Kami sebagai band tidak percaya pada terorisme, opresi, atau pendudukan/pencaplokan. Kami percaya bahwa setiap orang seharusnya bisa menikmati kebebasan dan bebas menjadi dirinya sendiri.
Oleh
DWI AS SETIANINGSIH
·5 menit baca
Penantian panjang menyambut kehadiran band asal Inggris, Coldplay, untuk pertama kalinya ke Jakarta terbayar tuntas pada Rabu (15/11/2023) malam. Band yang dimotori oleh Chris Martin (vokal), Johnny Buckland (gitar), Guy Berryman (bas), dan Will Champion (drum) itu mengguncang Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, yang dipenuhi 80.000 penonton dengan penampilan maksimal mereka selama dua jam penuh. Histeria penonton sungguh tak terbendung.
Usai penampilan Rahmania Astrini selama 30 menit, tepat pukul 21.00 WIB, Coldplay muncul di panggung utama. Mereka berjalan menuju lidah panggung diiringi musik pengantar dan sorot lampu yang mempertegas sosok mereka di depan puluhan ribuan pasang mata. Gemuruh sambutan penonton seketika membuat Stadion Utama GBK bergelora. Ini tanda pertunjukan ”Music of the Spheres” siap dimulai.
”Higher Power”, salah satu lagu dari album terbaru mereka, Music of the Spheres, yang sekaligus menjadi tajuk tur dunia Coldplay, segera menyambung gelombang gemuruh penonton. Perpaduan musik yang mengentak dan permainan visual di panggung, ditambah nyala dari ribuan gelang warna-warni yang terpasang di setiap pergelangan tangan penonton, menaikkan adrenalin ke puncak tertingginya.
Stadion Utama GBK terasa pecah, sesak oleh histeria penonton yang menggelora. Untuk pertama kalinya, penonton di Jakarta merasakan sensasi multisensori yang menjadi suguhan utama di konser-konser Coldplay di seluruh dunia. Di antara dentum musik dan permainan cahaya warna-warni di panggung banyak mata berbinar-binar tak kalah terangnya.
Intro ”Adventure of a Lifetime” yang khas menyusul ”Higher Power”. Kali ini gelang di tangan berubah menjadi semakin atraktif. Tidak hanya warna merah seperti di lagu pembuka. Penonton pun menjerit kegirangan. Mereka lebur, menyanyi bersama, juga menggerakkan tangan dan seluruh badan mengikuti irama. Sulit menemukan penonton yang hanya diam, membeku, di kursi mereka.
Malam itu, meski bertajuk ”Music of the Spheres”, lagu-lagu yang dibawakan Coldplay lebih banyak lagu dari album lama. Rata-rata lagu yang populer seperti ”In My Place”, yang kala membuka lagunya Martin mengajak penonton mengeja I-n-d-o-n-e-s-i-a mengikuti irama, ”Paradise”, ”The Scientist”, ”Viva La Vida”, tentu juga ”Yellow”, ”Fix You”, ”Sky Full of Stars”, dan ”Something Just Like This”. Lagu lama seperti ”Sparks” dan ”Everglow” di mana Martin mengajak dua penonton, Airin dan Rudi, ikut naik panggung, juga turut dibawakan. Beberapa lagu dari album baru, seperti ”Human Heart”, ”Humankind”, ”My Universe”, dan ”Biutyful”, dibawakan di sesi ketiga dan keempat menjelang konser berakhir.
Menariknya, dalam pertunjukan perdana mereka di Jakarta, Martin yang tampaknya adalah seorang polyglot, karena di setiap kota yang mereka datangi dia selalu menyapa penonton dengan bahasa lokal, pun menyapa penonton dengan bahasa Indonesia. Tidak main-main, dia bahkan membacakan pantun.
