk menyiapkan 1.000 tiket. Setelah berdiskusi, jumlah tiket ditambah menjadi 3.000 buah.
Salah satu personel RAN, Astono Andoko alias Asta, tak percaya diri tiket bisa terjual. Sebab, konser ini dikerjakan seperti membuat candi Roro Jonggrang, alias ngebut banget! Persiapan konser paling lama hanya tiga bulan. Entah tiket bisa terjual dalam waktu sesingkat itu atau tidak.
Nyatanya semua tiket ludes terjual. Di antaranya bahkan ada tiket premium seharga Rp 1,5 juta. Pemegang tiket itu bisa menyaksikan RAN check sound dan ngadem di tenda khusus menjelang konser.
Beberapa pemegang tiket premium itu jauh-jauh datang dari Aceh, Semarang, Yogyakarta, hingga Surabaya. Mereka pun datang jauh sebelum konser dimulai pada pukul 20.00. Terlambat sedikit untuk ikut check sound sama saja dengan rugi. Kapan lagi bisa melihat RAN dari dekat? Eksklusif pula.
Para pemegang tiket premium—yang hampir semuanya perempuan—senang betul bisa bertemu RAN. Sesi check sound terasa seperti menonton konser sungguhan. Nino, salah satu personel RAN, sampai heran.
Baca juga: Semua Ada Musiknya
Walakin, Rayi Putra Rahardjo atau Rayi, Astono Andoko atau Asta, dan Anindyo Baskoro atau Nino memang punya pesona. Sejak album pertama mereka muncul di tahun 2008, orang-orang dibuat terbuai dengan lagu-lagu cinta mereka yang ceria nan manis. Penampilan mereka yang saat itu masih kinyis-kinyispun jadi magnet buat penggemar perempuan.
Pesona mereka rupanya tak hilang walau sudah 17 tahun berlalu. Nino masih suka gombal di atas panggung dan audiens masih sering salah tingkah. Lambaian tangan Rayi masih bikin penggemar berjingkrak, sementara Asta anteng saja dengan gitarnya.
Semangat muda
Darah muda RAN mengalir deras selama konser berlangsung dua jam lamanya. Sebanyak 20 lagu andalan dibawakan dengan gubahan musik yang meriah. Petikan gitar Asta berjalin harmonis dengan dengan iringan drum, kibor, selo, biola, perkusi, bas, hingga saksofon dan trombon.
Asta membuka konser dengan petikan gitar solo, lalu disambung rap dari Rayi yang mengisahkan bagaimana bibit RAN muncul sejak zaman sekolah. Ya, RAN bermula dari band anak SMA di Jakarta. Namun, waktu itu formasinya tidak seperti sekarang.
RAN terbentuk setelah Rayi dan Asta mengajak Nino berpartisipasi di lomba pembuatan lagu. Lagu pertama mereka, ”Pandangan Pertama”, pada akhirnya membuka jalan mereka masuk dapur rekaman. Di bawah arahan Nala Rinaldo, RAN dicitrakan sebagai grup musik cowok-cowok berpakaian warna-warni. Ini anomali di antara gempuran band Tanah Air tahun 2000-an berbaju hitam dan bercitra keren.
Warna-warni dan tabrak motif busana akhirnya menjadi ciri khas RAN. Citra itu melekat kuat hingga sekarang dan diikuti para penggemar. Bersama-sama mereka menggebrak Hall Basket Senayan menjadi ruang pesta warna-warni.
Konser dibuka dengan lagu andalan ”Mencuri Hati” yang bertempo cepat, cocok untuk memanaskan massa yang tak hanya berisi perempuan muda, tetapi juga ibu-ibu dan bapak-bapak. Suspensi penonton tetap terjaga dengan nomor ”Warna-warni Dunia” yang juga upbeat. Penonton bergemuruh.
Semangat massa tetap dibuat ”naik” dengan nomor-nomor selanjutnya, yakni ”Selamat Pagi”, ”Hanya Untukmu”, ”Curiga”, hingga ”Sepeda”. Selama itu pula Rayi, Asta, dan Nino tak henti membakar gairah audiens. Ketiganya baru duduk saat membawakan ”Ratu Lebah” yang lebih santai.
”Umur memang enggak bisa bohong, ya!” kata Nino yang berada di pertengahan usia 30-an tahun, sama dengan Rayi dan Asta.
Walau demikian, kemampuan fisik ketiganya masih tergolong prima. Performa mereka baik dengan napas yang terjaga. Satu-satunya penanda pertambahan usia mereka hanya dari candaan bapak-bapak yang dilontarkan Rayi beberapa kali di media sosial. Selebihnya, RAN tetap awet muda. Penggemarnya pun muda-muda.
”Kebanyakan RANers (penggemar RAN) anak muda. Kebetulan ini sudah masuk masa libur, jadi kami enggak khawatir menggelar konser saat weekday,” ujar Nino sesaat sebelum konser.
Kolaborasi
Panggung konser malam itu tak hanya meriah dengan musik festive. RAN mengajak serta beberapa musisi yang pernah berkolaborasi dengannya selama 17 tahun terakhir. Sebut saja Tulus, Yura Yunita, Hivi!, Hindia, Ramengvrl, hingga Andi Rianto. Tulus bahkan menyempatkan diri hadir walau paginya berada di Yogyakarta.
”Kami punya wish list kolaborator. Sempat kepikiran, bisa enggak ya mereka (karena konsernya mendadak)? Alhamdulillah pada bisa,” tutur Rayi lega.
Kolaborasi tersebut sekaligus jadi penanda bahwa RAN tak hanya punya banyak teman, tetapi juga bakat untuk disilangkan dengan musisi lain. Bakat yang dipadu dengan mimpi untuk berkembang pun dipupuk RAN, lalu diwujudkan.
Baik Rayi, Asta, maupun Nino sepakat untuk tak menghentikan personel yang ingin mengembangkan karier di luar RAN. Semua boleh mengerjakan proyek solo atau membuat lagu untuk musisi lain. Nino pun akhirnya bergabung dengan kelompok produser bernama Laleilmanino, Asta dengan KananMusik, serta Rayi berkolaborasi dengan musisi lain dan membuat singel.
”Kami belajar banyak dari grup musik yang berantem karena personelnya punya mimpi,” ujar Nino. ”Kami selalu menghormati mimpi satu sama lain. Sebagai kesatuan, tentu kami ada mimpi. Namun, sebagai personal, kami punya mimpi masing-masing dan kami menghormati itu,” tambahnya.
Hal itu direkatkan dengan kesepakatan bahwa RAN adalah rumah utama Rayi, Asta, dan Nino. RAN tetap prioritas. Mereka berusaha tak menjadi kacang yang lupa kulit.
Konser berlanjut meriah dengan sisipan kejutan ulang tahun dari teman-teman RAN. Keluarga dan penggemar pun ikut andil lewat pesan suara berisi harapan dan kesan.
Panggung ditutup dengan ”Pandangan Pertama” dan ”Nothing Lasts Forever”. ”Pandangan Pertama” yang ditunggu-tunggu membawa memori melayang ke masa cinta monyet di sekolah. Lewat pesan suara, seorang penggemar berkisah bahwa lagu ini membuatnya berhasil menjalin kasih dengan pacar sejak SMA. Setelah satu dekade, mereka menikah dan kini dikaruniai dua anak.
RAN benar-benar biangnya jatuh cinta!