Balada Liris Raksasa Tua yang Terlupakan
Papermoon Puppet Theatre menampilkan pentas teater boneka tentang hubungan manusia dan sungai. Pentas yang menampilkan boneka raksasa itu banyak memainkan elemen visual.
Lampu sorot berwarna kuning tiba-tiba menyala di atas panggung. Diiringi kepulan asap, samar-samar tampak boneka raksasa berjalan pelan. Wajah raksasa itu tampak penuh keriput dan bibirnya sedikit terbuka. Roman mukanya memancarkan ekspresi lelah dan sedih.
Meski tak rupawan, raksasa bernama Kali itu bukanlah sosok jahat. Dia berteman dengan ikan-ikan yang ada di sungai. Bahkan, saat ada anak kecil yang tenggelam di sungai, Kali menyelamatkan anak tersebut.
Kali merupakan tokoh utama pertunjukan Stream of Memory yang dipentaskan Papermoon Puppet Theatre, kelompok teater boneka asal Yogyakarta, di Laboratorium Seni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (14/12/2023) malam.
Pertunjukan itu merupakan pementasan khusus untuk tamu undangan dan jurnalis. Sementara itu, pentas Stream of Memory untuk masyarakat umum digelar pada 15-17 Desember 2023.
Pertunjukan Stream of Memory disutradarai oleh Maria Tri Sulistyani, pendiri Papermoon Puppet Theatre. Dia juga menjadi penulis naskah pertunjukan tersebut. Dalam pentas ini, Papermoon Puppet Theatre berkolaborasi dengan koreografer, penari, dan penata cahaya dari Singapura.
Pertunjukan itu berkisah tentang hubungan manusia dengan sungai. Pentas diawali dengan munculnya anak perempuan bernama Sang dan bocah lelaki bernama Jun. Keduanya tinggal di sekitar sungai dan kerap bermain-main di sana.
Baca juga: Kisah Papermoon Puppet Theatre yang Tak Bersuara
Awalnya, Sang dan Jun tampak bergembira bermain di sungai. Mereka melompat-lompat di antara jembatan kayu yang terputus di sungai tersebut. Setelah itu, keduanya juga bermain menerbangkan burung dara. Namun, setelah itu Jun pergi entah ke mana sehingga Sang sendirian di sungai.
Tiba-tiba, terjadi masalah yang membuat Sang tenggelam ke sungai hingga akhirnya pingsan. Untungnya, dia kemudian diselamatkan oleh Kali, sang raksasa tua yang baik hati. Akan tetapi, setelah siuman, Sang justru ketakutan saat melihat Kali. Meski begitu, setelah melihat kebaikan hati raksasa tersebut, Sang akhirnya tak takut lagi.
Personifikasi
Sebelum dipentaskan di Yogyakarta, Stream of Memory pertama kali ditampilkan di Singapura pada akhir tahun 2022. Saat itu, pertunjukan tersebut dipentaskan dalam rangka pembukaan Singtel Waterfront Theatre, gedung teater baru di kawasan Esplanade Theatre, Singapura.
Maria Tri Sulistyani menuturkan, pentas itu berawal dari permintaan pengelola Esplanade pada tahun 2018 kepada Papermoon Puppet Theatre untuk menyiapkan pertunjukan dengan tema sungai. ”Jadi, karya ini lumayan lama proses pembuatannya,” tutur perempuan yang akrab dipanggil Ria itu.
Produser di Esplanade Co Ltd, Hanie Nadia Hamzah, mengatakan, Papermoon Puppet Theatre sudah beberapa kali melakukan kolaborasi dengan Esplanade. Itulah kenapa, saat ada rencana pembukaan gedung teater baru, pengelola Esplanade mengundang kelompok tersebut untuk menampilkan pertunjukan.
Setelah ada permintaan itu, tim Papermoon berdiskusi dan munculah sejumlah ide tentang rencana pertunjukan tersebut. Awalnya, tim Papermoon berencana melakukan riset ke Sumatera dan Kalimantan. Namun, karena adanya pandemi Covid-19, rencana perjalanan itu batal.