”Apa kabar teman-teman. Selamat malam dan selamat datang. Kami senang sekali bisa hadir di Jakarta. Saya punya pantun. Hari Selasa ujian fisika,” ujarnya yang segera disambut gemuruh penonton.
”Hari Selasa ujian fisika. Giat belajar biar lulus. Apa kabar Kota Jakarta. Boleh dong pinjam seratus,” ujar Martin diiringi permainan pianonya. Tawa penonton semakin tak terbendung menyambut aksi pentolan Coldplay itu.
”Wait, wait, wait. Jalan kaki sampai Senayan. Sambil membeli duku. Jakartaku kota yang keren. Coldplay is here for all you. Coldplay is here for all of you. Welcome everybody we love you, Welcome…,” teriak Martin.
Malam terasa makin intim. Meski di area luas skala stadion, ikatan emosi antara Coldplay dan penonton terbangun sangat baik. Martin, harus diakui, adalah seorang frontman jempolan yang mampu mengelola puluhan ribu orang di depannya dengan baik. Dia santai, tenang, tetapi juga mampu menunjukkan sisi humor sekaligus wibawa dan karismanya di depan penonton. Di Jakarta, dia tak lupa menyentil soal macet Jakarta yang luar biasa.
Soal aksi panggung, Coldplay tak perlu diragukan. Penampilan mereka di Jakarta bahkan bisa disebut tak bercela dari berbagai sisi. Promotor PK Entertainment dan Third Eye Management berhasil menyuguhkan konser kelas dunia dengan sempurna untuk publik di Jakarta. Kita pantas bangga.
Tanpa melupakan pesan utama dari setiap konser mereka, Martin juga menyampaikan pesan-pesan penuh cinta bagi sesama manusia di mana pun berada. Dia bahkan memandu penonton untuk berdiam, mengirim doa selama 12 detik kepada siapa saja doa itu ingin disampaikan.
”Malam ini sangat menyenangkan. Kami sangat terpesona dengan orang-orang Indonesia dan negara kalian. Senang bisa hadir di sini. Ini adalah show pertama kami di Indonesia, kami ingin mengingat ini sebagai sebuah ikatan antara kami berempat dan kalian semua yang berjumlah 80.000 orang. Terima kasih untuk semuanya, sudah rela meluangkan waktu untuk sampai ke sini menembus kemacetan yang luar agar bisa bersama kami,” ujar Martin sebelum mereka melantunkan ”Spark”.
”Terima kasih sudah menunjukkan sisi terbaik manusia kepada kami, menunjukkan betapa indahnya apabila manusia bisa bersama-sama. Itu adalah hal yang sangat besar. Dengan berkumpul dan bernyanyi bersama-sama seperti ini,” imbuh Martin. ”Kami sebagai band, tidak percaya pada terorisme, opresi, atau pendudukan/pencaplokan. Kami percaya bahwa setiap orang seharusnya bisa menikmati kebebasan dan bebas menjadi dirinya sendiri,” lanjut Martin.
Menjelang usai, satu kejutan diberikan oleh Martin dan kawan-kawan. Mereka menampilkan band Tanah Air yang tak asing bagi pencinta musik Tanah Air, Maliq & D’Essentials, yang malam itu tampil dengan set akustik membawakan salah satu lagu populer mereka, ”Senja Teduh Pelita”. Penonton, bisa ditebak, histeris menyambut penampilan mereka.
Malam itu, sah sudah Coldplay menjejakkan kakinya di Tanah Air. Jakarta telah tercatat sebagai bagian dari lanskap bisnis pertunjukan musik global yang layak disejajarkan dengan negara-negara lain. Saatnya naik kelas.
Setelah Jakarta dalam rangkaian tur dunia putaran Asia dan Oseania, Coldplay akan melanjutkan perjalanan mereka ke Perth, Australia, disusul Kuala Lumpur, Malaysia. Coldplay mengawali putaran konser dunia ”Music of the Shperes” di Kosta Rika pada 18 Maret 2022.