Ria dan kawan-kawannya kemudian mengalihkan riset ke Sekolah Gajahwong yang merupakan sekolah gratis untuk anak-anak yang tinggal di dekat Sungai Gajahwong, Yogyakarta. ”Kami ingin menemukan kisah-kisah kecil terkait sungai di dekat kami,” ujarnya.
Dalam proses pembuatan pentas ini, Ria memutuskan memunculkan tokoh yang menjadi personifikasi sungai di Indonesia. Dari situ, lahirlah tokoh Kali sebagai raksasa yang berusia tua dan telah dilupakan banyak orang. ”Karakter Kali adalah personifikasi sungai yang tua dan dilupakan,” tuturnya.
Baca juga: Memahami Teater Boneka
Sama seperti Kali yang merupakan raksasa tua, sungai sebenarnya telah lama menjadi bagian penting dari peradaban manusia. Namun, seperti nasib Kali, banyak sungai di Indonesia yang terlupakan sehingga kondisinya kotor dan tak terurus.
Tokoh Kali pada akhirnya memang menjadi daya tarik utama pentas Stream of Memory. Dengan tinggi sekitar 3,5 meter, boneka raksasa itu sangat mencolok. Untuk menggerakkan boneka itu, dibutuhkan tiga orang. Dua orang mengatur pergerakan tangan, sedangkan satu orang lain mengatur gerak kaki Kali.
Meski ukurannya jumbo, boneka Kali ternyata cukup fleksibel. Tak hanya berjalan, boneka yang dibuat dari sejumlah bahan, seperti rotan, kayu, paralon, dan stoking, itu juga bisa berjongkok, menari, dan melakukan gerakan dalam tempo cepat.
Ria memaparkan, ide membuat boneka raksasa muncul karena gedung teater di Singapura untuk pentas itu sangat besar. Dia menuturkan, Papermoon Puppet Theatre sudah beberapa kali membuat boneka raksasa sebelumnya.
Berdasarkan pengalaman itu, tim Papermoon melakukan beberapa penyempurnaan dalam pembuatan boneka Kali. Itulah kenapa, meskipun ukurannya sangat besar, boneka tersebut memiliki bobot ringan dan bisa melakukan berbagai gerakan.
Elemen visual
Dari sisi bentuk, Stream of Memory menjadi pertunjukan yang memadukan unsur teater boneka, tari, video mapping, musik, dan tata cahaya. Elemen teater boneka masih menjadi napas utama pertunjukan ini, tetapi kehadirannya hampir selalu dipadukan dengan gerak para penari serta permainan video dan cahaya.
Perpaduan itu membuat pentas berdurasi 55 menit tersebut menjadi sangat bertumpu pada elemen visual. Apalagi, pentas ini juga sangat minim dialog verbal sehingga penonton harus merangkai cerita berdasarkan adegan yang terjadi di panggung beserta elemen-elemen visual lainnya.
Karakter Kali adalah personifikasi sungai yang tua dan dilupakan.
Itulah kenapa, dalam pentas ini, keprihatinan ihwal kondisi sungai di Indonesia tak dihadirkan melalui narasi verbal, tetapi dengan simbol-simbol yang subtil. Masalah penumpukan sampah plastik di sungai, misalnya, dihadirkan melalui koreografi sejumlah penari yang membawa lembaran plastik besar. Plastik-plastik itu sempat melilit tubuh Kali sehingga sang raksasa tak bisa bergerak.
Sejumlah penari juga sempat memainkan benda yang menyerupai ikan dengan cahaya menyala di tubuhnya. Namun, pada satu kesempatan, cahaya di tubuh ikan-ikan itu tiba-tiba padam. Adegan ini tampaknya menggambarkan kematian ikan-ikan di sungai karena pencemaran.
Dengan cara semacam itu, pentas Stream of Memory menjadi semacam balada liris yang menyentuh perasaan, bukan pertunjukan yang mengumbar pesan moral.